Jauh sebelum era gas Elpiji 3 kg diproduksi secara massal, Yu Ginah, Yu Parjiyem, Yu Tinuk, Yu Blonok, atau Lik Sumiyem, masih bisa bercengkerama di emperan rumah sambil petan (mencari kutu di kepala). “Ritual” yang dilakukan habis makan siang seperti itu sudah jamak dilakukan oleh simbok-simbok yang tinggal di pedusunan. Mereka biasa memasak dengan menggunakan kayu bakar yang mereka timbun dari hutan. Bahkan, mereka sesekali masih sempat menjual kayu rencek dengan menempuh perjalanan berkilo-kilo meter menuju ke pasar sejak kentong Subuh berkumandang. Mereka benar-benar potret perempuan perkasa seperti tergambar dalam lirik Hartoyo Andangjaya berikut ini.
Perempuan-perempuan yang membawa bakul di pagi buta, dari manakah mereka
ke stasiun kereta mereka datang dari bukit-bukit desa
sebelum peluit kereta pagi terjaga
sebelum hari bermula dalam pesta kerjaPerempuan-perempuan yang membawa bakul dalam kereta, kemanakah mereka
di atas roda-roda baja mereka berkendara
mereka berlomba dengan surya menuju gerbang kota
merebut hidup di pasar-pasar kotaPerempuan-perempuan perkasa yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka
mereka ialah ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa
akar-akar yang melata dari tanah perbukitan turun ke kota
mereka : cinta kasih yang bergerak menghidupi desa demi desa
Namun, ketika era kayu bakar telah tamat seiring dengan makin banyaknya hutan yang rusak parah akibat penggundulan paksa, pembalakan liar, atau illegal logging, Yu Ginah, dkk. terpaksa harus beralih ke minyak tanah. Mereka hidup di sebuah negeri yang konon katanya kaya minyak bumi, tapi mereka terpaksa harus antre dengan harga yang mencekik leher. Sama-sama susahnya. Cari makan sulit, cari bahan bakar juga seperti orang memburu jarum dalam tumpukan jerami.
Situasi seperti itu telah membuat ritual petan Yu Ginah, dkk. tidak lagi bisa dinikmati. Mereka hidup bagaikan dikejar-kejar monster waktu yang memaksa mereka harus berlarian lintang-pukang untuk memburu pengisi perut.
Suasana makin berubah ketika pemerintah menggelontorkan kebijakan Gas Elpiji. Alih-alih melakukan ritual petan, sekadar ambil napas saja mereka sudah tidak bisa leluasa lagi untuk melakukannya. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari, mereka selalu mendengar berita ledakan dari tabung elpiji 3 kg itu. Mereka tidak lagi sekadar diburu monster waktu, tetapi juga diincar Malaikat Maut. Hampir di setiap ruang dan waktu, Malaikat Maut seperti menempel di selang-selang yang bocor atau tabung berkualitas rendah yang siap menjemput nyawa mereka. Itulah ironi yang tengah berlangsung di atas panggung sosial negeri ini. Tidak sedikit rakyat yang justru harus jadi korban kebijakan pemerintahnya sendiri. Lihat saja nasib Ridho Januar, bocah berusia 4,5 tahun asal Bojonegoro, Jatim, yang terpaksa dirampas keceriaan masa kanak-kanaknya. Bocah bernasib malang itu mengalami luka bakar yang amat parah akibat ledakan bom elpiji yang diusung oleh kaum kapitalis yang miskin kepeduliannya terhadap sesama. Di pelosok lain negeri ini bisa jadi masih banyak anak-anak atau orang tua yang bernasib seperti Ridho yang tak sempat terendus media.
Peristiwa yang menyentuh nurani kemanusiaan seperti itu sesungguhnya bisa dihindari kalau kaum pemilik modal tak hanya semata-mata memburu untung. Mereka juga perlu memiliki kepekaan sosial bahwa barang vital yang menyangkut nasib banyak orang semacam itu harus benar-benar dipertimbangkan sisi keselamatannya. Jangan asal memproduksi barang secara massal, kalau ujung-ujungnya hanya menjadi teror buat rakyat.
Sungguh, Yu Ginah, dkk. hanya bisa mengelus dada setiap kali menyaksikan berita seperti itu. Mereka hanya bisa menunggu sikap ksatria dari para pengambil kebijakan dan jaringan pemilik modal yang berada di balik teror sosial itu untuk mengakui kesalahan. Meski tak bisa secara langsung mengobati luka batin sebagian besar rakyat negeri ini, setidaknya rakyat kecil masih punya rasa percaya diri untuk menghadapi tantangan hidup yang makin berat. ***
malah sekarang udah sulit makan sambel juga pak… :D
waduh, karena harga cabe melambung, ya, mas? makin repot nih!
Sepertinya bom bom waktu telah dipasang oleh pemerintah. Kesalahan ini gakmtahu karena kesalahan dalam penanganan / pemakaian ataukah karena tabungnya memang bermasalah. (katanya pemerintah) “Itu murni karena kesalahan pemakaian” suatu alasan yang selalu menyalahkan pihak lain 🙁 :o :-\” :-?
paling gampang memang mencari kambing hitam, mas sugeng. hingga sdh banyak jatuh korban, kok, ya, ndak ada pihak2 terkait yang scr ksatria minta maaf dan mengakui kesalahan, yak!
Apakah ini akan berkelanjutan? Ataukah pemerintah sudah memiliki alternatif lainnya? kita tunggu aksi para pemberontak itu… (ups)
hmmm … kita memang hanya bisa menunggu dan menunggu, mas reza, hehe …
sedih. kalo memproduksi barang yang berhubungan dengan keselamatan itu mbok ya dipikirkan… gimana kalo terjadinya pada mereka sendiri.
*jadi inget penjual nudget berbahan ayam tiren, yang disuruh makan produksinya sendiri aja ngga mau*
selamat pagi, pak guru…
idealnya begitu, mbak latree. sayangnya, dampak ikutan yang bakal muncul sering luput dari perhatian para pengambil keputusan.
sekarang aku make kayu bakar pak habis takut ama ledakan
@munir ardi, tinggal hati-hati aja pak penggunaannya, saya juga takut juga sih… yang penting semuanya OK. salam kenal
hehe … itu malah jauh lebih aman dan alamiah, pak munir, hehe ….
ini bom baru yang sudah ber SNI 😆
walah, ternyata bom pun punya label SNI, ya, mas wempi, hiks.
Saya setuju sama beberapa sobat di atas, elpiji utamanya yang 3 kg itu bisa diumpamakan bom waktu, yang sewaktu-waktu bisa menghabisi yang mpunya.. tapi pemerintah kok diam2 saja ya?
itu dia, mas ladewa. hingga saat ini belum ada upaya serius utk mengatasinya. apa mesti menunggu korban berikutnya?
kalo saya sih, kebijakan pemberlakuan elpiji itu bagus juga. Hanya saja, pelaksanaan di lapangan tidak maksimal dan tidak lengkapnya faktor pendukung. Sungguh dilema…
memang bagus, sayangnya kurang diimbangi dengan komitmen para pelaksana di lapangan. banyak tabung dan selang yang bocor hingga berakibat fatal.
tragis negeri ini memang gemar sekali membunuh rakyatnya sendiri ?
memang bener2 tragis, masndol. entah sampai kapan musibah ini akan berakhir, padahal makin banyak rakyat yang jadi korban.
Apaa djalah yang penting bisa buat masak
hehehe
hmm … kaya bakar, mas, hehe …
Sewaktu masih menggunakan tabung gas elpiji ukuran 12kg, hampir tidak ada masalah dalam menggunakannya, paling selangnya yang bocor itupun mudah di ganti. Tapi sekarang sungguh sangat menghawatirkan, sehingga pengguna sekarang tidak mau lagi menggunakan gas elpiji. Jadi kembalikan lagi kebijakan menggunakan minyak tanah, sebelum di tuntaskan ketidak beresan dalam pengadaan tabung yang sekarang ini. Agar tidak bertambah banyak korban lagi.
setuju, mas marada. sebelum timbul korban yang lebih banyak, produksi tabung bermasalah beserta pirantinya perlu dipending sampai2 benar tuntas. mereka yang diduga terlibat dalam proses anomali seperti ini perlu diusut.
huh,,, miris….. orang berdasi gendut sih nyantai2 aja,,,,,
kita?… :o
ironis bener tuh, mas garis. kok masih bisa tersenyum orang berdasi gendut itu menyaksikan saudara2nya yang jadi korban ledakan gas elpiji? doh!
itulah rakyat ibarat kayu yang diombang ambingkan oleh di lautan
wah, makin mengkhawatirkan dan mencemaskan bener itu, mas.
artikelnya bagus,
salam kenal..
need IT??
http://www.linovtech.com
salam kenal juga, mas aris. terima kasih apresiasinya.
Teknologi yang tidak tepat guna memang hanya jadi bom waktu yang siap meneror siapa saja…..:11:
dan itu benar terjadi, mas nanang. sungguh tragis!
ternyata program konversi gas elpiji terbukti sukses memberantas kemiskinan…. maksudnya memberantas orang miskin …..
doh, bener2 ironis, ya, mas joe, bukan kemiskinan yang berhasil diberantas, tapi justru malah orang2nya.
akhirnya rakyat yang menderita juga …
itulah yang terjadi, mas joe.
kasihan nasibmu mbok ,mbakyu, sing durung ngerti nek gas elpiji bisa menyengsarakanmu ,karena faktor keselamatan diabaikan.
memprihatinkan, memang mbak. seharusnya peristiwa tragis itu ndak perlu terjadi kalau para pengambil kebijakan memperhitungkannya masak2.
serem… amat ya itu ledakan :08:
menyeramkan, menyedihkan, memprihatinkan, terus apalagi, yak … hmmm ….
kini ledakan gas itu tak ubahnya aksi terorisme kepada rakyat
betul, pak. rakyat yang memiliki tabung gal elpiji 3 kg dihantui rasa takut dan cemas.
Pingback: Tweets that mention Catatan Sawali Tuhusetya -- Topsy.com
Sebenarnya Abu merasa kebijakan mengkoversi gas itu benar, bangsa kita haus maju. Sayangnya pengadaan yang mengambil untung sebesar2nya malah membahayakan masyarakat. Betapa mereka rela menilep untung dengan membahayajan nyawa orang lain, betapa kejamnya. Oh negeriku, negeri cintaku.
memang benar, mas abu, konversi gas elpiji memang bertujuan baik. sayangnya tdk diimbangi dg pelaksana di lapangan yang peka terhadap nasib sesama.
kok ada gambarnya Gurita Paul pak?
hehehe
hehe … namanya saja gambar comotan, mas pencerah, hiks.
andai tabung LPG itu bisa bicara, maka tabung itu hanya akan berkata “awas!, jangan pernah main-main denganku, atau saya luluh lantakkan rumahmu”, he..he..
LPG = bom waktu tanpa detik
wah, kalau bisa ngomong mungkin malah langsung dimusiumkan, mas arif, hehe ….
kadang aku merasa kalau negara ini terlalu memaksakan apa yang belum siap untuk dilakukanya.terlalu pongah dengan kejayaan masa lalu yang saat ini sudah menjadi mitos.ah….., ntah sampai kapan kejadian kayak gini akan terus berlangsung
bisa jadi lantaran para pengambil kebijakan sulit belajar dari pengalaman, mas alief.
LPG = Bom waktu yang setiap saat bisa meledak.. hoi para pembuat kebijakan, mana tanggung jawabmu.. udah terlalu banyak korban tuh..
betul, mas fendik, seharusnya peristiwa tragis seperti itu harus langsung dihentikan, jangan sampai menunggu banyak korban berjatuhan.
kenapa pembuat kebijakan BOM GAS tidak pernah di dakwa sebagi teroris..??…:(
hmmm ….. mungkin karena ndak pernah tercantum dalam UU, mas, hehe ….
Kita semua berharap agar peristiwa tabung gas yang meledak ini tidak terus terulang. Pemerintah juga harus bertanggung jawab akan hal ini. Kenapa juga pemerintah mengambil kebijakan tetapi tidak mengkajinya dengan sempurna terlebih dahulu.
betul, mas ifan. saya termasuk orang yang menunggu sikap ksatria dari pihak terkai utk mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada rakyat.
selamat pagi pak,,,,, ^_^
ok, mas garis, selamat malam. terima kasih telah mampir.
wah, kasihan juga masyarakat kalau terus dilanda rasa ketakutan saat menggunakan elpiji
mudah2an saja teror gas elpiji itu segera berakhir, mas rifky.
saya juga sempat takut takut gimana sekarang kalau pakai tabung elpiji itu pak.. apalagi di rumah ada si kecil yang baru 1 tahun…
ya akhirnya hanya bisa berdoa saja semoga tak terjadi apa2.. dan semuanya baik2 saja…
hmm …. sudah terlalu banyak korban, mas moudy. jangan sampai timbul korban lagi. semoga ndak terjadi apa2, mas, dg tabung elpijinya.
berkunjung lagi pak! ya… awas meledak tuh…. sangat disesalkan. banyak penjual gas elpiji sering mengurangi takarannya… wah dosa tuh! harus segera di tindak.
wah, makin repot, sudah bikin banyak korban, eh, takaran pun diembat lagi, doh!
setiap hari pasti ada aja Kabar tabung Elpiji meledak ..bahkan rakyat indo nesia bagian kalimantan sudah memakai Gasw produk Malaysia..sungguh memprihatinkan
bener2 memprihatinkan, mas adib. bisa jadi penggunaan gas impor sbg pertanda mulai lunturnya kepercayaan masyarakat thdap produk dalam negeri, mas.
kasihan korban yang telah tertelan oleh musibah gas elpiji ini, 🙁
semoga tdk lagi menelan korban, mas.
ledakan bom elpiji yang diusung oleh kaum kapitalis yang miskin kepeduliannya terhadap sesama. sebuah potongan dari postingan di atas yang penuh makna. Salut Pak….semoga suara “tuntutan” kemajuan kita di dengar ‘mereka’. salam hangat dan sukses selalu.
itulah yang kita harapkan, mas yusa. terima kasih salamnya, mas. salam hangat dan sukses juga buat mas yusa.
ckckckck… malang nian nasib Yu Ginak n friends.. semoga para pemilik modal tergerak hatinya untuk lebih peka pada sekitar,, Indonesia…Indonesia… 🙁 *salam kenal bang*
salam kenal juga, mas. ya, ya, semoga mereka yang terkait dg peristiwa tragis itu bersikap ksatria dan menanggung biaya hidup para korban.
yach kalo menurut saya sich ada oknum yang memanfaatkan situasi ini dengan bermain curang, misalnya tabung yang dipretelin, atau isinya yang di mainin, CMIIW 😀
wah, kalau memang benar, sungguh disayangkan, mas, kalau pada akhirnya berakibat fatal buat konsumen.
Klo bisa kembali ke Kayu Bakar ..saya mau kembali ke Kayu bakar aja pak. Risiko paling2 cmn panci gosong aja 😀
dari pada rasanya seperti nyimpen “bom waktu” aja drmh .. :d
betul, mas norjik. itu pilihan yang jauh lebih baik dan bijak ketimbang harus kena teror tabung elpiji.
kasusnya semakin marak nih… di bulan juli saja sudah terhitung 40 kali ledakan yang menimpa warga indonesia
wah, luar biadab! bener2 kurang kerjaan mereka yang berada di balik teror sosial seperti ini.
kian hari makin menggema kasus ini, sudah 40 tabung yang meledak. makin kacau saja… 😐
itulah yang kita sesalkan, mas, mengapa korban terus bertambah tapi tak ada sikap tegas dari pihak2 terkait.
pengantisipasi-an nya dengan memberikan ‘harga murah’ pada kepala dan selang gas-elpiji.
Tapi, apakah ini beneran bisa mengurangi efek kecelakaan !?
Sepertinya hanya waktu yang mampu menjawab =(
ya, ya, kita tunggu saja perkembangannya, mas norland.
Saya justru berimajinasi alangkah lebih nikmat hidup ini jika siklus itu bisa kembali ke siklus pertama,energi kayu bakar. Kita masih dapat melihat perempuan-perempuan perkasa, wanita-wanita petan. Dan, tak ada teror yang siap menjemput maut di pojok-pojok dapur.
hmm … itu memang jauh lebih aman dan nyaman, pak. sayangnya, sumber daya alam kita juga sudah tdk mendukung lagi. perlu sumber energi alternatif lain yang bisa membuat kehidupan tetap aman dan terbebas dari teror gas elpiji.
sudah saatnya densus 88 menangani kasus teror seperti ini 😀
hmm …. mungkin lantaran kejadiannya mirip seperti teroris itu, ya, mas pradna? hehe ….
kita semua harus waspada lagi pada apa yang sudah terjadi di Indonesia ini…makasih
betul sekali, bos. semoga kejadian miris ini tdk kembali terulang.
Yu Ginah, Yu Parjiyem, Yu Tinuk, Yu Blonok, dan yu2 lainnya seharusnya bisa hidup dengan tentrem terus nikmatin ritual petan klo pengelolaan sumber daya alam oleh Negara berpihak pada rakyat terutama wong cilik
bener sekali, mas andi. sayangnya, situasi sekarang agaknya sdh tak memungkinkan Yu Ginah, dkk. melakukan ritual petannya, hiks.
tabung elpiji 3kg ibarat bom teroris…
sangat mirip, mas andy. makanya, banyak temen yang menginginkan agar densus 88 mengusut perkara ini, hehe ….
amerika punya BOM ATOM,
rusia punya BOM NUKLIR,
INDONESIA punya GAS ELPIJI, hahahha
doh, bom saja kok ya terbuat dari gas elpiji yang menyangkut hajat hidup rakyat banyak. ironis banget tuh, mas nico.
Binggung juga sich, gas banyak yang meledak, pakai kayu bakar hutan sudah menipis, miyak tanah selangit.
wah, situasi yang bener2 membingungkan, mas tri. kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.
binggung juga sich, pakai gas banyak yang meledak, pakai kayu bakar hutansudah habis. Pakai minyak tanah harga selangit
jika ingat petan di siang hari dan kebiasaan masyarakat desa lain jadi ingin kembali menikmati suasana pedesaan..
hehe …. sesekali memang perlu mengenang romantisma kampung halaman, mas endar, hiks.
it was very interesting to read sawali.info
I want to quote your post in my blog. It can?
And you et an account on Twitter?
ok, thanks for your attention. (worship)
I would like to exchange links with your site sawali.info
Is this possible?
Very regularly I visit this site. It very greatly is satisfying to me. Thanks the author Thanks for this brilliant article. I am delighted after reading this. Thank you!
thanks infonya
Emang zaman sudah berubah,,,
Karena teknologi sekarang canggih,,,
Tapi kenapa saat kita ada alat pengganti seperti gas Elpiji itu
menjadi banyak korban yang mati/sengsara karena ledakan gas elpiji itu..??/