Kepribadian yang Terbelah dan Rasa Keadilan yang Terkoyak

Saya bukan orang yang paham hukum. Sejak kecil tak pernah belajar teori-teori hukum. Oleh karena itu, saya tak bisa ikut berteriak. Saya hanya bisa mengelus dada ketika menyaksikan nilai-nilai keadilan yang terkoyak atas dugaan munculnya “mafia peradilan”, penistaan, dan pembiadaban. Saya juga hanya bisa melongo saat iseng ikut menyaksikan sidang Mahkamah Konstitusi (3 November 2009) lewat layar kaca yang memutar rekaman berdurasi sekitar 4,5 jam yang diduga mengandung persekongkolan untuk melakukan kriminalisasi terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu. Benar telah terjadi persekongkolan atau tidak, saya juga tidak bisa menyimpulkannya. Otak awam saya hanya bisa mengajukan sejumlah pertanyaan. Sudah sedemikian lumpuhkah ranah hukum negeri ini hingga tak sanggup lagi mengendus upaya-upaya jahat untuk melakukan penistaan dan pembiadaban? Sudah sirnakah nurani kemanusiaan bangsa ini hingga tega melakukan penistaan dan pembiadaban terhadap sesamanya? Sudah demikian rapuhkah pilar-pilar dunia pendidikan hingga gagal melahirkan manusia yang bisa memanusiakan sesamanya?

Relevankah mengaitkan antara dugaan munculnya “mafia peradilan” dan ranah dunia pendidikan kita? Secara langsung, bisa jadi tidak ada memang. Namun, kalau kita sejenak melakukan refleksi, sesungguhnya setiap generasi selalu belajar dari lingkungannya. Tokoh-tokoh pemimpin, elite bangsa, tokoh agama, atau figur-figur publik lainnya, disadari atau tidak, telah dijadikan sebagai rujukan bagi setiap anak-anak bangsa dalam membangun karakter dan kepribadiannya. Namun, ketika para penegak hukum yang seharusnya bisa menjadi teladan dalam menangani berbagai perilaku anomali, justru malah cakar-cakaran dan saling menunjukkan sikap perlawanan, maka yang terjadi kemudian adalah munculnya sikap ambigu kaum muda terhadap nilai-nilai kearifan dan keluhuran budi.

Jika sikap ambigu semacam itu terus berlanjut, bukan tidak mungkin dunia pendidikan negeri ini hanya sanggup melahirkan generasi masa depan dengan kepribadian yang terbelah (split personality). Dunia pendidikan yang notabene menjadi salah satu pusat kultural dan “kawah candradimuka” peradaban akan gagal dalam menjalankan peran dan fungsinya secara optimal. Guru yang berdiri di garda depan dalam dunia pendidikan tak lebih hanya sekadar jadi tukang khotbah yang kehilangan pamor dan kewibawaannya sebagai penjaga gawang moral bangsa. Bagaimana tidak? Ketika seorang guru bilang bahwa setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di depan hukum, tetapi para murid secara telanjang menyaksikan praktik hukum yang amat diskriminatif. Hukum bisa demikian mudah dipermainkan oleh orang-orang berkantong tebal. Ketika guru mengatakan bahwa korupsi itu termasuk perbuatan biadab dan menyengsarakan banyak orang, tetapi para murid secara vulgar melihat banyaknya praktik korupsi yang menggurita di berbagai lapis dan lini birokrasi. Ketika guru menyerukan sikap antikekerasan, tetapi para siswa didik justru melihat banyaknya aksi kekerasan yang dengan gampang disaksikan dalam kehidupan sehari-hari.

Gejala munculnya generasi masa depan dengan kepribadian yang terbelah sesungguhnya berawal dari krisis keteladanan dan berbagai fenomena anomali sosial yang kerap kali terjadi. Muncul kegamangan sikap anak-anak bangsa negeri ini dalam meyakini kebenaran nilai keluhuran budi, kearifan, dan budi pekerti. Bagaimana mungkin para siswa bisa meyakini benar bahwa korupsi atau aksi kekerasan itu sebagai sebuah tindakan biadab kalau ternyata dalam kehidupan sehari-hari praktik anomali semacam itu (nyaris) telah menjadi sebuah budaya dan gaya hidup? Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi generasi yang taat hukum kalau fenomena “mafia peradilan” justru telah menjadi sebuah repertoar kehidupan yang diperankan orang-orang berkantong tebal?

Seiring dengan perkembangan dan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus global, tantangan yang dihadapi dunia pendidikan kita agaknya juga makin rumit dan kompleks. Bukan hanya lantaran faktor-faktor internal ranah pendidikan, seperti kurikulum, sarana-prasarana, atau daya dukung sumber daya, yang dianggap belum memadai, melainkan juga makin kuatnya gerusan kultur dan gaya hidup glamor yang kian memperparah terjadinya krisis keteladanan. Anak-anak sekarang jadi makin kesulitan menemukan sosok dan figur publik yang bisa diteladani karakter dan kepribadiannya. Tidak berlebihan jika guru pun makin sempoyongan memanggul beban perannya sebagai pendidik yang harus terus-menerus menginternalisasi dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kearifan hidup dan keluhuran budi di tengah meruyaknya praktik anomali sosial yang demikian kuat dan nyata-nyata memberikan citra dan aroma busuk di tengah-tengah kehidupan.

Dalam kondisi demikian, dibutuhkan “kemauan politik” semua komponen bangsa untuk bersama-sama melahirkan generasi masa depan yang cerdas, baik secara intelektual, emosional, spiritual, maupun sosial. Hilangkan paham “biarinisme” dan sikap permisif terhadap berbagai bentuk dan perilaku persekongkolan jahat beraroma fasis agar bangsa dan negeri yang besar ini bisa terbebas dari cengkeraman dan belenggu ketidakjujuran. Kalau berbagai praktik penyimpangan dan anomali sosial semacam itu dibiarkan terus mengendap dan berkembang, jangan sesali kalau pada kurun waktu beberapa tahun mendatang, negeri ini hanya akan dihuni oleh manusia kanibal yang tega meminum darah sesamanya. ***

216 Comments

  1. waspadai adanya upaya penggeseran masalah dan pengalihan opini dari masalah yang sebenarnya…
    yang harus diselidiki adalah dari mana sesungguhnya aliran dana kampanye SBY…
    .-= Baca juga tulisan terbaru Love4Live berjudul Hanya Ridha-Mu =-.

  2. jangan lupa pak, hukum itu yang buat adalah mafia, untuk mengakali segala sesuatu, harusnya kan aturan main aja, nggak usah jadi hukum atau apa, karena intinya adalah kesepakatan bersama bukan sesuatu yang bisa diakali atau memang dibuat untuk memperkuat sebuah kelompok sementara menistakan dan menafikan nilai-nilai universalitas.
    .-= Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul Hal keren setelah install Ubuntu 9.10 Karmic Koala =-.

  3. sampai kapan negeri ini terbebas dari hipokrisi? atau memang sudah tertakdirkan bahwa memang suatu negeri akan binasa ketika moralitas dan akhlak dikesampingkan demi intrik politik dan pragmatisme sesaat…CICAK vs BUAYA hanya menggambarkan bagaimana kekuasaaan sekali lagi dapat dimanfaatkan oleh segelintir orang..power tends to corrupt…
    salam
    .-= Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul IHSG Tersungkur ke 2.334 =-.

    1. inilah yang ndak habis bisa dimengerti, mas amsi. konon negeri kita ini negara hukum, bukan negara kekuasaan. tapi perilaku yang ditunjukkan oleh aparat penegak hukum justru makin membuat kita kehilangan kepercayaan. mungkin ada benarnya kalau ada yang bilang, sulit utk mengindari terjadinya perselingkuhan antara penguasa dan pengusaha. doh!

  4. tapi percuma juga kita gembor2 ksna kemari toh orang atasan juga g bakaln ndenger kok yah lebih baik kita bangun diri sendiri dulu

    “jagalah hati
    jangan kau nodai
    jagalah hati
    lenterai hidup ini”

  5. Alur ceritanya mantap, dari masaro, trus cinta segitiga, pembunuhan, century, cicak-buaya, konflik, balas dendam, mafia peradilan, politik dan lain sebagainya.

    produser dan narator negeri ini harus sigap ngambil peluang ini tuk dijadikan film layar lebar.

    filmnya julia robert gak kan ada apa-apanya bila disandingkan dengan yang satu ini.

  6. hukum di negeri ini memang tidak pernah TRANSPARANT… ketika upaya penyelidikan thd oknum buaya atas keterlibatannya dlm rekaya ini..justru fihak yg memeriksa adalah bagian dari oknum buaya itu sendiri bukan dari fihak yg indepeden.. *adakah keadilannya..??*
    cukup mengherankan, memprihatinkan dan membuat saya merasa ngeri b\melihat hhukum di negri sendiri…uang adalah hukum.. *geleng-gelng kepala* 😮 #:-s~X(

    salam, ^_^
    .-= Baca juga tulisan terbaru Didien® berjudul Dagelan : KPK vs POLRI =-.

    1. kita juga belum tahu apa yang akan terjadi di negeri ini kalau upaya penegakan hukum justru malah sudah tereduksi oleh mafia peradilan yang konon malah melibatkan oknum aparat penegak hukum. iki piye toh?

  7. banyak pejabat yg terlibat dalam kasus ini, benar tidaknya mereka terlibat saya yakin kebenaran akan terungkap bila penyidikan ini tidak di serahkan pada institusi yg melibatkan oknum²nya… Publik/rakyat Indonesia yg seharusnya menghakimi mereka… *kek maling ayam aja* %-(%-(8-x
    .-= Baca juga tulisan terbaru d-Gadget™ berjudul Xperia X3 Release November? =-.

  8. Caride™ baru menyadari, bahwa ternyata orang nomor 1 di Indonesia itu bukan Presiden tapi Anggodo.. karena apa..??? karena dia bisa mengendalikan orang² pinter yg keblinger…
    Hukum dapat di beli di negri ini, hukum dapat di rekayasa di negeri ini…hmmmm bukan rahasia umum lagi sebenarnya…. :-t
    .-= Baca juga tulisan terbaru Caride™ berjudul Custom status YM di Blog =-.

  9. komen bonus :d –> Rekaman 4,5 jam yang diperdengarkan di sidang MK secara gamblang menunjukkan wajah hitam penegak hukum kita.. apakah masih perlu di pertahankan orang² yg ada di dalamnya..???
    .-= Baca juga tulisan terbaru Didien® berjudul Dagelan : KPK vs POLRI =-.

    1. iya nih, mas didien. seharusnya ini menjadi titik perhatian dan peringatan serius bagi para petinggi. menyelamatkan bangsa dan negara jauh lebih baik ketimbang menyelamatkan seglintir orang.

  10. emm… memang kalu sudah bicara tentang hukum seakan pikiran saya belum nyampe’ pak, tapi kalau saya melihat kejadian sekarang, banyak masyarakat yang sudah tidak percaya lagi dg hukum. entah itu mungkin karena sudah terpatri dalam masyarakat, bahwa betapa kuatnya hukum akan kalah apabila diajak debat dg yang namanya uang 😉
    .-= Baca juga tulisan terbaru arifudin berjudul Cicak, buaya. yang akur ya =-.

    1. saya kira benar sekali, mas arif. ketidakpercayaan itu muncul akibat negeri ini mengalami krisis keteladan. aparat penegak hukum yang seharusnya menjadi teladan, tapi justru malah menunjuka perilaku sebaliknya. doh, makin repot.

  11. emm… memang kalu sudah bicara tentang hukum seakan pikiran saya belum nyampe’ pak, tapi kalau saya melihat kejadian sekarang, banyak masyarakat yang sudah tidak percaya lagi dg hukum. entah itu mungkin karena sudah terpatri dalam masyarakat, bahwa betapa kuatnya hukum akan kalah apabila diajak debat dg yang namanya uang 😉

  12. ngeri pak jika ditelaah lebih lanjut.. “biarinisme” sangat sangat menghancurkan bangsa ini…

    jika kriminalisasi kpk benar adanya.. tidak hanya ternoda penegakan hukum kita.. tapi sudah amat sangat memuakkan dan menjijikkan bin memalukan sangat….apalagi seluruh dunia juga memonitor hal ini..

    ckckck…
    .-= Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul Penegakan Hukum Indonesia Ternoda =-.

  13. Siswa sekarang sudah melek TV dan internet. Informasi sudah sedemikian pesatnya sehingga berita tentang Cicak VS Buaya sudah bukan hal yang asing. Hal ini menjadi tantangan bagi guru dan kemampuan bagi siswa didik. Bagaimanapun pelajaran akhlak yang menjadi intisari pelajaran sekolah harus tetap disampaikan di tengah-tengah ketidakpastian keteladanan seperti sekarang ini.

  14. Assalamu’alaikum,
    Sekalipun di dunia ini yang salah bisa lolos, tapi di akhirat kelak, semua akan terungkap. Pak, bila berkenan, bila berkenan saya ingin mengundang Bapak untuk mengunjungi blog baru saya (blog hadiah, dari seorang teman Blogger kita), Dan ini Alamat blog baru saya : http://dakwahdewi.herfia.com
    Sedangkan blog lama saya : http://jalandakwahbersama.wordpress.com
    (Dewi Yana) :d/
    .-= Baca juga tulisan terbaru Dewi Yana berjudul Riba =-.

    1. wa’alaikum salam. benar sekali, mbak yana. di akhiratlah nanti pengadilan yang sesungguhnya dan setiap umat manusia tak mungkin bisa berbohong. oh, terima kasih info alamat blognya, mbak.

  15. Oiya pertama kalinya salam kenal, saya baru pertama kali mampir di blog ini (karena memang saya juga baru mulai coba-coba buat blog)

    Melihat masalah di negeri kayanya tidak akan ada habisnya kalau tidak ada ketegasan masing-masing pemegang kekuasaan (baik legislatif, eksekutif maupun yudikatif) untuk benar-benar menjunjung tinggi supremasi hukum yang ada. Tapi alhamdulillah kita masih punya KPK, sebuah institusi yang kalau kita lihat lebih dalam, orang-orngnya adalah orang berpangkat sedang dan bawah namun berani melawan pejabat-pejabat yang jelas-jelas pangkat dan kedudukannya jauh di atas mereka.
    Kita ambil contoh satu saja, Bibit samad, jabatan beliau terakhir adalah kapolda kalimantan timur tapi berani mengungkap kesalahan dari petinggi institusinya sendiri (hal yang sebenarnya sangat mustahil jika di dunia militer). Walaupun beliau sudah nggak di institusi itu sekarang tapi saya yakin kalau pak Bibit benar-benar tahu gimana kedudukan dan kekuasaan pak Kabareskrim di institusi kepolisian. Benar-benar salut buat pak Bibit dan pastinya KPK.

    Tapi yang sungguh disesalkan keberanian pak Bibit ini tidak diikuti oleh petinggi POLRI yang lain, ada indikasi kalau BH* dan N*n*n S sengaja menghambat jalannya proses kasus ini. Saya yakin tidak perlu dijelaskan di sini apa indikasinya semua orang juga tahu.

    Sudah saatnya kebenaran yang menang di negeri ini!!!
    .-= Baca juga tulisan terbaru Annang Mustofa berjudul Portable Active Desktop Calendar 7.4.0.0 =-.

    1. analisis mas annang saya kira hampir sama dengan sebagian besar rakyat yang dibikin pusing dengan perilaku aparat penegak hukum. kenapa penegakan hukum jadi makin membingungkan seperti ini. rupanya reformasi di tubuh institusi hukum barus sebatas slogan nih.

  16. berharap ini segera berakhir dan rakyat terbuka matanya…mana yang lebih bisa dipercaya dan diandalkan…pembelajaran buat kita semua, berterima kasih pada media dan pada kemajuan teknologi yang sekarang bisa dinikmati sampai kepelosok dan rakyat cepat menyerap informasi terkini…
    .-= Baca juga tulisan terbaru Mr. Bad berjudul Cicak Dan Buaya Kapan Selesai? =-.

    1. setuju banget, mr. bad. kasus bibit-candra perlu dijadikan sbg pelajaran berharga buat aparat penegak hukum dan buat bangsa ini agar proses supremasi hukum benar2 bisa dilakukan secara benar.

  17. Bagus juga bisa bersuara Pak. Padahal banyak pihak lain yang diam. Mungkin mereka sibuk makan kue yang baru saja dibagikan. Maklum, mereka memang anak penurut pesan orang tua, yang katanya kalo lagi makan jangan ngomong apalagi nulis :d/
    .-= Baca juga tulisan terbaru Iwan Awaludin berjudul Takdir =-.

  18. hmm..
    terus pepet orang2 yg gemar ber-korupsi dan ber-kolusi..
    dan terus dukung..
    orang2 yg gemar melawan korupsi dan kolusi..
    dan jgn pernah lakukan..
    korupsi dan kolusi kecil2an di sekitar kita..
    sebab dr yg kecil akan membuat kita..
    terbiasa dgn yg besar..
    demi republik tercinta yg lebih baik.. 😉

  19. Berarti guru juga pegang peranan besar untuk mendukung generasi mudanya gak ikut paham “biarinisme” ..
    Eh, istilah ini dah masuk ke EYD belum Pak?
    :mrgreen:

    1. saya kira benar, mas mike. konon ada yang bilang, ketika reformasi berlangsung, tak diimbangi dengan reformasi kultural yang sebenarnya merupakan “jantung” dari semua jenis reformasi.

  20. ya inilah potret dari pejabat2 kita yg semakin hari semakin parah aja….padahal bagi rakyat kecil semua itu sudah cetho wela welo ngegla ngeglo nyulek moto….lha kok masih aja membantah…..coba aja kalo si anggodo itu pencuri kelas curanmor…maka tanpa babibu lagi sudah dihajar habis2an di polsek…lha ini mo ngadep tim 8 aja pake nunggu pengacaranya yg berjumlah 12 itu dateng semua baru mau turun dari mobil………….
    .-= Baca juga tulisan terbaru m4stono berjudul Terjemahan Serat Wedhatama Sinom 4-5 =-.

  21. Lebih sulit rasanya menegakkan keadilan pada orang -orang yang mengerti hukun karena mereka bisa membolakbalikkan fakta tapi siapakah yang dapat menyembunyikan kebenaran di pengadilan akhirat???

    1. bener sekali, mas. paling repot kalau berurusan dengan orang2 yang tahu hukum, tapi justru diduga melakukan pelanggaran hukum. pasal2 hukum bisa diplintir sana-sini utk pembenaran. repot.

  22. kalo untuk kasus2 yang beredar seperti ini kalau saya sih lebih memilih wait and see aja deh..bukannya saya senang dgn ketidakadilan yg ada tapi saya takut takabur..yang penting berdoa aja biar kasus2 seperti ini bisa selesai dengan cepat agar perekonomian negara ini juga bisa kembali pulih dari keterpurukan.
    .-= Baca juga tulisan terbaru kodil berjudul Program Konversi Minah ke Gas Yang Salah Sasaran =-.

  23. saya juga bukan orang hukum, pak. dan jujur, sangat sedih lihat para pengacara menggunakan hukum demi kepentingan sendiri. ini namanya hukum tanpa hati nurani.
    .-= Baca juga tulisan terbaru haris berjudul Makan dan Makam =-.

  24. Permasalahan bangsa ini sungguh rumit….benar sungguh rumit….kita hanyalah penonton dan tidak boleh langsung menyimpulkan siapa salah dan siapa benar. Saat kita mengetahui dgn benar kebenarannya disaat itulah kita boleh berkata siapa benar siapa salah….
    .-= Baca juga tulisan terbaru Yandera berjudul Pasir Padi Beach =-.

  25. sekarang mari kita tunggu tindakan apa yang diambil oleh pak presiden dengan masalah ini. semoga beliau mampu berbuat adil sehingga akan terungkap siapa yang hitam dan siapa yang putih
    .-= Baca juga tulisan terbaru dafhy berjudul Aku Bosan Dengan Mataku =-.

  26. Sayang sekali, negeri yang kaya raya dan berpenduduk banyak ini dirusak oleh oknum2 yang tak bisa mengemban amanah dan juga oleh tikus2 licik yang serakah mas. Ngelus dada deh.
    Salam hangat dari Surabaya

  27. Saya merasa terganggu dan tidak nyaman dengan istilah cicak dan buaya. Saya akan pecat orang yang pertama menggunakan istilah itu.

    :d

  28. mau bertanya lebih mendalam , secara bahasa kapan mulai dikenal istilah ‘rasa keadilan’ , apakah ada versi bahasa inggrisnya ? kok tiba2 akhir2 ini istilah tersebut begitu mengemuka ya ?

    1. hmmm … sepanjang yang saya tahu, mungkin ini istilah dari sosiologi ketika keadilan yang sudah lama didambakan masyarakat tapi justru tercederai oleh penegakan hukum yang dianggap kurang adil.

  29. melihat suasana politik dan hukum saat ini ibarat nonton film yang dibuat oleh sutradara amatir, terlalu jelas terlihat bahwa film itu cuma rekayasa… Ditambah lagi aktor-aktor yang ada amatiran juga, aktingnya sama sekali nggak bisa meyakinkan penonton bahwa apa yang meraka tonton bukan film, penonton yang nggak ngerti film sama sekali pun tahu kalau yang mereka tonton adalah sebuah cerita rekayasa yang dibuat oleh sutradara besar di balik itu.
    .-= Baca juga tulisan terbaru Annang Mustofa berjudul Pengantar Perpajakan =-.

  30. Mungkin perlu kehidupan keluarga yang harmonis bagi anak2 kita Pak.
    Agar orang tua dekat pada anak-anaknya sehingga mampu berkomunikasi intens tentang segala hal yang terjadi dalam hidup mereka
    Juga tentang penilaian mereka akan peristiwa yang terjadi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *