Jaunty Jackalope dan Upaya Pembebasan Mitos Pembajakan

Ternyata ada untungnya juga jadi orang nekad. Nekad untuk bisa secepatnya terlepas dari cengkeraman perangkat lunak berharga setinggi langit dari sang jendela yang bertahun-tahun lamanya telah melahirkan jamaah pembajak. Ya, ya, ya, harga produk-produk microsoft yang terbilang mahal, disadari atau tidak, justru telah membuka peluang pembajakan perangkat lunak sebagai sebuah budaya. Orang merasa tidak risih ketika perangkat lunak yang digunakan sejatinya merupakan produk tak halal dan nyata-nyata telah melanggar hak cipta.

Dalam kondisi demikian, sungguh sebuah terobosan yang menarik apabila penggunaan software open source terus digalakkan, utamanya kalangan kelas menengah ke bawah yang selama ini telah ikut terperangkap dalam sebuah imperium penjajahan yang “dengan sengaja” dilakukan oleh kaum pemilik modal.

Setelah nekad dan terus “terprovokasi” oleh beberapa teman yang sudah terlebih dahulu melenggang memaknai kebebasan dengan menggunakan perangkat lunak open-source, akhirnya saya berhasil juga melakukan migrasi. Pilihan jatuh pada software Ubuntu 9.04 yang menggunakan codename “Jaunty Jackalope”. Sebagai pengguna baru, pemilihan perangkat lunak itu bukan lantaran saya bisa membandingkan kelebihan dan kekurangan sebuah software, melainkan semata-mata nekad saja. Penginstalan Ubuntu 7.10 Gutsy Gibbon pernah memberikan pengalaman buruk buat pengguna perangkat IT yang gaptek seperti saya. Saya terpaksa beralih ke jendela karena fitur dan fasilitas yang ditawarkan belum sepenuhnya mendukung kinerja PC saya, mulai driver sound, video, printer, dan perangkat lunak yang lain.

Ubuntu 9.04 Jaunty Jackalope benar-benar mengubah pandangan saya tentang software open-source. Fitur dan perangkat yang ditawarkan sungguh membuat saya jatuh cinta. Ia tidak saja membebaskan saya dari mitos pembajakan, tetapi juga membuat saya bebas menikmati kemudahan-kemudahan dalam menginstal perangkat pendukung sistem operasi di netbook yang saya gunakan. Melalui terminal, synaptic, update manager, atau add/remove, saya bisa dengan mudah menginstalasi perangkat pendukung kinerja komputer. Kemudahan ini juga saya peroleh berkat “kemauan baik” sahabat-sahabat pengguna open source yang mau membangun semangat berbagi dan share dalam mengoptimalkan kinerja sofware open source dalam sistem operasi komputer. Saya bisa dengan mudah menemukan tulisan dan tutorial open source itu lewat search-engine.

Terima kasih para sahabat pengguna linux yang telah membuka mata fisik dan batin saya untuk tidak terus-terusan terperangkap dalam mitos pembajakan perangkat lunak dari tahun ke tahun. ***

No Comments

  1. harus nekat pak 😀
    saya aja nginstal ubuntu intrepid ibex 8.10 cuma dengan bantuan pakdhe google, dan langsung kesengsem sama ni distro, apalagi si jaunty, startupnya cepet banget tuch, vista ultimate asli bajakan saya aja kalah cepet 😛

    nunggu apakah karmic koala bisa meng-enable-kan media reader CQ40 saya 😀

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *