Muhibah kesenian berlabel “Musikalisasi Puisi Bulan pecah” itu akhirnya tergelar juga. Sabtu malam, 9 Mei 2009, aula koperasi Kantor Departemen Agama Kab. Kendal, menjadi saksi sebuah perhelatan unjuk karya kreatif penyair Semarang, Soekamto, melalui antologi puisinya “Bulan Pecah” yang digelar atas kerja sama antara Dewan Kesenian Kendal (DK2) dan Dewan Kesenian Semarang (Dekase).
“Selain sebagai media untuk memberikan ruang berapresiasi puisi, pentas itu sesungguhnya lebih dimaksudkan sebagai upaya untuk membangun jejaring antarkomunitas seni dan dewan kesenian di berbagai daerah, khususnya Jawa Tengah,” ujar penyair kelahiran Semarang, 44 tahun yang silam itu ketika saya kontak via HP tempo hari, yang kembali dipertegas menjelang pementasan. Ya,ya, ya! Sebuah ide kreatif, berupaya menjalin muhibah berkesenian lewat karya, batin saya.
Maka, malam itu, aula koperasi yang biasanya sunyi pun mendadak ingar bingar. Acara diawali dengan upacara pembukaan yang diisi sambutan Ketua DK2, Itos Budi Santosa dan Ketua Dekase yang diwakili Beno Siang pamungkas. Pada kesempatan ini, sang penyair, Soekamto, berkenan menyerahkan sebuah buku antologi puisi karyanya “Bulan Pecah” kepada Ketua DK2 setelah didaulat penyair Timur Sinar Suprabana.
Usai upacara pembukaan, suasana pentas mendadak sunyi dan nglangut ketika secara tiba-tiba Sonru, salah seorang penggiat teater Semut, membacakan salah satu sajak karya Soekamto secara teatrikal. Suasana nglangut makin sempurna ketika Yuyun, yang juga seorang penggiat Teater Semut, tak kalah teatrikalnya membacakan sajak “Terjerat Laso” dan penyair Handry TM lewat sajak “Adegan Terakhir”. Namun, suasana nglangut mendadak cair ketika kelompok “Roda Gila” yang digawangi dua penggiatnya menguasai pentas. Dengan gaya kocak dan sentilan-sentilan plesetannya, dua anak muda itu berhasil “menyihir” sekitar 100-an tamu undangan yang hadir dari unsur pengurus DK2 beserta komisariatnya, penggiat teater, dan masyarakat Kendal peminat sastra.
“Perkenalkan, nama saya Sutardji Djoko Damono!” ujar lelaki muda berkaca mata.
“Saya, Sapardi Calzoum Bachri, hehehe …!” sahut lelaki muda satunya.
“Saya akan membacakan beberapa puisi karya Soekamto. Jika jelek, silakan cabuti bulu kaki saya, kalau baik silakan cium saya, hehe ….” ujar lelaki muda berkaca mata dengan gaya santai yang diamini sahabat pentasnya. Selanjutnya, secara bergantian, mereka membacakan beberapa puisi karya Soekamto dengan gaya vokal, intonasi, dan penghayatan yang sengaja dibuat jauh dari sempurna. Persis seperti anak TK yang sedang belajar baca puisi. Pembacaan puisi dengan gaya semacam itu tak luput membuat penonton tak sanggup menahan tawa.
“Jangan tertawa dan jangan tepuk tangan!” ujar lelaki muda berkaca mata itu ketika melihat tanda-tanda penonton hendak memberikan aplaus kepada mereka.
“Bener-bener gila!” celetuk Iyan, sang pembawa acara sambil tersenyum setelah dua anak muda itu turun pentas.
Suasana pentas kembali sunyi dan nglangut ketika penyair Beno Siang Pamungkas dan Timur Sinar Suprabana tampil membacakan puisi karya Soekamto di atas pentas. Ya, ya, ya, pembacaan puisi dukungan dari beberapa penggiat teater dan penyair malam itu, disadari atau tidak, telah menjadi pengantar yang cukup mengharukan buat Soekamto yang hendak tampil bersama kelompok musik “Kamfang” (Kampung Semarang).
Maka, suasana panggung pun kembali ingar-bingar ketika pembawa acara mempersilakan group musik “Kamfang” dan penyair Soekamto tampil di atas pentas. Dengan dukungan setting panggung yang ditata lewat sentuhan artistik oleh Babahe Leksono, seorang penggiat teater dari Semarang, Soekamto bisa dibilang tampil memikat. Melalui iringan musik yang digawangi tiga pemusik muda, penyair yang juga sekretaris Dekase itu secara berturut-turut membacakan puisi “Bulan dan Bumi”, “Sajak Seratus Lilin”, “Bulan Pecah”, “Sajak Anak-anak” dan “Sajak Terakhir”. Lewat dentuman dram yang rancak, alunan melodi yang menghanyutkan, dan cabikan bass yang sesekali menghentak ala musik cadas, Soekamto terus beraksi menuntaskan “adrenalin” dan naluri kepenyairannya di atas pentas. Vokal “bariton”-nya yang serak-serak basah justru makin mengukuhkan keunikan dan kekhasannya sebagai penyair yang tampil beda.
Tentu saja, puisi “Bulan Pecah” yang dijadikan sebagai titel antologinya digarap secara total sebagai pemuncak acara. Soekamto dan group musik “Kamfang” bisa dibilang tampil memikat dalam memanjakan penonton.
Bulan Pecah
Bulan pecah
di bawah bayang-bayang
garis cakarawala yang panjang
membentangrisauku tak tertahankan
gelisahku semakin menggebu
amarahku lepas
porak-porandakan segala benda
yang adabulan pecah
ketika aku tak ingat apa dan siapa
:alpabulanku pecah
Ketika temaram menjelang
:keheninganbulan pecah di bawah bayang-bayang
kesumatku yang panjang
membentang
Begitulah! Lewat vokal bariton dan iringan musik ala cadas yang rancak, Soekamto setidak-tidaknya telah berusaha membebaskan mitos puisi dari kungkungan dan belenggu tekstual semata. Dan, agaknya dia berhasil. Ya, ya, ya, “bulan” Soekamto akhirnya pecah juga di tanah Bahureksa, Kendal. Ini merupakan pentas yang keempat kalinya, setelah mereka tampil memanjakan publik sastra di Jepara, Kudus, dan Semarang. Masih ada lima daerah lagi yang hendak disambanginya.
Namun, acara belum juga usai. Masih ada diskusi yang tak kalah seru, terutama tantangan untuk mengokohkan jalinan silaturahmi dan upaya membangun jejaring antarkomunitas seni dan dewan kesenian antardaerah yang selama ini dinilai belum optimal dalam menciptakan atmosfer berkesenian dan berkebudayaan yang lebih intens.
“Kita tak cukup hanya membangun jejaring antarpersonal, tapi juga perlu mengembangkannya lebih lanjut menjadi jejaring antarkomunitas, termasuk dengan sesama dewan kesenian,” ujar Soekamto.
Lontaran Soekamto, seperti sudah bisa ditebak, mendapatkan respon beragam. Timur Sinar Suprabana, Handry TM, Itos Budi Santosa, Aslam Kussatyo, bahkan saya sendiri, mencoba menafsirkan tantangan Soekamto sesuai dengan alur pikirannya masing-masing. Dan seperti biasanya, diskusi dengan sesama seniman (nyaris) tak gampang menemukan titik temu. Meski demikian, setidaknya lewat momen seperti ini, akan cukup terbuka banyak kemungkinan untuk menciptakan ruang-ruang kreatif yang bisa dimaksimalkan dalam mendinamiskan dunia kesenian dan kebudayaan.
Soekamto dengan dukungan Dekase telah memulainya dengan unjuk karya sebagai salah satu cara membangun jejaring antarkomunitas dan lembaga kesenian. Ide-ide kreatif semacam ini jelas tak akan banyak maknanya jika tidak ditindaklanjuti secara nyata oleh komunitas atau lembaga kesenian lain lewat aksi-aksi berkesenian yang menggugah dan inspiratif. Saling bersilaturahmi dan unjuk karya antarkomunitas dan lembaga kesenian jelas masih sangat dibutuhkan untuk membangun semangat berkesenian dan berkebudayaan meski dunia telah menjadi sebuah perkampungan global. Nah, bagaimana? ***
acara yang menakjubkan, membanggakan..ikut berbahagia dengan acara2 sperti ini pak..di daerah saya masih minim hal serupa. semoga pak sawali terus bersemangat dalam menggapai segala cita-citanya..trims
Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul Tabungan vs Investasi?
@pensiun kaya,
hehe … ini juga berkat kerja sama yang apik dg sahabat2 di teater semut, DK2, dan Dekase, mas.
Mbok Saya dibuatkan “Bulan Datang di awal Bulan” Pak…
Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Empu Gambling, Empu Google dan King Gambler
@marsudiyanto, Bulan Madu wae
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Joglo Abang
@marsudiyanto,
widih, pak mar? apa ndak seharusnya permintaannya diubah menjadi: “datang bulan di awal bulan”, pak, kekeke ….
– komunikasi antar person, antar komunitas udah mudah sehingga pembentukan jejaring bisa maksimal.
– hal itu memungkinkan memasyarakatkan seni juga lebih dapat dikoordinasikan pelaksanaannya.
– saran, event2 lingkup kabupaten/kota, kerjasama antar dewan kesenian kabupaten/ kota dipersering diberbagai tempat sesuai kapasitas jejaring yang telah dibangun, lambat laun, event yang lebih besar dapat terwujud, sebagai indikasi pemasyarakatan seni tsb. lebih meningkat.
– saya setuju soliditas jejaring adalah kunci, dan itu sudah diupayakan.
Baca juga tulisan terbaru BobEcaEco berjudul Gelaran 3 : Padhang mBulan n Bau Solar
@BobEcaEco,
wah, terima kasih banget support-nya, mas bob. semoga dg jejaring yang hidup, kreativitas dan semangat berkarya menjadi semakin terpacu!
acara yang menarik mas sawali
bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai karyanya sendiri
semoga kesenian indonesia tetep bangkit dan membanggakan bangsa ini
omong2 mas sawali gak ikut ngisi??
@annosmile,
amiiin, seoga demikian, mas anno. btw, pentas itu memang utk mas kamto, dkk. kok, saya kan kebetulan yang jadi tuan rumahnya, hehe ….
Bulan pecah? Sulit untuk dibayangkan. Kalau bulan telat, ini yang sering menjengkelkan.
Baca juga tulisan terbaru rochman berjudul Blog of The Year
@rochman,
bulan telat? menjengkelkan? apa ini, pak jai? jadi ndak ngeh saya, wakakaka ….
wah. kelihatan acaranya seru banget itu Pak.
yah, semoga saja kelak di Ponorogo bisa diadakan pagelaran2 budaya seperti ini. 🙂
Baca juga tulisan terbaru denologis berjudul Blogging Biasasaja #3 ; Ekspresi 17 Hari
@denologis,
iya, mas deno, memang seru banget. wah, kalau ponorogo pasti bisa lebih heboh!
ssekarang BULAN PURNAMA Pak…….
smoga ada TUR KELILING INDONESIA….
Baca juga tulisan terbaru LuXsmaN berjudul Antenge Mikir
@LuXsmaN,
hehe … bener, mas luqman. ada tur keliling indonesia apa ndak, saya juga belum tahu persis, mas.
Luar biasa pak, acaranya ramai sekali
Baca juga tulisan terbaru Taktiku berjudul Download Aplikasi Chat Facebook Gratis
@Taktiku,
bener, mas, terima kasih apresiasinya.
kok di aula depag bukan di tempate mas Itos? keliatannya acaranya menarik, kalo saya hadir mudeng nggak ya 😳
Baca juga tulisan terbaru masjaliteng berjudul Guruku panduanku
@masjaliteng,
dapat tempatnya memang di situ, masjaliteng. apalagi waktu persiapannya mepet banget.
pasti seru ya pak acaranya.
semoga karya sastra putra – putri kendal makin dikenal.
semakin sering mengadakan pentas seni pasti semakin diperhiungkan keberadaannya.
Baca juga tulisan terbaru sepur berjudul PINGIN JADI CADDY
@sepur,
amiiin, mudah2an demikian, mas pur. terima kasih support-nya.
sepertinya di jaman modern sekarang ini penikmat seni seperti ini sangat jarang ya Pak Sawali. kenapa ya???
Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Theory Fashion
@casual cutie,
bisa jadi begitu, mbak. tapi saya yakin, seni ndak akan pernah bisa mati, kok, hiks.
pentas karya sastra sekarang ini seolah ditelan oleh pentas yutuban ya pak…
huehehehehe
Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Joglo Abang
@ciwir,
yutuban? walah, tak kira tayuban, mas santri. hehe …
saya sering menyaksikan pertunjukan pembacaan puisi, yo, adanya gitu-gitulah, anyep rasane ! Mungkin karena saya bukan pecinta sastra ! Namun ketika saya menyaksikan Pembacaan Puisi dengan iringan musik saya sangat tertarik. Sebebanrnya ini bukan hal baru, tapi sekarang memang perlu pembacaan puisi kayak gini, saya suka dari pada pembacaan puisi ala garingan, hambar bro ! ibarat makan nasi tanpa sayur. Mudah-mudahan acara tersebut dapat menjadi embrio tumbuhnya kelompok2 Puisi Musikal di Kabupaten Kendal.
@Totok Subagyo,
amiiin, terima kasih support dan apresiasinya, mas totok. musikalisasi memang dimaksudkan utk mendekatkan sastra, khususnya puisi kepada anak2 muda, mas, agar mereka bisa lebih enjoy mengapresiasinya.
paling seneng kalo bulan Madu..:D
Sebagai orang Kendal saya ikut bangga kalo baca/dengar acara-acara apapun di Kendal… pengobat kangen pak, Matur Nuwun.
Baca juga tulisan terbaru Xitalho berjudul Belajarlah Seadanya…
@Xitalho,
loh, mas xit, dari kendal juga? kendalnya mana, mas? malah baru tahu nih!
dari foto-foto yang pak sawali tampilkan di blog ini, saya bisa membayangkan, betapa ‘hebohnya’ acara malam itu. selamat pak. saya merindukan kegiatan seperti itu.
Baca juga tulisan terbaru Zulmasri berjudul PERSOALAN KEHADIRAN DALAM KARYA SASTRA (2)
@Zulmasri,
memamg heboh, pak zul, hehehe … juga ada diskusi yang tak kalah serunya, haks.
Wah saya sekali nonton teather itupun sat ospek, asik banget nontonnya…
hehehe … acaranya juga keren tuh, mas. ospek saja mesti ada pertunjukan teaternya! keren!
Maaf, baru bisa bertandang ke sini setelah berkali-kali dicekal sama anti-virusku ketika mencoba membuka blog Pak Sawali.
Syukur hari ini, sirenenya ngak berbunyi dan koneksinya ngak putus. Ada apa?
Baca juga tulisan terbaru Juliach berjudul Larilah hai kudaku!!!!!
duh, saya juuga mohon maaf kalau beberapa waktu sebelumnya blog ini gampang disusupi. bahkan, berminggu-minggu kena malware, mbak. sekarang dah pindah server. semoga saja lebih aman dan nyaman, hehe …
➡ Two thumbs 4u pak sawali.
Tulisan ini mengingatkan saya pada satu masa tahun 1993. ketika masih aktif di dunia teater dan film IKJ. Sementara dengan puisinya…saya jadi inget dengan jaman2 SMA tahun 1991. Ketika saya meraih Poetry Reading English Festival. Berlatihnya itu sampai sebulan….Karya yang diperankan waktu puisi berjudul Jakarta Karya Arifin C noor. Terus terang tulisan ini membawa saya flashback ke jaman dulu…. 😯
Musicalisasi puisi…ini sebuah pentas yang memiliki muatan seni yang luar biasa.
duh, salut banget dg prestasi pakdhe, ternyata pernah menjadi pembaca puisi yang hebat!
Wah luarbiasa pak.. selalu takjub saya dengan kegiatan jenengan.. sukses pak! 🙂
Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul The Master, Luarbiasa!
walah, mas azaxs bisa saja nih. hanya kebetulsan saja, kok!
semoga pentas semacam ini bisa berkesinambungan pak, meskipun banyak waktu dikorbankan dalam prosesnya, tapi alhamdullillah membaca postingan ini seakan semuanya indah dan lacar…
Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul character assasination
terima kasih support dan apresiasinya, mas surya, mudah2an semangatnya tak seperti obor blarak, selaki berrati sesudah itu mati, hehehe …
wow… hmmm… well..
Baca juga tulisan terbaru ngatini berjudul OBSESIF KOMPULSIF
walah!
Baca tulisan di atas jadi inget semasa saya nongkrong di TIM Jakarta. Kumpul dengan kawan-kawan seniman dari berbagai macam kesenian. Sastra, sinematografi, musik, lukis.
Kenangan yang tak terlupakan.
Baca juga tulisan terbaru itempoeti berjudul Obrolan Ki Hajar Dewantoro-Paulo Freire, -Sebuah Cengkerama Khayali-
salut dan dua jempol buat mas itempoeti. saya sudah menduga, baca2 postingan mas itempoeti mengingatkan saya akan sosok seniman yang berpikir merdeka dan kritis.
wah seru ni pak kegiatannya, sukses slalu pak 😉
Baca juga tulisan terbaru arifudin berjudul Robot Artificial Intelligence (flash game)
matur nueun support dan apresiasinya, mas arif.
wah keren buanget tulisannya bang…sukses terus yah bang
Baca juga tulisan terbaru harry seenthing berjudul Indonesian election results
matur nuwun, mas herry. terima kasih apresiasinya! sukses juga buat mas harry.
Mas,
Saya pernah nonton pertunjukan teater sekali aja waktu di Medan.
Saya cuma bisa bilang, ingin seperti mereka tapi sayang gak sanggup. 😀
Baca juga tulisan terbaru zee berjudul blog domain pribadi diblokir di kantor…
walah, kan baru sekali nonton, toh, mbak zee, napa sudah bilang ndak sanggup? haks.
Bulan pecah …. jadi inget dulu jaman Rasul : Bulan terbelah,untuk menunjukkan kpd org2 kafir http://www.wikiislam.com/wiki/Splitting_the_Moon_Miracle
Tentang pementasan itu … salut deh untuk DK2, semoga tetap eksis
Baca juga tulisan terbaru wahyubmw berjudul MEMBIDIK GURU BERPRESTASI
terima kasih support dan apresiasinya, pak wahyu!
Wah hebat!
Kendal sudah seperti Jogja saja Pak Sawali.
Kesenian dan sastra benar-benar digalakkan sepertinya ya..
Bravo!
Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Make Love, no Goodbye
walah, hanya kebetulan saja kok, mas don. sungguh tak sebanding dg jogja yang sudah lama dikenal sbg kota budaya!
casualcutie juga suka seni, terutama seni lukis dan ukir. tapi casualcutie ga bs ngelukis ataupun ngukir. tapi suka liat org lg ngelukis & ngukir. hebat ya…cantik-cantik hasilnya. kalo pentas seperti itu sepertinya jarang di daerah casualcutie, jarang ada peminatnya. tapi kalo seni wayang masih ada, kalo nonton kadang berebut tempat duduk.
Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Bangle and Cuff
wah, wayang juga seni yang adilihung loh, mbak cutie. kan ada unsur fashion-nya juga toih, hehehe ….
sy dukung terus kesenian dan sastra indonesia pak 🙂
terima kasih support dan apresiasinya, mas afwan.
Hmm… Saya jadi kangen untuk menonton acara pembacaan puisi. Jauh dari dunia kampus memang membuat saya jadi sulit menuntaskan kerinduan itu. Dulu saat di Yogya sempat menonton pembacaan puisi oleh Rendra, Emha, KH. Mustofa Bisri, Djaduk Ferianto, Afrizal Malna. Sungguh indah bisa menonton pembacaan puisi yang penuh ekpresif oleh para penyair itu.
Baca juga tulisan terbaru racheedus berjudul Tak Punya Uang
@racheedus,
iya, suasana beda akan kita temukan dalam pertunjukan2 semacam itu, mas rache. kita seperti mendapatkan asupan gizi batin yang sehat dan mencerahkan.
tak ada kata lain selain salut bahwa mendenyutkan nadi sastra terus dilakukan pak sawali. Jujus sy sprti terbawa dalam suasana itu
Baca juga tulisan terbaru zenteguh berjudul Art Lover
@zenteguh,
matur nuwun support dan apresiasinya, mas teguh.
Pingin hadir tadinya pak, sayang lagi ada acara di kantor, mudah2 an kalau ada acara lagi bisa hadir pak tlg saya dikasih tahu pak kalau pas ada acara
Baca juga tulisan terbaru achmad sholeh berjudul Hadapi Dengan Senyuman
@achmad sholeh,
gpp, pak sholeh. insyaallah kalau ada acara seperti ini akan saya kontak. matur nuwun, pak.
membaca ulasan ini membuat saya seakan-akan berada di dalam acara dimaksud, pak. apalagi saat membaca feature mengenai penampilan roda gila. saya jadi ikut ngakak.
hmm… saya miskin sekali dengan pengalaman semacam ini. iri banget deh dengan pak satu. apa mungkin saya yang kurang meninggikan antena di kota saya, ya? bisa jadi acara-acara semacam digelar pula di sini, hanya saja saya yang kuper. hehe…
hehehe … mbak yulfi di padang, kan? wah, padang kan justru gudangnya sastrawan. sudah tersohor sejak dulu itu, mbak. aktivitas sastra di padang pasti lebih oke. kalau di kendal, hanya kebetulan saja ada teman yang mau pentas, dan sudah pasti kami menyambutnya dg senang hati.
Salam
Waduh cerita Pakde soal pembacaan puisi ala anak TK itu bener-bener bisa bikin saya ketawa di depan layar gimana klo nonton langsung ya? wah di kota saya lom ada kayak ginian Pak De..banget2 pengen liat baca puisi teatrikal, seinget saya nonton terahkir acara gini waktu WS Rendra nyambangin kampus sastra dan saya nyolong2 jam kuliah buat nonton dan nangkring di fakultas lain demi Rendra dan itu sudah beberapa tahun lalu hiks…. *wealah kok jadi curhat aku, koyongono*
Baca juga tulisan terbaru nenyok berjudul Hidup | Pilihan Benar dan Salah
walah, mau lihat rendra saja mesti nyolong2 segala, hehe … sesekali main ke knedal kalau pas ada baca puisi teatrikal, mbak ney, hehe … hampir setiap tahun ada gelar budaya, kok.
Hebat..Hebat..Hebat…Fantastis….
Kerunduanaku akan teater jadi memuncak
kapankah?
aku kembali
bisa
.-= Baca juga tulisan terbaru jahid KLW berjudul KKN PARA MAHASISWA TUA =-.
@jahid KLW,
woow…. ayo dong, om, kembali ke panggung, hehe ….