Dari S.N. Ratmana hingga Obrolan tentang Penulisan Teks Cerpen

dialog1dialog2dialog3Minggu, 26 April 2009, saya didaulat untuk berbagi pengalaman seputar penulisan teks sastra, khususnya cerpen, di SMA 1 Slawi, Kab. Tegal, Jawa Tengah. Oleh Bu Sunarni, guru Bahasa Indonesia, acara hari itu agaknya memang di-setting khusus untuk mendekatkan dan sekaligus mengakrabkan siswa didiknya pada dunia penulisan.

“Acaranya bedah buku dan berbagi pengalaman menulis. Bapak nanti kebagian jatah untuk berbagi pengalaman tentang penulisan cerpen, bagaimana kiat-kiat menulis, apa keuntungannya, dll.” jawab Bu Sunarni lewat SMS ketika saya menanyakan format acaranya.

Meluncurlah saya ke Slawi. Setelah menempuh perjalanan dengan bus umum, akhirnya saya tiba juga di sekolah yang kini berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) itu pukul 11.30 WIB. Ternyata, Pak SN (Soetjiningrat) Ratmana masih sibuk berdialog dengan para siswa di sebuah ruang yang ada di lantai II.

Hmmm…. Ternyata ada Pak Suci –demikian panggilan akrab Pak SN Ratmana– juga. Beliau terbilang sastrawan senior yang namanya sudah tak asing lagi dalam peta sastra Indonesia mutakhir. Sastrawan sepuh yang kini usianya sudah mencapai kepala 7 itu layak diapresiasi atas kiprah dan semangatnya yang tak pernah berhenti menularkan “virus” kesastrawanannya kepada generasi muda yang kebetulan memiliki minat serius terhadap dunia sastra. Pertemuan saya terakhir dengan Beliau ketika berlangsung Temu Sastrawan Jawa Tengah sekitar 7 tahun yang lalu. Bicaranya santun, tenang, dan berwibawa. Di mata saya, Pak Suci adalah sosok penulis multidimensi. Beliau guru Fisika di sebuah SMA, tetapi perhatian dan komitmennya terhadap dinamika dunia sastra tak seorang pun yang bisa meragukannya. Puluhan buku, baik fiksi maupun nonfiksi, telah lahir dari tangannya. Secara tidak langsung, Beliau telah menjadi guru imajiner sejak saya mencoba mengakrabi dunia penulisan cerpen.

Maka, begitu acara Imashol (istirahat, makan, dan sholat) diumumkan panitia, saya bergegas menemui Pak Suci. Sambil makan siang, kami terlibat obrolan santai. Yang membuat saya kagum, Beliau masih bisa mengingat dengan jelas Temu Sastrawan Jateng yang sudah berlangsung 7 tahun yang silam itu. Obrolan pun terus mengalir, dari soal keseharian, barometer perkembangan cerpen yang bergeser dari Horison ke Kompas, hingga isu-isu mutakhir tentang orientasi pengelola media cetak yang mulai menggusur rubrik sastra. Sayangnya, obrolan gayeng itu mesti berakhir, karena saya harus bersiap-siap terlibat dalam dialog dengan para siswa.

Usai shalat Zuhur, dialog pun dimulai. Saya tak banyak bicara tentang hal-hal yang bersifat teoretis. Sekitar 110-an siswa saya ajak untuk memasuki dunia penulisan cerpen. Bagaimana harus menggali ide, menggarapnya dengan racikan bahasa yang ekspresif, membangun konflik, atau bagaimana mengatasi kebuntuan menulis. Sekadar contoh, saya membacakan cerpen “Sepotong Kepala” yang terkumpul dalam buku “Perempuan Bergaun Putih”.

Usai pembacaan cerpen, dialog pun segera tumpah. Ada beberapa pertanyaan yang menggelitik untuk dijawab. Berikut petikannya.

(-) Ketika sedang mencoba untuk menulis, seringkali saya gagal menyelesaikannya. Saya sering buntu dalam menemukan ide selanjutnya. Bagaimana cara mengatasinya? Itu yang pertama. Yang kedua, siapa saja yang telah memotivasi Bapak dalam menulis cerpen? Dari keluarga, teman, atau siapa?

(+) Itu soal klasik yang tidak hanya dialami oleh penulis pemula, tetapi penulis senior pun tak jarang menghadapi masalah serupa. Untuk mengatasi hal ini, setiap penulis agaknya punya cara yang berbeda-beda. Kalau saya pribadi, jika buntu menulis, saya tinggalkan layar monitor. Lalu, segera pergi ke belakang. Istri dan anak-anak saya sampai hafal betul dengan kebiasaan saya itu. Kalau sedang ke belakang, saya bisa menghabiskan waktu antara 30 sampai 60 menit, hehe … Saya tidak tahu, mengapa bisa begitu. Yang pasti, begitu mencium bau khas WC, imajinasi saya seperti berubah liar. Saya jadi menemukan banyak ide untuk melanjutkan cerita. Entah, setelah dari WC, jari-jari saya demikian lancar menari-nari di atas keyboard. Konflik antartokoh seringkali tak terduga. Ini artinya, kalau memang sedang buntu menulis, hentikan! Lakukan aktivitas yang bisa merangsang adrenalin untuk meliarkan imajinasi. Bisa menghirup udara di luar rumah, baca buku, atau yang lain. Setelah fresh, baru melanjutkan cerita yang terpenggal. Tentang siapa saja yang memotivasi saya untuk menulis? Hmmm … sebenarnya saya bukan dari keluarga penulis. Kebetulan saja waktu kuliah saya sempat bergaul akrab dengan teman yang sama-sama suka menulis, seperti Triyanto Triwikromo, S. Prasetyo Utomo, atau Herlino Soleman. Dari pergesekan dengan teman-teman itu, akhirnya saya jadi tertarik untuk menyenangi dunia kepenulisan. Tentu saja setelah berkeluarga, anak dan istri saya yang telah memberikan kesempatan besar buat saya untuk melanjutkan aktivitas saya dalam menulis.

(-) Bagaimanakah cara membiasakan diri untuk menggali informasi agar kita dapat menemukan ide-ide menarik sebagai bahan penulisan cerpen?

(+) Sesungguhnya banyak peristiwa di sekitar kita yang bisa diangkat menjadi sebuah cerita yang menarik. Teman yang putus cinta, konflik dengan orang tua, kenakalan remaja, atau kisah pencandu narkoba, misalnya, bisa diangkat menjadi sebuah kisah yang menarik. Sebagai teks fiksi, tentu saja kisah-kisah semacam itu tak hanya sekadar dialihkan begitu saja ke dalam teks. Tapi butuh pengendapan, perenungan, dan pengolahan lebih lanjut. Yang tidak kalah penting, tentu saja tingkatkan budaya literasi alias membaca. Membaca dan menulis itu ibarat dua sisi mata uang. Keduanya saling menunjang dan amat dibutuhkan. Bukankah Tuhan sendiri menurunkan wahyu pertama kepada Rasululullah melalui perintah membaca? Yang pasti, kalau kehabisan ide, bacalah cerpen dari penulis favoritmu. Dari sana, kamu pasti akan mendapatkan ide-ide baru untuk membuat cerpen yang menarik.

(-) Apa saja yang perlu kita lakukan agar cerpen yang kita buat bisa menarik perhatian pembaca?

(+) Daya pikat sebuah cerpen setidak-tidaknya dipengaruhi oleh ide cerita, konflik antartokoh, bahasa, atau kemampuan membangun paragraf. Kemampuan meracik peristiwa menjadi sebuah cerpen akan terbangun dengan baik jika kamu rajin membaca cerpen. Sekarang ini koran edisi Minggu selalu menghadirkan rubrik cerpen. Ini bisa kamu jadikan sebagai media pembelajaran. Jika kamu perhatikan dengan saksama, trend penulisan cerpen sudah jauh bergeser. Dalam paragraf pembuka, misalnya, hampir tak ada cerpen yang mengungkapkan deskripsi suasana secara panjang lebar dengan menggunakan bahasa bersayap dan bertele-tele. Bahkan, tak jarang cerpen yang diawali dengan puncak konflik, misalnya, penduduk kampung yang mendadak gempar seelah menemukan mayat yang terkapar di pinggir sungai. Nah, dari puncak konflik itu, pengarang baru mulai memasuki kehidupan batin tokoh-tokohnya. Bagaimana perasaan orang yang kalut, pembunuh yang selalu dihantui perasaan berdosa, atau rasa geram yang menyelimuti emosi para penduduk. Jadi, jangan membiasakan diri membuat paragraf pembuka dengan kalimat, misalnya, “Angin bertiup sepoi-sepoi basah. Mendung yang gelap seakan-akan memberikan tanda hujan akan segera turun …. “ Paragraf pembuka semacam ini gampang membuat pembaca capek.

(-) Sebagai penulis pemula, saya seringkali merasa sangat dipengaruhi oleh gaya penulis lain yang lebih senior. Kira-kira dibenarkan apa tidak? Tips-tips apa saja yang perlu kita perhatikan agar cerpen yang kita buat bisa dimuat di media cetak.

(+) Hehehe … mengapa tidak boleh, asalkan, jangan sampai terjebak menjadi plagiator. Tahu plagiator, kan? Ya, orang yang mengakui karya orang lain sebagai karya sendiri. Tidak apa-apa kamu meniru gaya tulisan penulis favoritmu. Jika terus berlatih, lama-lama kamu juga akan menemukan gayamu sendiri. Nah, tentang berbagai tips agar cerpen karyamu bisa dibuat di media cetak, sesungguhnya setiap redaktur punya selera dan ukuran sendiri, mana cerpen yang layat muat dan yang tidak. Oleh karena itu, perhatikan baik-baik ketika kamu mendapatkan surat dari redaktur tentang syarat-syarat cerpen yang diinginkan sang redaktur, mulai panjang halaman, tema cerita, hingga gaya penulisan.

(-) Sebenarnya ada tidak sih kode etik dalam penulisan cerpen? Bagaimana batasan cerpen yang boleh dan tidak boleh dimuat dalam sebuah media cetak? Bapak tadi mengatakan bahwa cerpen-cerpen Bapak sebagai perwujudan sikap pembelaan terhadap nasib kaum yang lemah dan tertindas. Cerpen seperti ini biasanya suka mengkritik penguasa. Pernahkah Bapak mengalami peristiwa yang pahit berkaitan dengan cerpen-cerpen yang suka mengkritik seperti itu?

(+) Hmmm… sebenarnya tidak ada kode etik dalam penulisan cerpen. Meski demikian, persoalan tema penting juga diperhatikan. Jangan sekali-kali mengangkat tema-tema sensitif yang bisa membangkitkan sentimen berbau SARA, misalnya menghina atau melecehkan orang atau kelompok tertentu. Ini juga terkait dengan cerpen yang boleh atau tidak dimuat di media cetak. Sampai kapan pun, cerpenmu tak akan dimuat jika isinya menjelek-jelekkan atau menyinggung perasaan pihak lain. Kamu boleh bersikap kritis, bahkan itu amat dianjurkan, tapi melalui tokoh dan jalinan peristiwa, kamu perlu mengemasnya secara menarik, sehingga kamu bisa memberikan kritik tanpa harus menyakiti. Oleh karena itu, meski selama ini saya suka mengisahkan nasib rakyat kecil yang tertindas, saya belum pernah mendapatkan ancaman dari orang yang saya kritik. Atau, bisa jadi mereka yang saya kritik tak pernah membaca cerpen-cerpen saya, hahaha … Yang jelas, sebagai teks fiksi, cerpen memiliki dunia yang otonom dan mandiri. Kamu bisa mengangkat persoalan apa saja ke dalam teks cerpen. Oke?

Yaps, sesungguhnya masih banyak pertanyaan yang menarik untuk diungkap. Namun, lantaran terbatasnya waktu, obrolan itu terpaksa diakhiri tepat pukul 15.00 WIB. Semoga obrolan itu bisa memicu adrenalin siswa-siswi SMA 1 Slawi untuk menulis hingga akhirnya ada di antara mereka yang sanggup menjadikan dunia sastra sebagai dunia panggilan. Apalagi, Tegal dalam peta sastra Indonesia sudah lama dikenal memiliki aura kepenulisan yang layak diapresiasi. Nah, salam kreatif! ***

103 Comments

  1. wah.. ilmu yang sangat bermanfaat tentunya, kita bisa memahami bagaimana sih sebenarnya menulis cerpen itu 😀

  2. semoga mereka bisa tumbuh menjadi penulis yang kritis dan segar pak…, sukses besar kan acaranya…

    Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul lobang kenikmatan

  3. DV

    Wah kita punya kebiasaan yg sama, Pak yaitu ke wc 🙂 hehehehe….
    Saya bisa betah di wc sambil baca koran atau kalau sekarang ya otaik atik internet lewat handphone.
    Kalau boleh saya tebak, Anda kena ambeien juga ya?
    Kalo nggak, kasih resep dong soalnya saya ambeien hehehe 🙂

    • @DV,
      hehehe … ndak juga, kok, mas dony. saya suka berlama2 ke WC bukan lantaran ambien, kok, hehe … tapi memang itu kebiasaan saya setiap kali buntu menulis.

  4. Ilmu ini sangat bermanfaat khususnya buat saya yang ra mudengan dan semoga jua bermanfaat buat orang lain.
    Maap..pak guru ne rumahe mana to? Saya pernah ampe limbangan lo pak?
    Makasih atas pembelajaranya pak..

  5. salam pak guru
    kemarin ada beberapa orang teknisi lab bahasa datang ke sekolah kami untuk memsetting lab bahasa pertama d sekolah kami, sekolah yang jauh dari kota..
    mudah2an dengan adanya lab tersebut, anak-anak kami lebih termotivasi untuk belajar bahasa lebih aktif dan komunikatif. tentunya salah satu bentuk aplikasinya adalah kemampuan mereka dalam menulis pun bisa terangsang dengan sering berkomunikasi
    trims

    Baca juga tulisan terbaru pensiun kaya berjudul Kisah Ayam Kalkun: Sebuah Refleksi Investor

  6. wuah…
    makasih sangat pak, tips-tipsnya
    secara tidak langsung seperti belajar lagi–padahal sebelumnya juga tidak pernah belajar–hehe
    oiya, kata seorang bijak yang saya temui di kereta dalam perjalanan malang-jogja, “saat di kamar mandi itu, ada yang dilepaskan, maka ide-ide pun banyak yang masuk.” batin saya, barangkali seperti keseimbangan antara keluar dan masuk, ya? :mrgreen: 😳 😛 😆 -maap, nyobain emoticon–halah!

  7. sukses buwat acaranya, btw dalam waktu dekat semoga dapat bekerja sama, terima kasih sebelumnya…

    Baca juga tulisan terbaru gajah_pesing berjudul Pria = Cowok ?

  8. Pak Sawaliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…
    Kangen deh ke Kendal. Eh pak, kemarin saya didatangi teman dan ternyata dia nyari bukunya pak Sawali, untung belum saya bawa ke taman baca. Dia muridnya pak Maman. Hehehehe….
    Besok lagi kalau ada acara beginian mbok saya di undang pak…

    Baca juga tulisan terbaru Kika berjudul Namaku Namamu

    • @Kika,
      muridnya, pak maman? walah, mas kika bisa saja nih. saya juga dah kangen nih sama mas kika. kita bisa sharing bareng2 nih kalau pas ada acara semacam ini. saya juga barusan ngobrol sama mas sigid susanto. di pondok maos guyup boja kendal, dia sengaja mengundang anindita, kurnia effendi, dll.

  9. Oalah ke Slawi-Tegal itu dalam rangka ini toh…
    Kok nggak bilang acarane…
    Selamat ya…

    Ke depan, dengan agupena, jenengan siap muter ya… ke sekolah-sekolah di Jateng. Penyelenggaranya Agupena kabupaten/kota.
    Insya Allah…
    🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄 🙄

  10. bedahnya pake ngelmu seo ngak pak guru?
    seacrh egine operation
    pencarian mesin operasi? kan pake pisau… tang dan lain lain mbedahnya? hehehehe

  11. inspirasi nya dari WC to? heee..saya malas nulis yang bener kalo di hadapkan harus mencari data otentiknya walau hanya bermodalkan searching di internet. malas gitu.

    • @boyin,
      hehe … di wc kalau kebetulan pas buntu menulis, mas boyin, hehe .., btw, hasil pencarian di internet bisa juga jadi bahan inspirasi kok.

  12. wah sukses slalu buat bapak.

    memang mengembangkan hoby menulis bagi saya masih perlu banyak belajar lagi pak, makanya saya mencoba menulis lewat blog 😉

    Baca juga tulisan terbaru arifudin berjudul 5 W About Search Engine

  13. Pak Slawi di Sawali? Eh….

    Saat jadi siswa SMP dulu ‘Mendiang’ adalah salah satu cerpen yg berkesan dalam diri saya. Kesan itu amat kuat jadi hasrat untuk bisa ketemu pengarangnya. Seperti Pak Sawali, sekitar 7 tahun lalu saya baru bisa bertemu beliau. Rasa salut saya nggak habis-habisnya. Bagaimanapun, selain sbg sastrawan beliau guru yang amat rendah hati

    • @Zulmasri,
      hehe .. pak zul bisa saja nih. btw, cerpen “mendiang” karya pak suci memang menyentuh banget, pak. memberikan kesan emosi yang begitu kuat ttg suasana perkabungan. pak suci memang mengagumkan. guru fisika tapi kepeduliannya terhadap sastra sungguh luar biasa.

  14. Pak Slawi di Sawali? Eh….

    Saat jadi siswa SMP dulu ‘Mendiang’ adalah salah satu cerpen yg berkesan dalam diri saya. Kesan itu amat kuat jadi hasrat untuk bisa ketemu pengarangnya. Seperti Pak Sawali, sekitar 7 tahun lalu saya baru bisa bertemu beliau. Rasa salut saya nggak habis-habisnya. Bagaimanapun, selain sbg sastrawan beliau guru yang amat rendah hati

    Baca juga tulisan terbaru Zulmasri berjudul KEMATIAN ITU

  15. wah, kapan2 saya diajak ikut pelatihan kayak getu Pak….
    Apalagi kalau mentornya njenengan..

    Baca juga tulisan terbaru Pencerah berjudul Flu Babi

  16. wow keren amat dialog yang terjadi antara bapak dengan para peserta…say jadi tambah mengerti soal kepenulisan cerpen…ntar saya coba juga dehhhh resep dari bapak….

    Baca juga tulisan terbaru imoe berjudul …tuhan, jangan beri aku sakit…

  17. ketika anak negri ini mulai gemar membaca tentu ke depannya akan lebih bæk.
    lalu cerpen2 mendidik dan berbobot bermunculan.
    good luck mr teacher..

  18. wah seharusnya ada materi ngeblog sekalian pak. Tp ngomong2 pak sawali ternyata agak kurus ya…(:D)

  19. Ah, saya jadi ingat waktu sekolah dulu. Pengen banget buat cerpen, tapi nggak jadi-jadi. Setelah kuliah, baru bisa buat cerpen beneran dan dimuat di media massa. Yah, telat banget.
    Hm… jadi pengen nulis cerpen lagi, deh.

  20. Weh, pengarang kita sedang turne. Hehe.
    Menarik sekali menyimak tanya jawab tersebut, Pak Sawali. Pertanyaan-pertanyaan dari angkatan muda yang bergairah untuk berkarya memang menyenangkan.

    Eh, aku baru tahu, Pak, ada status RSBI.

    Baca juga tulisan terbaru Daniel Mahendra berjudul Dongeng Masa Kecil 3 (Habis)

  21. terima kasih atas komentarnya mas, sngguh suatu kebanggaan tersendiri mendapat komentar dari salah satu master blogger negeri ini…

  22. jadi inget pas dulu, paling gak bisa klo ama yang namanya mengarang… hiksss… paling sebel ama cerpen 🙂

  23. wae casual cutie juga suka buntu kalo lagi nulis-menulis. menulis itu gampang-gampang susah.

    wah acaranya sukses ya pak Sawali??? keren keren…semangat Pak!!

    Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Sexy Sleepwear

  24. ilmu yang sangat bermanfaat pak,, pastinya cerpen2 tersbut nantinya akan semakin memperkaya sastra indonesia..

    Baca juga tulisan terbaru emfajar berjudul Online Casino Guide

  25. Semua masalah yang dikemukakan para peserta itu sebagian besar pernah menyatroni saya pak… Dulu sekali ketika saya masih seneng-senengnya pingin jadi penulis..akhirnya mati suri…

    Dan saya hanyut membaca dialog panjenengan dengan para siswa di atas… Sukses selalu pak Wali…..

      • @Sawali Tuhusetya, Bahkan beli buku (jaman itu) karangan Arswendo Atmowiloto “Mengarang Itu Gampang”… pas mbacanya sepertinya gampang… hehehe giliran praktek.. ampun ndoro..! Perlu belajar lagi nih kayaknya sama pak Wali…. pripun pak?

  26. mas

    suskses selalu buat pak sawali . . . . . . . .

    kapan saya bisa ikut acara yang kaya gitu ya pak . . . .

    Baca juga tulisan terbaru mas berjudul Pasir Puncu

  27. saya selalu tertarik membaca tips menulis fiksi ala pak satu (sawali tuhusetya. hehe!). bisa dibayangkan suasana dialogis yang terjadi, semua pertanyaan memperoleh jawaban dengan contoh konkrit sehingga mudah diserap dan diterapkan oleh siswa. bukan teori mengambang yang entah bagaimana hendak direalisasikan dalam bentuk nyata.

    banyak hal yang saya tandai dalam gaya prosa kontemporer, namun baru setelah membaca tulisan pak satu sekaranglah saya sadari bahwa di situ letak perbedaannya. seperti soal deskripsi suasana sebagai pembuka cerita yang kini sudah sering digantikan dengan puncak konflik. dan memang menulis fiksi dengan gaya seperti itu rasanya kok lebih gampang dielaborasi. penulis sendiri sudah tersulut semangatnya untuk melanjutkan cerita, dibandingkan bila berlama-lama di deskripsi yang lebay. *halah*

    ah, lama tak blogwalking, saya ketinggalan banyak tulisan bagus di sini, pak.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Slow Down A Little

    • @marshmallow,
      duh, mbak yulfi bisa saja menyapa saya, hiks. hmmm … satu, menarik juga, mbak. walah, dialog itu kebetulan mengalir begitu saja, kok, mbak. kebetulan saja, anak2 sma slawi yang mengikuti dialog itu rata2 punya minat yang bagus utk menjadi seorang penulis. bt, ttg trend cerpen indonesia mutakhir agaknya memang menunjukkan kecenderungan ke arah itu, mbak. para cerpenis cenderung menghindari deskripsi yang panjang dan bertele-tele.

  28. aq sih udah belajar nulis dikit2 melalui blog, bung sawali.
    tp kadang suka asal bahasa-nya alias gak baku 😀

  29. wah beruntung sekali adik-adik SMA itu bisa mendapatkan ilmu dari Sang Begawan.. 🙂

    tapi makasih pak, sudah menciprati sedikit ilmu di atas…

    Baca juga tulisan terbaru icha berjudul Bandara Suatu Pagi

    • @icha,
      duh, mbak icha jangan berlebihan dong, hehe … sang begawan? duh ndak kuat saya menyandang sapaan seperti itu, mbak icha, keke …

  30. Mantab uat panjenengan pak, ya kira-kira kapankah panjenengan bisa berbagi seperti itu di surabaya ya…. ? 😉

    Baca juga tulisan terbaru Novianto berjudul Egoisme dan Arogansi

    • @Novianto,
      walah, biasa saja, kok, mas nopy. btw, mudah2an ada aktu utuk berbagi dan bersilaturahmi ke surabaya, mas. saya juga dah rindu pingin ketemu sama temen2 bloger surabaya.

  31. menulis itu menyejukkan jiwa…
    bercerpen itu mengembarakan imajinasi…
    membaca tulisan ini membuat abu semakin bergelora untuk menulis…
    menulis dan terus menulis…

  32. Biar gak buntu enakan menyelesaikan cerpennya bareng temen cuman sering nya jadi gak nyambung hehehe…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *