Ujian Nasional (UN) untuk siswa SMA/MA telah berakhir 24 April 2009 yang lalu. Dari berbagai berita yang tersebar di media massa dilaporkan masih saja terjadi kecurangan dan berbagai bentuk pelanggaran lainnya. Bahkan, ada sejumlah kepala sekolah di daerah tertentu –di bawah pengawasan Kadinas Pendidikan setempat– ditengarai berupaya memberikan bocoran soal kepada siswa didiknya sebelum akhirnya berhasil diamankan aparat yang berwajib.
Kita tak habis mengerti, mengapa kecurangan dan penyimpangan itu (nyaris) terjadi setiap tahun? Memang tak adakah perangkat hukum yang bisa memberikan efek jera kepada siapa pun yang –dengan sengaja atau tidak– telah mencederai makna dan hakikat Ujian nasional?
UN agaknya telah berubah menjadi momok yang demikian menakutkan. Banyak kalangan yang merasa cemas, khawatir, dan “shock” hingga merasa perlu melakukan cara-cara naif untuk mengatrol nilai UN. Implikasi sosialnya begitu luas dan kompleks. UN bukan lagi diperlakukan sebagai alat atau sarana untuk meningkatkan mutu pendidikan, melainkan justru menjadi tujuan itu sendiri. Bahkan, tak jarang, UN diperlakukan sebagai instrumen untuk mengangkat citra dan marwah daerah/sekolah, sehingga cara apa pun dilakukan demi meningkatkan gengsi dan posisi tawar daerah/sekolah yang bersangkutan dalam ranah dunia pendidikan.
Bisa jadi langkah Badan Standar Nasional (BSNP) yang menyebarluaskan peringkat hasil UN, mulai tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, hingga sekolah, juga menjadikan banyak pejabat daerah gerah. Bagi daerah yang berada di peringkat atas, mereka boleh merasa puas dan lega. Namun, bagi daerah yang peringkat nilai UN-nya berada pada level yang rendah, langkah BSNP secara tidak langsung dianggap sebagai langkah pencitraan negatif yang bisa berpengaruh terhadap citra dan marwah daerah yang bersangkutan. Tak heran kalau pada UN tahun ini, setiap pejabat daerah berupaya keras untuk meningkatkan pencapaian nilai UN dengan berbagai macam cara.
Terlepas dari berbagai kontroversi dan berbagai macam pelanggaran yang terjadi, yang jelas UN akan jalan terus. 27-30 April 2009 giliran siswa-siswi SMP/Mts yang harus bertarung di medan perang UN. Kita berharap, UN memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan. Semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan UN perlu menahan diri dengan tidak melakukan tindakan-tindakan konyol yang bisa mencederai makna dan hakikat UN yang sejatinya sebagai alat dan sarana kontrol serta pemetaan mutu pendidikan secara nasional.
Kita berharap, UN tahun ini tidak menimbulkan korban dan implikasi sosial yang makin ruwet dan kompleks. Namun, justru menjadi starting point sekaligus “therapi kejut” bagi dunia pendidikan yang selama ini dimanjakan oleh sikap permisif terhadap bentuk kecurangan dan manipulasi. Sudah saatnya kita menggeliat dari semak-belukar untuk mengejar kemajuan negeri jiran yang sudah melaju kencang di jalur tol. Nah, selamat menempuh UN. ***
Mengapa menjadi Momok?
1. Karena harus ada terget seratus persen kelulusan (dengan segala cara?)
2. Karena kalau tidak lulus berarti semua siasia, bukan?
3. Karena pendidikan masih terus mencari bentuk (zaman saya masih ebtanas Pak…, entah zamannya pak syawali)
@munawar am,
iya, bisa jadi benar, mas nawar. itulah repotnya kalau UN tdak lagi diposisikan sebagai alat, tapi justru jadi tujuan, hiks.
alhamdulillah pertama di komeentar ini…. 🙄
@munawar am,
tdk susah utk komentar pertama di blog ini kok, mas nawar.
Kalau UN melulu jadi tujuan, jadi parameter yang digunakan berhasil tidaknya suatu proses pendidikan berlangsung, di mana frame yang tertanam menyeolahkan bahwa UN adalah momok, kira-kira bakal seperti apa output “angkatan” UN tersebut ya…
Dan guru-gurunya, khawatir terjadi proses secara permanen bahwa mengajar = memberikan persiapan siswa menghadapi UN semata. Weh, apa aku berlebihan, Pak Sawali?
Baca juga tulisan terbaru Daniel Mahendra berjudul Lyn
@Daniel Mahendra,
walah, tak berlebihan kok, mas dan. kekhawatiran seperti itu memang hal yang wajar. kalau UN bukan lagi sebagai alat, melainkan menjadi tujuan itu sendiri, bisa jadi proses pembelajaran akan mengabaikan upaya untuk membangun karakter siswa secara utuh. mereka telah didesain menjadi “robot” penghafal kelas wahid, hehe …. suasana pembelajaran menjadi beku dan monoton.
Yah memang unas momok paling menakutkan bagi saya waktu itu pak. Banyak hal yg dipertaruhkan jika gagal. Waktu,biaya, dan yg paling menonjol adalah apa yg bapak katakan yaitu gengsi 🙂
@Arifudin,
wah, itulah repotnya mas arif, kalau UN telah menjadi tujuan. banyak siswa yang nervous ketika menghadapi ujian nasional. tapi mas arif bisa melewatinya dengan sukses, kan?
Sangat dilematis….di satu sisi kita memerlukan UN sebagai barometer kualitas pendidikan, namun di sisi lain UN cenderung menjadikan siswa sebagai korban dengan segala konsekwensinya. 🙂
Baca juga tulisan terbaru denologis berjudul Roll of the Role
@denologis,
memang benar, mas deno. UN, disadari atau tidak, telah menciptakan situasi dilematis yang memberikan dampak sosial yang begitu luas dan kompleks. banyak pihak yang cemas ketika menghadapi UN. orang tua, guru, bahkan juga siswa, seolah-olah menjadikan UN sebagai tujuan akhir pembelajaran.
UN adalah momok bagi pelajar termasuk saya, bila gagal banyak yg harus dipertaruhkan seperti yang dikatakan diatas dan juga perasaan orang tua
@nugroho,
hehe … itu dia yang jadi masalah, mas nug. banyak siswa yang kehilangan rasa percaya diri akibat pencitraan UN yang dianggap sulit dan menyulitkan.
UN banyak kasus karena belum siapnya SDM dengan nilai standar yang diterapkan sekarang. Emm, solusi juga dilema daya saing bangsa dengan kebijakan itu. Perlu pembenahan untuk peningkatan para gurunya dan siswa belajar lebih giat,.
Baca juga tulisan terbaru Lia berjudul Bergabung Dengan Kehendak Allah Saja
@Lia,
agaknya memang benar, mbak robiah. SDM guru memang perlu terus ditingkatkan. namun yang tak kalah penting, model dan sistem ujian nasional juga mesti diubah. UN akan bagus jika dijadikan sebagai alat kontrol dan sarana pemetaan mutu pendidikan secara nasional, sehingga secara tidak langsung, setiap daerah akan berupaya keras utk meningkatkan mutu pendidikan.
🙄 bagi anak bisa-bisa menjadi momentum yang menakutkan dan menyenangkan karena. menakutkan karena mementukan lulus dan tidaknya bagi siswa. dan menyenagkan karena selanjutnya akan meneruskan kejenjang yang lebih tinggi
Baca juga tulisan terbaru masnoer berjudul Fundamen Kebudayaan
@masnoer,
menakutkan sekaligus menyenangkan? hmmm … justru setelah mereka dinyatakan lulus malah tak seidkit yang bingung, masnoer, hehe … mau melanjutkan ke mana? lebih2 setelah UU BHP yang membuat biaya pendidikan jadi mahal diluncurkan, haks.
Tiap tahun UN makin ketat dan standar makin dinaikkan, tapi kecurangan juga berbanding lurus dengan itu, juga makin marak.
Zaman saya masih UN 3 mata pelajaran, sekarang sudah 6 mata pelajaran dengan standar nilai minimal yang makin naik. Tapi rupanya kecurangan lebih marak, katanya, seperti cerita teman saya di http://politikana.com/baca/2009/04/24/berbincang-dengan-guru.html
Baca juga tulisan terbaru G berjudul K’edanan
@G, betul itu. perlu dipertanyakan lagi tujuan sebenarnya dari pendidikan di sekolah. 💡
Baca juga tulisan terbaru SJ berjudul Watak Alam dan Manusia Menurut Primbon
@SJ,
hehe … kalau dirunut sih, agaknya UN dengan model dan proses seperti justru membuat tujuan pendidikan utk memanusiakan manusia malah terdistorsi, mas jenang.
@G,
berapapun mapel yang di-UN-kan, sesungguhnya tidak masalah, mas gun, asalkan sistem dan prosesnya dibenahi. UN jangan jadi penentu kelulusan, melainkan sebagai alat dan sarana pemetaan mutu pendidikan secara nasional sehingga akan terlihat daerah yang sudah memiliki standar nasional bidang pendidikan dan yang belum.
sebuah bidang diagonal
terpasang di tembok
walau ujian nasional
tidak perlu jadi momok
Baca juga tulisan terbaru etikush berjudul Universal Exports, at your service
@etikush,
hehehe … pantun yang bagus banget, mas etikush, dan memiliki kandungan kritik yang cukup tajam.
mereka menganggapnya momok mungkin karena sudah tahu diri Pak
tahu diri klo mereka mngkin ga’ mampu lulus, padahal itu hanya pikiran mereka saja
atau mungkin juga mereka sadar klo selama ini jarang belajar dan nyesal deh, karena ujan di depan mata 😆
padahal saya dengar2 di negeri tetangga kita standar nilainya lebih tinggi dari Indonesia. tapi kok banyak siswa yang ketakutan ya? ❓
Baca juga tulisan terbaru IHSAN berjudul Tanggapan Dari Orang Tua Kepada Anak Muda
@IHSAN,
bisa jadi benar, mas ihsan. tapi bisa saja situasi kurang percaya diri itu muncul akibat pencitraan UN yang telanjur dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan itu. konon, kalau di negeri jiran, meski standar kelulusannya lebih tinggi, mereka menganggap UN sebagai proses yang wajar dan alamiah.
Bagaimana tidak menakutkan, jika ancamannya jelas. Sekolah yang tingkat kelulusannya tidak mencapai 100%, kepala sekolah dicopot dari jabatannya! Ancam-mengancam itu membuat para kepala sekolah berlomba menyelamatkan jabatannya dengan segala cara, termasuk memberikan kunci jawaban di tengah malam.
Ngomong-ngomong, ada nggak istilah selain “momok”, Pak? Kata itu sangat porno dalam bahasa daerah, tempat saya tinggal sekarang.
@racheedus,
itu dia yang jadi persoalan, mas rache kalau UN disertai dg ancaman2, hiks, gimana dunia pendidikan di negeri ini bisa maju kalau semua proses berlangsung tidak jujur dan fair. wew… kata “momok” kalau menurut kamus kan sama dengan “hantu”, mas. jadi, ndak porno, kan?
aq dulu waktu UNAS ya nyantei-nyantei wae…….
malahan guru-guru sing bingung sekarepne dewe………
UNAS itu momok buat sekolahan karena kalau ada yang tidak LULUS, sekolah tersebut dianggap GAGAL
Baca juga tulisan terbaru LuXsmaN berjudul Crito SUROBOYO, Mat Pithi
@LuXsmaN,
hehe … la ya itu, mas luqman, ternyata yang sering repot sebagian besar bukan siswa, melainkan malah para pejabat atau kepala sekolah, hiks.
betul itu Pak. di sekolah adek casual cutie juga ada bocoran kunci jawaban soal UN. katanya bocoran ini dapetnya dari pihak sekolah. mungkin pihak sekolah ga mau malu kalo ada anak didiknya yg ga lulus
Baca juga tulisan terbaru casual cutie berjudul Victoria’s Secret Maxi Dress
@casual cutie,
walah, kalau memang prosesnya bener, ndak mungkin bisa, mbak, membocorkan soal, apalagi jawabannya. jangan2 soal yang dibocorkan itu palsu, haks.
Memang benar, UNAS memang salah satu momok yang menakutkan dalam dunia pendidikan kita. Bagaimana tidak usaha belajar kita selana 3 tahun hanya ditentukan dalam waktu yang relatif singkat. Namun kalau menurut saya hal itu tidak usah terlalu dipikirkan yang penting kita siap dan mampu niscaya kita akan berhasil. Kalaupun ada pihak sekolah ada yang membocorkan soal berarti pihak tersebut tidak yakin akan kualitas dari anak didiknya. Benar gak Pak?
Baca juga tulisan terbaru wisnuwhw berjudul Ujian Nasional Tingkat SMA Telah Usai
@wisnuwhw,
bener banget, mas wisnu. kalau sampai ada pihak2 tertentu yang membocorkan soal UN, duh, dah pasti ada yang ndak beres. kalau dikembalikan ke hakikat ujian sih, sesungguhnya ndak perlu ada upaya2 utk membocorkan soal UN dg dalih apa pun, apalagi sejak proses distribusi sampai di ruang UN, dilakukan pengawasan ketat.
Memang benar, UNAS memang salah satu momok yang menakutkan dalam dunia pendidikan kita. Bagaimana tidak usaha belajar kita selana 3 tahun hanya ditentukan dalam waktu yang relatif singkat. Namun kalau menurut saya hal itu tidak usah terlalu dipikirkan yang penting kita siap dan mampu niscaya kita akan berhasil. Kalaupun ada pihak sekolah ada yang membocorkan soal berarti pihak tersebut tidak yakin akan kualitas dari anak didiknya. Benar gak Pak?
@wisnuwhw,
ew… kok dobel, mas wisnu komentarnya, hehe … ?
Dan itulah yang menjadi kendala dalam bangsa Indonesia ini,tidak ada rasa saling kepercayaan, sehingga kita tidak bisa mengejar negara tetangga kita yang sudah melenggang jauh. Sampai2 isi negara kita mulai dikuras secara perlahan baik dari segi kekayaan alam, pulau yang kita miliki, tenaga kerja yang kita miliki, sampai wanita yang akan menjadi bintang saja sudah diambil. Kalau keadaanya masih seperti ini kan negara ini bisa maju dan berkembang. Betul gak Pak?
Baca juga tulisan terbaru wisnuwhw berjudul Ujian Nasional Tingkat SMA Telah Usai
@wisnuwhw,
walah, malah hatrrick, hiks. lagi2 komentar mas wisnu betul banget, hehehe … tertinggalnya SDM kita bisa jadi lantaran dunia pendidikan sendiri sudah mulai rawan manipulasi dan komersialisasi, mas wisnu, sehingga dunia pendidikan kita gagal menghasilkan keluaran yang andal.
karena kalau sampai gagal menempuh UAN itu akan rugi untuk semuanya pak
semoga UAN tahun ini sukses
Baca juga tulisan terbaru meylya berjudul Lagi Musim Flu
@meylya,
iya, memang bener, mbak lyla, tapi kalau hal itu dijadikan alasan pembenar utk melakukan kecurangan, duh malah tambah makin repot.
“kapan” maksudnya bukannya “kan”! Maaf salah ketik dikit. Harap jadi koreksi!
Baca juga tulisan terbaru wisnuwhw berjudul Ujian Nasional Tingkat SMA Telah Usai
@wisnuwhw,
wew… masih nambah hatrricknya toh, mas wisnu, hehe … iya, iya, saya sudah bisa memahami, kok.
Pak Sawali, menurut hemat saya, kita harus obyektif juga.
Para siswa, pejabat sekolah bahkan sampai pejabat daerah yang tertekan dengan adanya UN juga pasti akan berpikir 1000 cara termasuk membuat tindakan-tindakan konyol seperti yang Pak Sawali contohkan.
Saya tidak membenarkan mereka, menyalahkan malah iya. Akan tetapi ini justru menjadi sinyal bahwa penyakitnya bukan pada bagaimana cara menjawab soal-soal UN tapi lebih pada mentalitas mereka semua yang terkait dalam menyikapi UN.
Entah harus dimulai darimana dan bagaimana, sepertinya memang ‘korosi’nya sudah terlampau parah.
Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Menjadi Pelangi
@DV,
saya kira mas dony benar. mental dan budaya masyarakat kita yang telanjur suka menerbas dan suka jalan pintas akhirnya seringkali mengabaikan fatsun dan aturan main. wah, makin rumit saja ini, mas. padahal, kalau sesuatu itu sudah membudaya, penanggulannya jadi makin kompleks. dalam kondisi semacam ini, seharusnya “pedang hukum” yang berbicara. tindak tagas terhadap semua pelanggar UN.
saya ndak percaya terhadap hasil UN tahun kemarin dan tahun ini 😈
Baca juga tulisan terbaru DETEKSI berjudul Cabe Rawit
@DETEKSI,
alah, kok sampai demikian pesimis toh, mas dion, hiks.
1. UAN ga boleh nanya
2. Gagal berati ulang lagi, dan itu sgt tidak mengasyikkan.
3. UAN cm 3 taun sekali.. Jd smuanya pada takut deh..
Baca juga tulisan terbaru Stop Smoking Aids berjudul Laser Therapy Treatment
@Stop Smoking Aids,
iya, bisa jadi benar, mas. tapi sesungguhnya UN masih memiliki nilai lebih jika proses penyelenggaraannya berlangsung fair dan jujur. melalui UN, akan dapat diketahui daerah/sekolah mana saja yang hasil UB-nya masih rendah.
kalo bisa dimimik tak bakalan jadi momok pak
Baca juga tulisan terbaru Pencerah berjudul Dilihat, Diraba , Disayang
@Pencerah,
wakaka…. apa hubungannya dng UN, mas pencerah? hehe …
selamat UN besok pak, semoga sukses buat panjenengan, siswa dan sekolah, mbok jangan jadi “MOMOK” lebih baik “MOMOH”, enak dan siip tenan 😀
Baca juga tulisan terbaru masjaliteng berjudul H2C (harap harap cemas)
@masjaliteng,
iya, mas jaliteng, makasih supportnya. btw, memangnya momoh itu apaan, mas?
@Sawali Tuhusetya,
itu lauk kesukaan saya waktu kecil di Kaliwungu Pak, sejenis kikil kalo nggak salah…
Baca juga tulisan terbaru masjaliteng berjudul H2C (harap harap cemas)
saya dulu juga begitu pak, ketika ebatans takut nggak lulus…
@ciwir,
nah, padahal ebtanas ndak serumit seperti UN loh, mas santri, hehe …
Padahal dalam kehidupan di dunia ini, yang namanya ujian ngga cuma sekali ya Pak. Ada ujian lain lagi dan bahkan lebih berat dari UN. Pilihan hidup, ambil atau tinggalkan. Kalau ambil, maka ambillah sungguh-sungguh. Kalo tinggalkan, juga sungguh-sungguh.
Baca juga tulisan terbaru Iwan Awaludin berjudul Harapan Jaya
@Iwan Awaludin,
betul sekali, pak ian. ujian nasional hanya merupakan salah satu dari berbagai jenis ujian. pernyataan oak ian sungguh mencerahkan.
Lhah, Pak.
Negara ini begitu takutnya ketika Standar kelulusan kita katanya jauh di bawah Malaysia dan Singapura.
Menurut saya, UN hanya bikin rusak pendidikan di negara ini.
Saya baru saja posting artikel ttg. UN juga. Silahkan kalau ada waktu kunjungi blog saya.
Baca juga tulisan terbaru mmursyidpw berjudul PENINGKATAN HASIL UJIAN NASIONAL SECARA NASIONAL GAMBARAN MENINGKATNYA KWALITAS ATAUKAH KEBOBROKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA?
@mmursyidpw,
oh, ya? saya juga dah baca postingannya, pak mursyid. bagus dan reflektif, pak.
enak jadi anak sekarang, banyak dibantu dan dibela bermacam kepentingan seperti diatas, banyak bocoran halah, kalo saya dulu yo sinau sendiri, tapi kalo sampe gak lulus yo bakar aja sekolahannya…
Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul Never ending love disorder
@suryaden,
walah, bakar sekolahan? wakakaka … bisa jadi malah timbul masalah baru, mas surya, keke ….
yang saya dengar alasan pertama kecurangan bukan demi siswa, tapi demi menjaga nilai jual sekolah. demi mempertahankan reputasi dsb.
Anehnya, dulu semasa EBTANAS di jaman saya tidak seperti ini. sekarang tahun berganti koq malah menurun. apa ada dilema terkait proses kemajuan?
Baca juga tulisan terbaru novi 2.0 berjudul Kopdar Maut
@novi 2.0,
saya juga ndak tahu nih, mas novi. UN itu memajukan pendidikan atau justru malah menghancurkan? hehe … kalau menurut mendiknas dalam awancara di TV konon UN cukup signifikan utk meningkatkan mutu, tapi realitas yang muncul kok beda, yak.
Mungkin ujian sekarang lebih sulit atau lain-lain….namun rasanya dulu jarang sekolah kelulusannya 100%. Kalau itu tujuannya rasanya aneh…
Saya memang “agak bingung”…tapi femnomena UN muncul setiap tahun, saat mau ada ujian.
Walau termasuk ortu yang ikut senewen jika anaknya ujian (bukan hanya ujian, ulangan umum pun paling tidak ikut menemani anak-anak belajar)…tapi rasanya dulu tak berat banget, yang kawatir adalah tak diterima di sekolah lanjutannya, sesuai keinginan. Seperti salah satu SMP yang terkenal tertinggi kualitasnya di Jakarta Selatan, atau mau mencari SMA yang bermutu, yang nantinya juga memudahkan mendapat PTN bermutu.
Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Apa, bagaimana dan kapan akuntansi forensik digunakan?
@edratna,
iya, bu, ujian memang selalu menimbulkan sensasi tersendiri, hehe … lebih2 buat anak tercinta. usai lulus, kita mesti memikirkan sekolah lanjutannya, demikian seterusnya hingga akhirnya mereka bisa jadi orang. saya malah pingin belajar sama bu enny ttg cara mengantarkan anak2 hingga mereka jadi orang.
Momok? Bagaimana menjadikan sesuatu yang menyenangkan, itu tantangannya. Tapi, selama konsep dasar UN ‘ngak jelas’, itulah yang terjadi.
Baca juga tulisan terbaru Ersis Warmansyah Abbas berjudul Peluncuran Buku EWA
@Ersis Warmansyah Abbas,
bener, pak ersis, konsep dasar UN yang perlu diubah, dari tujuan menjadi alat dan sarana. kalu UN jadi tujuan, duh, bikin repot semua kalangan.
Ada orang yang bilang UN dagelan
Ada juga yang bilang momok menaakutkan
Ada orang yang bilang UN cuma pendidikan meruntuhkan kejujuran
Ada juga yang bilang ajang pembuktian, ujian kejujurab
Pak, kita melihatnya 🙂
@achoey,
kalau mas achoey sendiri, memandang UN itu seperti apa? hehe …
aiih, jadi ingat waktu dulu UAN
@okta sihotang,
memangnya waktu UN gimana, mas? adakah peristiwa yang menghebohkan?
Kalo UN menjadi “momok” itu tidak soal… 🙄
Tapi kalo UN dah jadi “popok” apa kata dunia.. 😳
@tuyi,
hehe … apa hubungan antara momok dan popok, mas tuyi?
kan malu pak kalo sekolahannya gak lulus 100 persen. ntar g jadi sekolah paporit lagi deh… .
@ma6ma,
wah, kalau itu dijadikan alasan, duh, makin repot, mas magma, karena akan berusaha segala cara utk men-100%-kan kelulusan siswanya.
😕 waktu itu memang merasa menjadi momok…apalagi ada salah satunya adalah mata pelajaran dari program kejuruan yang terdiri dari beberapa mapel yang di gabung jadi satu mata ujian….bisa belajar??? boro boro pak…..he he….
salam….
suwun suwun suwun..
@sakti,
salam juga, mas sakti, btw, dulu mas saktu sekolah di STM, yak? kalau program kejuruan pasti UN makin rumit dan kompleks, mas.
yang menyebabkan momok itu karena UN dijadikan tujuan.
saya sebenarnya cenderung seperti kelulusan tahun 94-an, ebtanas,ada danem, ada ijazah.
kalau seperti, model PAIKEM yang di propagandakan menjadi tidak diminati siswa, karena yang dipikir siswa, bagaimana saya lulus, bukan bagaimana saya belajar.
PAIKEM ternyata tidak mendongkrak kelulusan, cukup dril soal-soal dan siswa dijejali hapalan
wah susah pak ya…
@budi,
iay, mas budi. UN benar2 telah memandulkan inovasi dan kreativitas guru. semuanya fokus pada UN utk menyihir para siswa menjadi penghafal kelas wahid, haks.
sangat memprihatikan keadaan pendidikan kita…
Baca juga tulisan terbaru negeri hijau berjudul Sakitnya di tolak SponsoredReviews
@negeri hijau,
seperti itulah yang terjadi, mas.
tukaran link ya…
Link blog ini telah saya tambahkan ke blog saya, dan terima kasih sebelumnya.
maaf kalau mengganggu.
Baca juga tulisan terbaru negeri hijau berjudul Sakitnya di tolak SponsoredReviews
@negeri hijau,
ok, mas, kebetulan saya menggunakan plugin community cloud, mas. jadi akan terlikn otomatis di halaman tautan.
Salam
Saya siy prihatin banget Pak De terkesan standar nilai yang makin meningkat berbanding terbalik dengan mental sebagian kecil pelaku dunia pendidikan. Hiks…
Baca juga tulisan terbaru nenyok berjudul Be.. Earth
@nenyok,
salam juga, mbak ney. iya tuh, mbak, semakin tinggi standar kelulusan, mental menerabas dan ingin sukses secara instan juga kian menjadi-jadi, haks.
klo saya malah salut ama guru2 yg mo ngasih bocoran 😆
bayangin pak.. mereka mau menggadaikan harga diri.. mo ngambil resiko dengan ngasih bocoran….
saya yakin guru2 sadar, kalo itu gak boleh.. cuma mereka pasti mikir masa depan murid2nya… sekolah lama2.. cuma di tentukan hanya dalam 3 hari… standar kelulusan naek.. tanpa di iringi kualitas sistem pengajaran yang naek..
mari majukan mutu pendidikan indonesia dengan semua pihak mampu berbenah.. mampu memilah.. mampu instrospeksi diri..
* maav sok tau pak… sekalian curhat… 😆
@ceznez,
apa pun motifnya, membocorkan soal justru akan menjadi preseden buruk, bukan utk guru, mas, tapi justru utk masa depan siswa itu sendiri. mereka jadi kehilangan rasa percaya diri dan etos belajar keras.
Kalau cuma MOMOK sih nggak masalah, repotnya kalau O nya itu keliru dengan huruf vokal yang lain?
@Rochman,
loh, vokal penggantinya apa, pak jai, hehe …
Unas itu kalo saya bedoa kalo tahun ini bisa membawa korban pak sawali… korbannya berdampak semua peserta lulus dengan baik… korban keberhasilan
Baca juga tulisan terbaru Novianto berjudul Ketiga Bohong itu “Indah”
@Novianto,
korban keberhasilan? walah, mas novi bisa aja nih, hiks.
ayooo kibarkan perang pak de guru… perangi semak belukar itu pak de guru
@suwung,
hehe … yel2nya kok seperti sedang demo toh, mas suwung, haks.
sip mas sawali
byme
Baca juga tulisan terbaru byme berjudul manfaat tawas untuk menghilangkan bau badan
@byme,
sip apanya, mas byme?
Saya sebagai guru prihatin terus pak dengan efek pelaksanaan UN dan kecurangan-kecurangan yang mengikutinya… Sepertinya dampak negatif yang terjadi memang sebagai sebab akibat dari niat yang baik tapi caranya tidak pas… Tapi sayangnya sebagai guru kita tidak mampu berbuat banyak untuk dunia kita sendiri ya pak…
Baca juga tulisan terbaru Atik berjudul Mengapa Terus Digugat….?
@Atik,
iya, bu atik. guru dalam posisi yang rendah nilai tawarnya. yang lebih memprihatinkan, kecurangan yang terus terjadi tiap tahun dianggap sebagai hal yang lumrah terjadi. akibatnya, mereka masih bisa melakukan aksinya dg leluasa utk mencederai pelaksanaan UN.
UN di satu pihak dianggap penting dan perlu, di pihak lain hanya dianggap akan menambah daftar panjang cerita tanpa ujung dari kurang maksimalnya sistem pendidikan kita yang nyat-nyata perlu dibenahi…
Mari berkompetisi secara sehat di Lokabhara 2009….
Baca juga tulisan terbaru LOKABHARA 2009 berjudul Pergaulan Bebas Kalangan Remaja
@LOKABHARA 2009,
sistem UN memang perlu dibenahi. sekarang ini maksud dan tujuan UN yang dijadikan sbg penentu kelulusan saja sudah menimbulkan pro dan kontra. tapi tak tahu kenapa, dari tahun ke tahun, ketentuan itu ndak pernah diubah.
Sistem pendidikan kita sudah rusak. Ini saya sampaikan dengan berat hati tentunya.
Amanat Preambule UUD’45 tentang upaya mencerdaskan kehidupan bangsa telah dikhianati.
Pendidikan saat ini sudah menjadi industri dimana manusia yang ada didalamnya diproduksi dengan standar baku mutu yang tidak manusiawi.
Sistem pendidikan kita saat ini tidak memanusiakan manusia.
Solusinya…, kembali kepada kosepsi dasar pendidikan yang sudah dibangun sejak awal oleh Ki Hajar Dewantara.
Tabik… 😆
Baca juga tulisan terbaru itempoeti berjudul Politik Layangan Putus
@itempoeti,
wah, bagus banget ini. saya suka banget dg pernyataan ini. sistem pendidikan kita tak lagi mengindahkan amanat UU. upaya mencerdaskan bangsa telah berubah utk menjadikan siswa didik menjadi robot2 peradaban. menjelang UN, anak2 dishir menjadi robot penghafal kelas ahid.
saking menjadi momok, sekolah-sekolah jadi seperti kejar target sehingga menghalalkan segala cara. sebut saja kasus memalukan di sebuah kota, yang di SMA favoritnya terjadi kebocoran soal. atau bisa jadi karena atribut “sekolah favorit” itu kasusnya jadi menghebohkan, sementara di sekolah-sekolah lain sesungguhnya juga terjadi tapi tak disorot? entahlah.
menguji siswa memang dengan sendirinya menguji sekolah berikut staf didiknya. mungkin itulah sebabnya sekolah malah lebih takut menghadapi UN dibandingkan siswanya. dan setuju dengan DM, kalau orientasi hanya untuk kelulusan, maka obyektif pembelajaran juga akan sebatas kelulusan saja, bukan kompetensi. menguatirkan.
Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Slow Down A Little
@marshmallow,
iya, mbak yulfi, yang sering kebakaran jenggot ternyata memang bukan siwanya, melainkan para pejabat, karena UN dianggap ikut menjadi penentu gengsi daerah/sekolah. duh, makin repot aja, ya, mbak, hiks.
Banyaknya beban yang diletakkan pada UN membuat UN jadi momok yang menakutkan ya, Pak.
Baca juga tulisan terbaru krismariana berjudul
@krismariana,
yaps, itulah yang terjadi kalau UN telah dijadikan tujuan. kecurangan kian menjadi-jadi karena UN telah dicitrakan sebagai sesuatu yang menakutkan.
Carut-marutnya masalah pendidikan negeri ini, wabilkhusus mengenai pelaksanaan Ujian Nasional tidak lepas juga dari berbagai kepentingan “birokrat pendidikan” di negeri ini. Sehingga untuk mengutamakan kepentingan tersebut esensi dari pendidikan dan pelaksanaan evaluasi pendidikan menjadi terabaikan.
Standarisasi UN “yang diharapkan” menjadi barometer keberhasilan pendidikan justru pada akhirnya menjadi momok, hantu, serta ladang berbagai kecurangan. Kalau sudah seperti ini…sistemlah yang harus dirombak!!!!
Baca juga tulisan terbaru GUS FUDZ berjudul Kapankah UAN bersih dari kecurangan?
@GUS FUDZ,
iya, saya sepakat banget, gus. UN selama ini agaknya telah diubah menjadi alat utk mempertahankan gengsi dan marwah daerah/sekolah, sehingga mereka amat bangga jika tingkat kelulusan UN tinggi. akibatnya, mereka cenderung menghalalkan segala cara utk mencapai tujuan. saya juga sepakat kalau sistem UN mesti diubah. idealnya, UN bukan sbg penentu kelulusan, melainkan sbg alat pemetaan mutu pendidikan secara nasional sehingga akan terlihat daerah/sekolah mana ynag belum memnuhi standar nasional. daerah/sekolah inilah yang perlu memperoleh perhatian khusus dg memberikan kelengkapan sarana dan fasilitas pendidikan. selama ini justru sebaliknya. daerah/sekolah yang tinggi nilai UN-nya justru malah gampang memperoleh subsidi atau blockgrant.
Sy kira standarisasi yg jd masalah.
Kualitas murid harus sama sementara sarana dan prasarana g sama. Blm lagi mslh perbedaan kualitas SDM..
Kyknya bgs yg dulu. G perlu jd penentu lulus, cuman jd penentu diterima di sekolah bagus atau g aja.. 😉
Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Disini G Boleh Pintar
@Adi,
iya, saya sepakat mas adi. standar kelulusan idealnya diserahkan kepada daerah/sekolah masing2, shg nanti akan terlihat daerah/sekolah mana saja yang tingkat kelulusannya sesuai standar dan yang belum.
Gimana gak jadi momok … kalau gak lulus ngulang 1 tahun. Kejam tu
@afiszone,
hehehe … bisa jadi bener itu, mas. tapi yang ndak lulus diberi kesempatan utk mengikuti ujian kesetaraan, loh.
Iya nih, heran juga.. Padahal UN kan hanya parameter saja. Bukan end point dari pendidikan itu sendiri..
selagi sistemnya begitu UN akan jadi momok,makanya banyak yang nyelamatkan diri dari guru,kepsek, sampai bentuk tim sukses UN,ketakutan juga sampai pada dinas pendidikan didaerah,jg pejabat daerah demi menjaga nama daerahnya masing-masing makanya jangan heran banyak pakai cara yang curang demi UN sukses.
mudah-mudahan UN yang akan datang akan
lebih baik lagi,
& para siswa bisa mengerjakannya
dengan PD…:)