Reformasi Kultural: Sebuah Indonesia yang Tertinggal

(Refleksi Hari Kebangkitan Nasional 2008)

Kebangkitan nasional adalah masa bangkitnya semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan 350 tahun. Masa ini diawali dengan dua peristiwa penting Boedi Oetomo (1908) dan Sumpah Pemuda (1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh kebangkitan nasional, antara lain: Sutomo, Gunawan, dan Tjipto Mangunkusumo, dr. Tjipto Mangunkusumo, Suwardi Suryoningrat (Ki Hajar Dewantara), dr. Douwes Dekker, dll

Selanjutnya pada 1912 berdirilah partai politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera di Magelang.

Suwardi Suryoningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah jajahan Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryoningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi “karena boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Indonesia.

(Dikutip dari Wikipedia)

Ya, seabad sudah nasionalisme di negeri ini bangkit. Persoalan etnisitas dan kesukuan melebur menjadi sebuah kekuatan dahsyat hingga mampu memercikkan semangat pembebasan dari nilai-nilai kolonialisme yang dengan amat sadar dilakukan oleh kaum penjajah. Tonggak kebangkitan nasionalisme itu juga telah merangsang tumbuhnya keinsyafan kolektif sebagai bangsa yang bermartabat, terhormat, dan berdaulat. “Rawe-rawe rantas, malang-malang putung”; begitulah adagium yang mampu memompakan semangat juang untuk menyatu dalam sebuah wadah kebersamaan menuju “Indonesia Baru”; Indonesia yang merdeka; bebas menentukan nasib sendiri; tanpa intervensi.

Seiring dengan perubahan yang terus terjadi, sejak masa prakemerdekaan hingga pascakemerdekaan, nilai-nilai nasionalisme juga mengalami pasang-surut. Dengan nada sedih, kita harus jujur mengakui bahwa nilai-nilai nasionalisme di negeri ini terus mengalami erosi. Tanpa bermaksud menjadikan nilai-nilai modernisme dan globalisme sebagai kambing hitam, disadari atau tidak, kita juga telah terperangkap, bahkan terjebak ke dalam nilai-nilai pragmatisme. Pergeseran nilai terus terjadi di segenap lapis dan lini kehidupan masyarakat. Semangat dan roh para pendiri negeri ini (nyaris) hanya memfosil dalam buku-buku sejarah dan museum. Selebihnya, kita telah “menuhankan” hal-hal yang pragmatis; politis dan ekonomis. Keinsyafan kolektif sebagai bangsa yang terhormat dan bermartabat, disadari atau tidak, telah menjelma menjadi kelatahan sikap yang memuja kebendaan dan kenikmatan semu. Bendera materialisme dan hedonisme terus berkibar di ranah-ranah publik. Secara kolektif, kita telah masuk perangkap pemujaan dan perhatian yang berlebihan terhadap interes-interes materiil dan praktis.

Yang menyedihkan, upaya pewarisan semangat dan roh nasionalisme selama ini dinilai telah tereduksi oleh kekuasaan. Pemberangusan buku-buku sejarah, misalnya, adalah sebuah contoh konkret betapa fakta-fakta sejarah menjadi demikian rentan terhadap penafsiran penguasa. Buku-buku sejarah yang dinilai tidak berpihak kepada penguasa dibrangus tanpa ampun. Bisa ditebak, yang terjadi kemudian adalah pembonsaian generasi dan anak-anak bangsa. Mereka sengaja dikerdilkan dan dihambat pertumbuhannya agar tak bisa bebas mengerti persoalan masa lalu yang pernah dialami oleh masyarakat dan bangsanya. Dalam kondisi demikian, tidak berlebihan apabila banyak anak-anak negeri ini yang tidak tahu sejarah yang benar mengenai bangsa dan negerinya sendiri. Ironis! Akronim “Jasmerah” (Jangan sekali-kali melupakan sejarah) yang dulu gencar dipopulerkan Bung Karno pun menguap entah ke mana.

***

Kini, kita sudah merasakan atmosfer reformasi dalam satu dekade. Pertanyaan yang muncul adalah sudah adakah perubahan yang cukup bermakna bagi kehidupan berbangsa dan bernegara? Sudah adakah perubahan yang cukup signifikan di bidang hukum, ekonomi, politik, dan budaya? Untuk menjawab pertanyaan semacam ini, saya kira masyarakat kita dengan mudah dapat membaca dan memahaminya. Apa yang dulu gencar digembar-gemborkan oleh kaum muda kita agaknya masih terapung-apung dalam slogan dan retorika. Hukum masih mandul; belum sepenuhnya mampu menjerat para pengemplang harta negara. Ekonomi? Masyarakat kita dengan jelas bisa merasakan betapa susahnya hidup di negeri ini pada masa pascareformasi. Di tengah menipisnya daya beli masyarakat, justru pemerintah membuat kebijakan yang kurang populer dengan menaikkan harga BBM. Politik? Wah, untuk bidang yang satu ini agaknya telah menjadi “syurga” bagi para petualang politik. Bagi mereka, reformasi benar-benar membawa berkah. Banyak OKB alias Orang Kaya Baru yang bisa hidup enak-kepenak melalui jalur politik. Mereka yang punya nyali, meski tanpa didukung kadar kecerdasan yang memadai, bisa menjadi “adipati” baru di daerahnya dengan menghalalkan segala cara.

Lantas, bagaimana dengan bidang kebudayaan? Dengan nada sedih harus dikatakan bahwa budaya merupakan ranah yang tak tersentuh oleh reformasi, bahkan semenjak negeri ini berada di atas tungku kekuasaan Orde Baru. Kebudayaan benar-benar menjadi sebuah Indonesia yang tertinggal. Ironisnya, kebudayaan kita justru diceraikan dari ranah pendidikan. Kebudayaan harus “menikah” dengan kepariwisataan yang jelas-jelas lebih diorientasikan pada politik pencitraan dan dunia industri.

Sebagaimana dikemukakan oleh Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur sosial, religius, serta pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat. Dalam pandangan J.J. Hoenigman, kebudayaan bisa berwujud gagasan, aktivitas (tindakan), dan artefak (karya). Ketiga wujud ranah kebudayaan inilah yang akan sangat menentukan peradaban sebuah bangsa. Namun, ketika kebudayaan dipahami sebagai bagian dari politik pencitraan dan industri, disadari atau tidak, hancurlah basis-basis kebudayaan yang akan menjadi penyangga peradaban bangsa.

Lihatlah, betapa –meminjam istilah Slamet Sutrisno (1997) — semakin tidak intensnya seseorang dalam memburu jatidiri yang lebih bermartabat. Perburuan gengsi yang berkembang dalam kelatahan membuat orang mengejar keberhasilan secara instan, entah melakukan korupsi atau usaha magis melalui cara mistis dalam memperoleh kekayaan. Pada hakikatnya mereka gemar menempuh terobosan dan “jalan kelinci” dengan sukses gaya “Abu Nawas”. Kursi empuk kepejabatan, titel, dan kedudukan keilmuan pun tak jarang disergap melalui kelancungan dalam ilmu permalingan”.

Agaknya, bangsa kita memang telah “ditakdirkan” untuk menjadi bangsa pelupa. Kita (nyaris) tak pernah belajar pada pengalaman-pengalaman masa silam. Yang sering kita ingat, bukan esensinya, melainkan asesorisnya. Kita lupa bahwa pada awal-awal pergerakan nasional, para pendiri negeri ini dengan amat sadar menyentuh persoalan kebudayaan sebagai basis perubahan. Kebudayaanlah yang telah menyatukan berbagai kelompok etnis dan suku ke dalam sebuah wadah, sehingga mampu menorehkan tinta sejarah melalui Gerakan Budi Utomo (1908) yang dikokohkan kembali melalui Sumpah Pemuda (1928). Berkat sentuhan kebudayaan, mimpi “Indonesia Baru” yang merdeka dan berdaulat akhirnya menjadi sebuah kenyataan.

Kebudayaan agaknya akan terus menjadi sebuah Indonesia yang tertinggal jika tidak ada “kemauan politik” untuk menyentuhnya ke dalam ranah perubahan. Satu dekade reformasi seharusnya sudah mampu memberikan kemaslahatan publik dalam menggapai kehidupan yang lebih baik. Telinga kita sudah demikian jenuh mendengar bahasa politik dan ekonomi yang tak henti-hentinya mengedepankan “siapa yang menang” dan “apa untungnya”. Sudah saatnya kita memperluas makna perubahan dengan menyentuh akar-akar kebudayaan dengan mengedepankan pertanyaan “apa yang benar”.

Itulah yang selama ini kita lupakan sehingga satu dekade reformasi belum juga menumbuhkan optimisme hidup di tengah publik. Kita merindukan “keinsyafan kolektif” untuk menyentuh kebudayaan sebagai salah satu dimensi kehidupan dalam melakukan perubahan. Perubahan sistem dan regulasi, sebagus apa pun, tanpa diimbangi perubahan kultural ibarat mendorong mobil mogok yang kehabisan bensin. ***

oOo

Keterangan: gambar sepenuhnya merupakan karya Mas Hendro Dwijo Laksono.

Comments

  1. [………satu dekade reformasi belum juga menumbuhkan optimisme hidup di tengah publik……]
    “optimisme”yang saya punyai terasa hampa ketika melihat tokoh-tokoh yang seharusnya jadi panutan itu cuma OMDO aja !

    aminherss last blog post..Reading a Math Textbook

    ooo
    itulah yang terjadi di negeri ini pak amin. negeri kita telah mengalami krisis keteladanan. sedih 😥

  2. “Nation character building”, saya teringat satu kalimat yang dulu pernah dilontarkan Bung Karno. Ya, kita perlu itu. Sudah sekian lama bangsa kita kehilangan karakternya. Bangsa kita menjadi bangsa yang lembek. Penyembah budaya global. Berhala-berhala kapitalisme. Tercerabut dari nilai-nilai luhur. Yang muda tak lagi bertenggang rasa. Yang tua semakin adikuasa. Kebanggaan terhadap bangsa telah musnah, harga diri telah sirna. Seandainya, heroisme seratus tahun lalu mampu menjadi ruh bagi bangkitnya kembali karakter bangsa, bangsa yang memiliki harga diri dan kemuliaan, tak kenal lelah berjuang dan pantang menyerah, mempertahankan prinsip dan nilai-nilai, sadumuk bathuk sanyari bumi, maka kebangkitan kedua menjadi milik kita, masa depan cerah ada di genggaman kita.

    Nayantakas last blog post..Tumbang

    ooo
    sepakat banget, ki. mudah2an semangat “sedumuk bathuk senyari bumi” itu terus mendarahdaging ke dalam tubuh bangsa kita sehingga mampu memancarkan pamor sbg bangsa yang terhormat dan bermartabat. makasih masukannya, ki nayantaka. 💡

  3. Agaknya, bangsa kita memang telah “ditakdirkan” untuk menjadi bangsa pelupa. :DD

    Yah., kenapa yah banyak yang lupa siapa yang teriak2 reformasi dulu dan sekarang malah sibuk menghalang laju reformasi.
    Yah., kenapa yah banyak yang inget kita dijajah 350 tahun tetapi lupa yang mengawalinya adalah kongsi dagang. (dan sekarang sepertinya telah terulang kembali penjajahan melalui kongsi dagang itu)

    inidanoes last blog post..Menemanimu yang Tidak Mau Tidur dengan Orang Lain

    ooo
    bener juga mas danoe. kongsi dagang yang dikuasai oleh kaum kapitalis itu bener2 telah hadir di tengah2 kita. 😥

  4. Bagaimana kita menumbuhkan optimisme di tengah keterpurukan di segala lini? Mungkin Pak Sawali punya solusinya?

    Hery Azwans last blog post..Aksi Simpatik Memperingati HBN 2008

    ooo
    waduh, sulit juga ya, Mas, hehehehe 😆 optimisme itu akan tumbuh jika kaum elite kita bener2 mampu menjadi figur teladan sekaligus mau sedikit berempati terhadap nasib rakyat. mas azwan mungkin juga punya cara lain? :oke

  5. Kita masih bisa memperbaiki, dengan mulai tidak menghujat orang lain, tapi memberi contoh nyata dalam ber sikap dan berperilaku, dimulai dari diri sendiri, keluarga kecil kita…dan mendorong lingkungan kecil….saya masih percaya pada dasarnya orang Indonesia baik….

    edratnas last blog post..Aku atau saya?

    ooo
    sepakat, bu enny. makasih info dan pencerahannya, bu :oke

  6. Maaf, Pak, apa bapak tidak “bosan” membicarakan terus bangsa yang teramat paradoks itu? Saya rasa bapak bisa membuka wacana baru, mengingat masih banyak “tanah-tanah” wacana intelektual yang masih belum tergarap. Membicarakan kondisi sosial-kontemporer sekarang hanya semakin memperuncing sikap pesimisme khalayak, sebab yang disajikan hanya sebatas opini tanpa alternatif apa yang tepat untuk diambil. Namun meski begitu, saya masih dibuat kagum dengan ke-kritisan bapak soal masalah-masalah (yang bagi saya teramat pelik) itu.

    Salam,

    ariss_s last blog post..Easy Come, Easy Go

    oOo
    hahahaha 😆 makasih mas ariss. saya kira setiap orang punya cara yang berbeda dalam mengkritisi setiap persoalan. kebetulan saja momentumnya bersamaan dengan harkitnas. menurut saya, sekcil apa pun masukan dan kritikan kita, itu masih lebih baik ketimbang diam. kata dan tulisan, menurut hemat saya juga termasuk bagian dari sebuah aksi. untuk wacana yang lain, kan kita juga mesti menyesuaikan dengan momentumnya. 💡

  7. berani taruhan, ada berapa gelintir calon kepala daerah yang punya concern dimasalah ini ? :205

    ooo
    kekekeke 😆 saya juag berani, mas, hehehehe 😆 mau taruhan berapa? hiks 🙂

  8. 🙄 Semangat seperti inilah yang membuatku menjadi silent admirer terhadap Pak Guru ini : semangat untuk see what right; sambil tetap tidak kehilangan sikap kritis.

    Salut juga buat gambar-gambarnya Mas Hendro Dwijo Laksono. Imajinasinya luar biasa.

    Salam Merdeka :112

    Robert Manurungs last blog post..“Sajak Sebatang Lisong” dan 100 Tahun Kebangkitan Nasional

    ooo
    walah, biasa aja, bung robert. makasih supportnya 💡

  9. Kalau saya amati dengan saksama maka ada satu budaya yang membuat kita berada dalam keadaan yang dipaparkan Pak Sawali di atas. Budaya apa itu? Budaya lupa!

    Kita senang memulung budaya asing dan melupakan budaya sendiri. Beda sekali dengan bangsa Jepang dan Korea yang mengambil modernisasi tetapi tidak meninggalkan keagungan tradisi luhur mereka. Bandingkan dengan kita, modern juga belum tetapi budaya adiluhung warisan nenek moyang telah kita lupakan.

    arifs last blog post..Comments Off? Sunguh Aneh

    ooo
    itulah ironi yang terus berlangsung di negeri ini, mas arif. Prihatin. 😥

  10. Melihat keadaan bgsa kta skrg ini,sya kok malu. Bkan malu sbg warga ngra. Tpi malu mmliki para pemimpin yg tdk mau lgi mlhat apa sbnrny yg dbthkan rakyatny. Aspirasi rakyat tiada diengar lgi. Para wkil rakyatpun tk mau lg menginpat siapa yg mendelegasikanny. Namun mereka sibuk mengurusi knaikan gaji & mobil tnjgan. 100 thn kebangkitan nasional, sy kra masih jauh dari cita2 bangsa ini

    Farhans last blog post..Dan Lariku Tak Sia-sia

    ooo
    semoga para pemimpin kita menyadari hal itu, farhan. kau juga mesti siap dari sekarang utk menjadi pemimpin masa depan 🙄

  11. Hari kebangkitan Nasional?? Hmmm rasa2nya udah kurang pantas lagi untuk konteks masa kini. Sewaktu dijajah Belanda secara fisik kita masih terbelakang waktu itu. Setelah merdeka, memang keadaan kita membaik jikalau kita berbicara skala waktu, dalam arti kata kita memang lebih baik dari dulu. Tapi jikalau kita bandingkan dengan negara2 tetangga saja misalnya…. tetap… kita termasuk terbelakang (secara rata2)

    Yaa… saya berharap mudah2an kebangkitan nasional kali ini diperingati bukan hanya sebagai ajang hura2 saja… yang jauh lebih penting adalah berbuat bagaimana agar bangsa ini benar2 bangkit di kancah internasional dan bukan hanya bangkit dari keadaan dijajah menjadi keadaan merdeka saja…

    Yari NKs last blog post..Mengapa Kita “Tidak Bisa” Setiap Malam Melihat Bulan?

    ooo
    sepakat bung yari. terima kasih tambahan info dan masukannya 💡

  12. sudah terlalu lama bangsa ini terpuruk. Mungkinkah bisa bangkit kembali???

    Qizinks last blog post..Sajak Rabi’ah

    ooo
    semoga harapan utk bangkit itu masih ada, mas qizink. 💡

  13. Yung Mau Lim

    Selamat siang Pak!Mengapa Hari Kebangkitan Nasional ke 100 dihebohkan? Di surat kabar,media elektronik dalam sebulan ini selalu menggemakan event 100 tahun Kebangkitan Nasional.Kadang kita sering latah dan terbawa oleh sebuah kondisi yang dimunculkan oleh orang atau kalangan tertentu.Bagi saya pribadi setiap hari bangsa ini harus tetap ada jiwa untuk bangkit, baik secara individu maupun kolektif.Jika secara konkrit setiap warga negara dapat hidup mandiri dalam keseharian mereka bukankah kita akan menjadi bangsa kuat dan berperan di muka bumi ini.Anehnya kita selalu bersemangat jika pada event2 tertentu saja,misalnya 10 tahun reformasi,100 tahun Kebangkitan Nasional,sebentar lagi mungkin gonjang ganjing 100 tahun Proklamasi Kemerdekaan RI dan seterusnya.Jangan menunggu event lagi,mari kita berbuat,belajar,berkreasi dan bekerja setiap hari dengan sungguh2.Rancanglah masa depan masing2 agar menjadi manusia yang berguna untuk diri sendiri dan keluarga.Jika hal ini dapat terwujud maka Indonesia tidak perlu menunggu sampai berumur 100 tahun sudah menjadi negara yang kuat,rakyat yang makmur dan disegani dunia.Terima kasih.

    ooo
    makasih masukannnya, mas lim. 💡 btw, ini juga sekadar mengingatkan saja kalau 20 mei itu harkitnas, mas, hehehehe 😆 jangan2 sudah banyak yang lupa, hiks :mrgreen:

  14. HemMM…100tahun kebangkitan nasional…saya lihat negara ini tetep stagnan j…perubahan yg mencolok malah dari keterpurukan/kemunduran bangsa ini. para pemuda yang seharusnya menjadi kebanggaan bangsa, saat ini malah tidak mengenal lagi nasionalisme.mereka terlena dengan kehidupan saat ini yang kental dengan individualisme. 🙁

    dafhys last blog post..catatan akhir mei

    ooo
    mudah2an kaum muda kita tetep memiliki semangat dan roh nasionalisme itu, mas dafhy. dunia pendidikan juga mesti tampil utk menyajikan pelajaran sejarah bangsanya secara benar 😥

  15. Lho dari dulu sudah kayak gitu koq Pak. Jangan heran, wong cerita rakyatnya saja sudah tidak mendidik. Contohnya Sangkuriang dan Candi Prambanan itu, membuat sesuatu yang besar dalam waktu singkat. Ngga berhasil, dan akhirnya marah besar.
    Sudah terbiasa instant dari sejak nenek moyang, padahal dari dulu sudah tahu kalau nanam padi itu, akan menuai hasilnya berbulan-bulan kemudian.

    Iwan Awaludins last blog post..Memilih Cara Meninggal

    ooo
    kekekekeke 😆 cerita rakyat memang dimaksudkan utk memberikan gambaran nilai baik dan buruk, pak, hehehehe 😆 agar pembaca bisa mengambil pesan moral yang tersirat di dalamnya. 💡

  16. Kalau baca judulnya, aku malah bingung. “Reformasi Kultural: Sebuah Indonesia yang Tertinggal”
    Tapi kalau isinya, yo mudenglah…
    Makanya aku hanya ngomentari yang gak mudeng.
    Reformasi Kultural… aku rak mudeng)
    Sebuah Indonesia… Emangnya Indonesia ada berapa Pak…
    Tertinggal… Tidak sengaja tinggal ???.
    Mohon maaf kalau aku terasing kalau sudah bicara bahasa sastra tingkat tower. Pendapat Umum, makin tinggi karya sastra, makin susah dipahami oleh awam seperti saya. Berarti tulisan Pak Sawali ini sudah memenuhi syarat itu…
    (Besok kalau tentang wayang tak komentari sing akeh).

    oooo
    hahahahaha 😆 pak mar boleh menafsirkan apa saja kok ttg postingan ini, hiks 💡

  17. yah semoga peringatan 100 tahun kebangkitan nasional ini tak hanya jadi sebatas seremonial semata. kita hanya mempercantik pekarangan rumah namun di dalam rumah sangat kotor sekali. semoga semangat 100 tahun kebangkitan nasional bukan hanya selebrasi semata

    ma6mas last blog post..petualangan di pulau sempu

    ooo
    sepakat banget mas magma. mudah2an saja roh dan semangat nasionalisme itu bukan hanya jargon semata. 💡

  18. 😀 lucu banget yang lagi sepi sibuk demo!

    ya ya ya… indonesia memang udah begini adanya…

    aku sudah tidak berharap banyak

    sama negara…

    berharap sama diri sendiri saja

    jangan terlalu banyak berharap pada orang lain!

    natazyas last blog post..Tonight… Today…

    ooo
    yups, mudah2an hari esok lebih baik ya, mbak natazya 💡

  19. Salam
    Rasanya kok kebangkitan itu hanya sebuah peringatan tanpa makna.Tapi tentunya tetap semangat menyongsong hari depan karena harapan akan selalu ada 🙂

    nenyoks last blog post..Bangkit Itu…

    ooo
    sepakat banget, mas. semoga hari esok akan menjadi lebih baik 💡

  20. wah, sayah gak bisa komentar apa-apa, pak
    yang jelas, mari kita tata mulai sekarang….. 😀

    ooo
    sepakat, mas abee. jangan menunda-nunda. perubahan ke arah yang lebih baik harus kita mulai sekarang juga 💡

  21. selamat memperingati 100 thn kebangkitan nasional, semoga Indonesiaku semakin JAYA
    selamat buat pak sawali yang udah ngeluarin karya2 sastranya..

    Okta Sihotangs last blog post..Idle for a moment !!!

    yaps, semoga mengalami perubahan yang lebih baik. wew… tahu juga rupanya, hehehehe 😆 makasih mas okta support dan dukungannya 💡

  22. FAD

    Globalisasi yang tanpa filter memadai untuk Bangsa ini,Mental instant yang kronis,Moral Anak Bangsa yang terkikis oleh Modernisasi ,Pemimpin yang hanya pandai ngomong dan menggerakan demonstrasi saja tapi begitu naik menjadi pejabat atau Wakil rakyat nol dalam pekerjaannya bahkan jikalau mulai suram popularitasnya bikin statement yang bikin gerah atmosfir Ekonomi dan Politik,Pejabat yang Korup (bahkan berjamaah)dengan mental asok glondong pengareng areng (pengarem arem)kepada atasannya di All Level dan All Channel,Pelajar dan Mahasiswa yang untuk dapat nilai baik musti nyontek dan nyogok,Ulama dan Umara yang haus akan kursi kekuasaan ,Pendidik yang sudah tidak punya nilai idealisme….dan ah banyak lagi.

    FADs last blog post..Honest Selling

    sungguh ironis, ya, mas. waduh, jadi ngeri nih kalau mereka yang seharusnya menjadi anutan justru sering melakukan tindakan yang kurang terpuji. 😥

  23. saya kira jalan kita masih didalam trek yg masih lurus kok pak, meskipun berbatu bahkan kadang disertai hujan badai… tetapi saya masih yakin bahwa kita akan sampai ditujuan yg sama2 kita inginkan. saya pikir ini hanya sebuah proses saja untuk menjadi Indonesia yang lebih baik 🙄

    Totok Sugiantos last blog post..Mengapa Harus Berkomentar?

    mudah2an demikian keadaannya, mas totok. semoga ke depan menjadi lebih baik. 🙄

  24. sama seperti mas marsudiyanto di atas, saya masih belum paham maksud kata “kultural” disini. di kbbi berarti kebudayaan. jadi perubahan ato reformasi budaya, kira-kira budaya apa yang perlu diubah ya pak? atokah mental korupsi, mau menang sendiri, berbohong, sudah menjadi budaya? sehingga kalimat lengkapnya, “Perubahan sistem dan regulasi perlu diimbangi perubahan mental korupsi.” :acc
    atokah yang dimaksud kultural disini berhubungan dengan moral? 😡
    Ato berhubungan dengan sikap hidup?
    meski demikian ikut setuju pak, bahwa kita (baca : indonesia) perlu berubah. berubah menjadi lebih baik. baik sistemnya maupun manusianya. 😡

    nindityos last blog post..100 Kebangkitan Nasional – bangkitnya Negara Kelima

    bener, mas nin. kebudayaan itu memiliki cakupan yang luas, termasuk di dalamnya adalah sikap, kebiasaan, dan mental yang selama ini nyaris terlupakan utk disentuh reformasi akibat memberhalakan politik dan ekonomi. mudah2an, seperti juga harapan mas nin, indonesia ke depan menjadi lebih baik 🙄

  25. cara berpikir pramagtisme dan serba instan itu jika tidak disikapi secara bijak akan membangkitkan rasa individualisme yang berlebihan dan mematikan seamgat kebersamaaan dan kegotong-royongan…..

    btw,
    tetap semgat semua yo untuk bangkit….
    mari bung rebut kembali!

    betu; sekali ndoro. yaps, kita tetap semangat hidup di bumi kita tercinta.

  26. Budaya dan Pariwisata. Point yang menarik mata saya Pak, beginilah kalau pemahaman budaya eksekutif kita masih ecek-ecek–atau kalah prioritas dengan urusan perut?.

    Yogas last blog post..Sedikit Tentang Kompos

    begitulah keadaannya, mas yoga. meski demikian kita mesti tetap optimis bahwa indonesia ke depan akan menjadi lebih baik.

  27. :DD … itulah semacam ungkapan kekesalanku.
    😥 … inilah ungkapan kesedihanku.
    😡 … namun inilah ungkapan kecintaanku.

    Bangkitlah Indonesiaku, 🙄 . Kamu pasti bisa. 😯

    adikhresnas last blog post..Berjualan di Internet

    hehehehe …. semoga kekesalan dan kecintaan mas adi makin menambah semangat utk membangun negeri ini. 💡

  28. saya nggak upacara, saya nggak nulis khusus di blog, saya gak pakai batik, saya gak lihat acara peringatan nan mewah di teve ituh, saya nggak masang bendera……
    tapi saya tetap optimis dengan bangsa ini INDONESIA….
    MERDEKA!!!
    ehmmm.. anak saya yang pertama bernama
    Muhammad Agrivisesa Insan Merdeka….
    —GAK NYAMBUNG mode ON—-

    nasionalisme kan tdk ditentukan karena upacara, pakai baju batik, maupun nonton TV, pak 🙂

  29. ass.

    “BANGKIT NEGERIKU, HARAPAN ITU MASIH ADA”

    minjem istilah PKS.
    Ya harapan itu masih ada, jangan berputus asa. dan yuk kita BANGKIT BERSAMA.

    Alex Abdillahs last blog post..AKU JATUH CINTA LAGI

    yaps, bener banget, Bung! kita songsong masa depan Indonesia agar menjadi lebih baik! 💡

  30. Pak…selamat ya buat acara peluncuran KUMCER nya. pas seabada KEBANGKITAN NEGERI INI. Momen yang tepat lho pak.

    Alex Abdillahs last blog post..AKU JATUH CINTA LAGI

    makasih bung abdillah! 💡

  31. dan Alhamdulillah, kita liat, banyak juga perkembangan yang bagus di negeri ini.

    1.Rekonsiliasi konflik di NAD. (ini sejarah yang fenomenal, sejak Sukarno sampai Megawati selalu gagal, baru pada SBY berhasil)

    2.Penegakan hukum khususnya terhadap para koruptor, jgn heran hari ini anggota DPR, Gubernur, Bupati dan pejabat publik lainnya bisa masuk “Kandang situmbin”

    3.Reformasi politik, kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat termasuk di blog. jgn mimpi dulu bisa.ketangkap ntar. Alhamdulillah hari ini bebas sebebasnya.

    4.Perkembangan Pergerakan dakwah tanah air dapat angin segar. jgn pernah dulu mencoba jadi orang Pergerakan, ketangkap nanti.

    5.Kebangkitan dunia olahraga indonesia, ditandainya dgn jadi Tuan rumah piala Asia. dan final di Uber cup.

    6.Kebebasan dunia pers.

    7.Kebangkitan dunia pendidikan, contoh Semakin banyaknya anak negeri ini kuliah ke LN

    8.etc.

    Kita patut bersyukur dan selalu berupaya ke arah yang lebih baik.

    Alex Abdillahs last blog post..AKU JATUH CINTA LAGI

    sepakat banget bung abdillah. 💡 sudah banyak perubahan menjadi lebih baik kok!

  32. hari kebangkitan nasional 20 mei 1908, benarkah sbg awal kebangkitan kita?

    novel Pram ‘JEJAK LANGKAH’ mencoba menelusuri kebenaran itu.

    ternyata, hasilnya….

    Zulmasris last blog post..PEKALONGAN (catatan lelah di suatu kota, 1)

    alm. pram memang dikenal lewat karya2nya yang sarat kritik dan mencerahkan, pak zul. banyak juga novel sejarahnya.

  33. gagasan melahirkan tujuan :acc
    tujuan melahirkan tindakan 🙂
    tindakan melahirkan kebiasaan 😡
    kebiasaan mencetak karakter :292
    dan karakter membentuk nasib kita :112

    mari bersama merevolusi kultur kita yang kadung karatan ini

    tomys last blog post..AKU ADA KARENA ENGKAU

    wow … proses konklusi yang menarik, pak tomy 💡

  34. bangsa kita kalo sakit kepala pada minum obat pa**dol jadi lupa akan masa silam. gak bisa belajr dari pengalaman 🙁

    eNPes last blog post..Tradisi Pernikahan

    wew… bu ita cerdas juga bikin analogi 🙄

  35. bicara soal pelupaan sejarah dan degradasi budaya, saya koq merasa bukan hanya indonesia saja yang mengalami masalah ini

    saya mendengar dari teman, bahwa jepang yang kita agung2kan, ternyata sekarang sedang terjadi krisis sosial di mana generasi mudanya sudah banyak yg mengidap penyakit hikikomori yang cirinya semakin enggan bergaul di dunia nyata

    begitula amerika yg negara adidaya itu, kita semua sy rasa sudah tau budaya spt apa yg berkembang di sana

    wah, repot juga, ya, mas kalau negara maju saja juga mengalami degradasi budaya seperti itu. makasih infonya, mas adit 🙄

  36. Febby Syahputra

    yang perlu kita lakukan untuk mencapai arah kemajuan bangsa diantaranya :
    1. Mereformasi mentalitas bangsa melalui pendidikan dan kebudayaan, dua elemen tersebut bisa diajarkan secara formal yakni di sekolah ataupun nonformal lingkungan keluarga.
    2. Menanamkan nilai-nilai sejarah pada generasi muda, karena pelajaran sejarah yang diajarkan bertujuan membentuk karakter bangsa, kita lihat negara maju lain misal: Singapura, Inggris, Amerika Serikat. Pelajaran Sejarah disana memegang peranan penting.
    3. DLL

  37. raden fikria maftuha

    ia.,.,.,. ia.,.,ia.,.,
    Susah untuk bangkit jika masih ada kesenjangan Sosial/ekonomi diantara kita;);)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *