Sepenggal Fragmen Keteladanan Rasulullah

religiKetika seorang Badui Arab bertanya kepada Aisyah, bagaimana akhlak Rasulullah dalam kehidupan rumah tangga? Aisyah hanya menjawab, “Ah semua perilakunya indah.” Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. “Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, “Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.”

Pada kesempatan yang lain, Aisyah sungguh terkejut ketika menjelang subuh, Aisyah tidak menemukan suaminya berada di sampingnya. Ketika keluar membuka pintu, Aisyah terkejut. Dia melihat Rasulullah tidur di depan pintu. Dalam keterkejutannya, Aisyah bertanya, “Mengapa engkau tidur di sini?” Nabi Muhammmad menjawab, “Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu.”

Sungguh, betapa indahnya kehidupan rumah tangga ketika seorang kepala keluarga bisa meneladani sikap Rasulullah, bagaimana seharusnya seorang suami mesti memperlakukan istrinya. Amat kontras dengan kehidupan keluarga masa kini yang tak jarang diwarnai dengan atmosfer kekerasan. Sudah terlalu sering kita menyimak berita kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang pecah akibat perlakuan tak terpuji sang suami.

Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) yang menimpa seorang istri seringkali juga menjadi permasalahan yang tidak pernah diangkat ke permukaan. Meskipun kesadaran terhadap pengalaman kekerasan terhadap istri berlangsung setiap saat, fenomena KDRT semacam itu tak jarang diidentikkan dengan sifat permasalahan ruang privat. Dari perspektif tersebut, kekerasan seperti terlihat sebagai suatu tanggung jawab pribadi dan istri diartikan sebagai orang yang bertanggung jawab, baik itu untuk memperbaiki situasi yang sebenarnya didikte oleh norma-norma sosial maupun mengembangkan metode yang dapat diterima dari penderitaan yang tak terlihat.

Kekerasan dalam rumah tangga seringkali menggunakan paksaan yang kasar untuk menciptakan hubungan kekuasaan di dalam keluarga. Kaum perempuan seringkali diajarkan dan dikondisikan untuk menerima status yang rendah terhadap dirinya sendiri. KDRT seakan-akan menunjukkan bahwa perempuan lebih baik hidup di bawah belas kasih pria. Hal ini juga membuat pria, dengan harga diri yang rendah, menghancurkan perasaan perempuan dan martabatnya karena mereka merasa tidak mampu untuk mengatasi seorang perempuan yang dapat berpikir dan bertindak sebagai manusia yang bebas dengan pemikiran dirinya sendiri. Sebagaimana pemerkosaan, pemukulan terhadap istri menjadi hal umum dan menjadi suatu keadaan yang serba sulit bagi perempuan di setiap bangsa, kasta, kelas, agama maupun wilayah.

Sungguh, andai saja kaum lelaki bisa ”berkiblat” pada akhlak Rasulullah ketika memperlakukan istrinya, bisa jadi tak akan ada KDRT di muka bumi ini. ***

No Comments

  1. wanita juga perlu dihargai, dihormati, disayang dan dilayani. wanita bukan cuma alat pemuas nafsu para suami. jika seorang wanita direndahkan dalam suatu keluarga maka keluarga itu pasti akan hancur.
    wanitalah yang memegang kehormatan keluarga.

  2. tak heran kelahiran dan kepemimpinan rasulullah menjadi tonggak kebangkitan harkat dan martabat wanita di muka bumi.
    namun KDRT tak hanya berupa kekerasan fisik (yang notabene dilakukan oleh lelaki yang lebih kuat kepada wanita yang lebih lemah), juga berupa kekerasan mental seperti dalam hal pemaksaan kehendak dan rongrongan. yang terakhir ini sih biasanya oleh istri kepada suaminya. hehe… jadi ngaco deh komen saya.

    tulisan yang keren dalam memperingati peristiwa maulid nabi, pak.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Soal Libur Panjang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *