*Narasi gombal mode on*
Ini narasi “gombal” tentang penulisan cerpen, hehehehe 😆 Diposting juga atas permintaan adik kelas saya, Abeeayang, yang saat ini tengah gencar memburu ilmu di sebuah lembaga keguruan, tempat saya dulu (1984-1988) “jual tampang” yang katrok dan ndesa, untuk mencari bekal hidup dalam memasuki sebuah peradaban yang masih diselimuti selubung ketidakpastian masa depan.
pak sekali2 mostingin tentang *cara* bikin cerpen nyang enyak, pak…biar kita semuah bisa belajar
Demikian Abeeayang bertutur.
ooo
walah, aku juga masih belajar kok mas abee. ok, deh, kapan2 nanti aku tak mosting penulisan cerpen menurut versiku. yup, makasih mas abee masukannya.
Demikian respon iseng saya pada postingan sebelumnya.
Akhirnya kepikiran juga untuk membuat postingan tersendiri tentang penulisan cerpen menurut versi saya. Karena saya yakin, setiap penulis cerpen punya style dan gaya ucap yang berbeda. ***
*Narasi gombal mode off*
Cerpen saya dimuat pertama kali di koran pada tahun 1987. Judulnya “Santhet“. Dimuat di harian sore Wawasan, Semarang, Jawa Tengah. Dari sinilah saya mulai mengembangkan layar memori dan imajinasi saya untuk selanjutnya diekspresikan ke dalam sebuah genre cerpen. Atmosfer lingkungan saat itu sangat kondusif dan memicu “adrenalin” saya untuk menulis cerpen. S. Prasetyo Utomo, Herlino Soleman, Triyanto Triwikromo, Budi Maryono, Gunawan Budi Susanto, atau Mahmud Hidayat adalah beberapa nama yang turut memengaruhi kreativitas saya dalam menulis cerpen. Beberapa di antara mereka sudah melejit ke “papan atas” sastra Indonesia mutakhir, bahkan telah “ditahbiskan” masuk sebagai sastrawan Angkatan 2000 yang diproklamirkan oleh Korrie Layun Rampan. (Yups, sementara teman-teman sudah melaju kencang di atas jalan tol kesusastraan Indonesia mutakhir, saya masih berkutat di balik semak belukar, hehehe 😆 )
Nah, sejak cerpen saya dimuat di koran, “virus” menulis cerpen mulai merasuk ke dalam sumsum tulang. Saya jadi makin rajin ke kampus untuk meminjam buku kumpulan cerpen (kumcer). Yang sangat saya sukai adalah cerpen-cerpen Danarto. Saat itu kumpulan cerpen yang saya baca adalah Godlob (1975), Adam Ma’rifat (1982), dan Berhala (1987). Yang saya sukai adalah suasana surealis dan absurditas seperti memasuki sebuah dunia sonya ruri (antara ada dan tiada) yang demikian “menghipnotis” imajinasi saya. Saya juga tidak tahu, setiap kali usai membaca cerpen-cerpen Danarto, timbul niat saya untuk segera corat-coret, selanjutnya saya ketik dengan mesin ketik butut milik teman satu kos. *Jahh, mesin ketik butut aja pinjam, hiks *
Demikian sukanya saya terhadap cerpen-cerpen Danarto, sampai-sampai saya pernah terlibat polemik dengan Bung Rosa Widyawan RP di Wawasan (1988). (Silakan baca tulisan di sini dan di sini). Meski demikian, saya tidak sampai bersikap snobis. Kalau kebetulan suka cerpen-cerpen Danarto, semata-mata karena saya suka dengan ide-ide ceritanya yang “liar” dan (nyaris) selalu mengangkat mitos dan selubung masa silam yang bisa membuat saya seperti memasuki sebuah dunia imajinasi yang fantastik dan teatrikal. Indah dan eksotis!
***
Seperti sudah saya kemukakan bahwa saya sangat menyukai mitos dan selubung masa silam yang menjadi tabir masyarakat dalam membuka dan menemukan hakikat hidup dan kehidupan. Masa lalu saya yang hidup di tengah-tengah masyarakat kampung yang sunyi; kaya akan mitos, bahkan juga hal-hal yang mistis, merangsang saya untuk mengabadikannya ke dalam sebuah cerpen. Yups, genre sastra itulah yang menurut saya bisa mewakili dan mengekspresikan suasana batin saya. *Alasan klasik karena tidak bisa bikin puisi, hehehehe *
Mitos-mitos tentang upacara tanam dan petik padi (Dewi Sri), nyadran, makam keramat, dongeng tentang gerhana bulan dan matahari, wedhon (hantu berkafan) seperti pocongan, hantu kesot, gendruwo, atau banas pati, sungguh-sungguh saya nikmati. Mitos-mitos semacam itu diperkaya dengan produk budaya masyarakat agraris semacam tayub, ketoprak, wayang orang, rodatan, barongan, atau wayang kulit. Mitos dan selubung masa silam itulah yang selalu menarik untuk saya intip dan saya singkap sehingga terbuka tabir “rahasia” kehidupan dalam konteks kekinian, hingga sekarang. Saya sungguh beruntung lahir di tengah masyakarat kampung yang kaya mitos, budaya, dan nilai-nilai kearifan lokal. Dan, saya yakin, mitos, budaya, dan nilai-nilai kearifan lokal semacam itu juga ada dan dimiliki oleh masyarakat daerah lain yang akan terus dikenang dari generasi ke generasi.
Selanjutnya bagaimana? Yups, saya menulis cerpen tidak menggunakan teori, hehehe … Teori bagi saya hanya akan memasung kreativitas dan daya jelajah saya dalam memasuki belantara imajinasi yang mengurung tempurung kepala. Apa yang terlintas dalam layar imajinasi itulah yang saya tulis. Setelah dapat bahan yang saya comot dari memori, biasanya langsung membuat judul. Aneh, ya? Judul pasti saya buat terlebih dahulu. Tujuannya? Semata-mata agar saya tetap fokus pada bahan yang telah saya pilih. Mulailah saya berselancar di dunia fantasi dan imajinasi dengan mereka-reka siapa tokoh yang layak saya pilih, bagaimana jalinan peristiwa (alur), kapan dan di mana latar peristiwanya, konflik mestinya bagaimana, sudut pandang yang harus saya gunakan mesti bagaimana, *halah*, gaya ucap yang bagaimana, sampai pada membuat ending-nya.
Kesulitan yang saya hadapi adalah ketika harus menyusun paragraf awal. Bagi saya, paragraf awal ini akan menjadi pintu pembuka untuk memikat daya tarik pembaca. Oleh karena itu, saya jarang membuat paragraf awal yang bertele-tele dengan narasi dan deskripsi yang njlimet. Kasihan pembaca, hehehehe 😆 Mau masuk saja mesti bertele-tele! Misalnya, dalam cerpen “Dhawangan” saya membukanya dengan paragraf seperti ini.
Ketakutan dan kecemasan menggerayangi wajah setiap penduduk. Tak seorang pun yang berani melangkah keluar pintu ketika senja menyelubungi perkampungan. Lorong dan sudut-sudut kampung yang gelap seperti dihuni oleh monster-monster ganas. Sudah lima warga kampung yang menjadi korban. Tewas mengenaskan dengan cara yang sama. Leher mereka nyaris putus seperti terkena bekas gigitan makhluk ganas. Darah kental kehitam-hitaman berceceran.
Atau, pada cerpen Topeng berikut ini.
Entah! Setiap kali memandangi topeng itu lekat-lekat, Barman merasakan sebuah kekuatan aneh muncul secara tiba-tiba dari bilik goresan dan lekukannya. Ada semilir angin lembut yang mengusik gendang telinganya, ditingkah suara-suara ganjil yang sama sekali belum pernah dikenalnya. Perasaan Barman jadi kacau. Kepalanya terasa pusing. Sorot matanya tersedot pelan-pelan ke dalam sebuah arus gaib yang terus memancar dari balik topeng. Dalam keadaan demikian, Barman tak mampu berbuat apa-apa. Terpaku dan mematung. Getaran-getaran aneh terasa menjalari seluruh tubuhnya. Barman benar-benar berada dalam pengaruh topeng itu.
Ibarat lebah tidak harus muter-muter dan terbang terlalu lama, tetapi langsung menyengat, hehehe 😆 Jika sudah jadi paragraf awal, 35% cerpen saya sudah selesai. Selanjutnya, tinggal menarasikan gambaran yang terbentang dalam layar imajinasi, baik unsur tokoh dan karakternya, latar, alur, atau sudut pandang, lewat gaya ucap dan bahasa yang saya anggap mampu mewakili perasaan dan intuisi saya. Imajinasi terus mengalir hingga akhirnya saya harus mengakhiri cerpen. Menggantung? Yups, saya termasuk orang yang suka menulis cerpen dengan gaya never ending story, sehingga memberikan banyak kemungkinan dan ruang tafsir yang luas bagi pembaca; tanpa saya harus mendikte dan menggurui.
Pernah kehabisan cara untuk melanjutkan cerita? Sering! Dalam kondisi semacam itu, biasanya saya berhenti menulis, lalu mempertajam imajinasi di belakang sambil buang hajat, hiks. Oleh karena itu, saya termasuk orang yang paling lama kalau sedang buang hajat di belakang. Di ruang sempit itulah justru imajinasi saya makin “liar” dan menggila. Cerita yang sudah buntu pun bisa jadi berlanjut. Meski demikian, sebuah cerpen bisa memakan waktu hingga lima hari seperti cerpen Kepala di Bilik Sarkawi. Namun, ada juga cerpen yang bisa selesai antara 4-5 jam. Cerpen Kang Sakri dan Perempuan Mimpi, misalnya, bisa selesai dalam perjalanan Yogyakarta-Kendal sekitar 4-5 jam. Cerita mengalir begitu saja. Jari-jari pun terus *halah* “bertango-ria” –meminjam istilah Bung Yari— di atas keyboard laptop. Tiba di rumah hanya tinggal menyunting bagian-bagian yang saya anggap kurang tepat. Yang tidak saya lupakan adalah mengubah judul kalau memang diperlukan. Judul yang saya pilih biasanya yang “provokatif” sehingga begitu membaca judulnya, pembaca merasa penasaran untuk mengetahui jalan ceritanya. *Halah, ge-er*
Dengan proses yang tidak terlalu rumit semacam itu –saya yakin setiap orang bisa melakukannya– ada juga cerpen-cerpen saya yang dimuat di koran (sekitar 40-an judul), seperti Media Indonesia, Suara Pembaruan, Suara Merdeka, Wawasan, atau Solopos. Sayang, di Kompas cerpen-cerpen saya hanya sempat mampir ke redaksi, untuk selanjutnya terbang lagi ke rumah, hehehehe 😆 Kata Pak Maman S. Mahayana, cerpen saya terlalu banyak “darah”-nya yang konon memang kurang disukai sang redaktur, hehehehe Benarkah begitu? Wallahu’alam. Sayang sekali juga, setelah intensif mengelola blog, “adrenalin” saya untuk mengirim teks cerpen ke koran langsung tiarap. Suatu ketika, mudah-mudahan saya bisa kembali instensif menulis cerpen koran.
Tidak ditawarkan kepada penerbit? Itu pula yang ditanyakan oleh Mbak Chika dan Mas Ozan. Aha…, keinginan itu pasti dimiliki oleh setiap orang, termasuk saya. Yang jadi persoalan, bukan hal yang gampang mencari penerbit yang memiliki komitmen untuk menerbitkan buku kumpulan cerpen (kumcer). Untung-rugi tetap menjadi pertimbangan utama. Dan, rata-rata buku kumcer jeblog di pasaran, kecuali cerpenis kondang. “Tukang” cerpen yang katrok dan ndesa seperti saya, hehehehe 😆 mana ada yang mau melirik, hiks, kasihan. Kalau ada penerbit yang mau menerbitkan cerpen-cerpen saya, bisa jadi termasuk penerbit yang sedang “tersesat”, hehehehe 😆 Bisa juga diterbitkan dengan cara self-publishing. Kalau tidak bisa diterbitkan oleh penerbit ternama, dipajang di blog ini juga sudah lebih dari cukup bagi saya untuk menjalin hubungan pertemanan dan silaturahmi. Asyik juga! Terima kasih kepada teman-teman bloger atau pengunjung yang telah berkenan untuk membaca dan mengapresiasi cerpen-cerpen saya yang berbau anyir “darah” dan mengeksploitasi ketragisan hidup “wong cilik” itu.
Salam budaya!
oOo
Gambar Danarto “dicuri” dari sini.
ya oloh…permingtaang sayah dikabulkan jugax ya pak?
alhamdulillah…baik pak sayah nggak akan nyia-nyiain inih.
makasih2…
*terharu*
abeeayang’s last blog post..Akhirnyah kejebak juga?
ooo
yups, makasih juga mas abee kalo memang ada manfaatnya, hehehehe 😆
saya jadi epengen baca2 cerpen pa Danarto, kalo saya lebih suka cerpennya Korie layun rampan, saya punya beberapa kumcernya, tapi martin aleida bagus juga…
pernah nyoba bikin cerpen, tapi ga pernah jadi. *hiks* menata dialog yang hidup amat sangat susah, punya saran pak?
-tan’s last blog post..Penghianat
ooo
danarto, korri, atau martin aleida, termasuk cerpenis favorit saya jugak. cerpen mereka bagus2 kok. wew… untuk dialog sih sebenarnya malah lebih gampang, mas tan. bahasanya lebih sante sepeti bahasa percakapan biasa. coba deh cermati lagi dialog2 dalam cerpen2 idola mas tan itu. utk sementara meniru gaya mereka juga gpp, kok. lama2 nanti mas tan akan menemukan gaya sendiri kok. *walah, sok tahu, yak!*
Oh My God..!!
makasih banget udah bagi2 cara nulis cerpen pak! berarti memang kita harus jago menghayal yah dalam membuat cerita.. OK siapa tahu nanti cerpen bapak dilirik oleh penerbit! Amin
ooo
wew… yang di-quote ridu kok pernyataan yang ituh, hiks, jadi malu nih. yup, makasih ridu doa dan supportnya.
wah,,, untuk mitos yg begonoan ( berbau mistis ) saya jd inget pas di kampung dulu pak,, terutama mitos tentang BARI’AN yang mana acara terebut biasanya di adakan di traffic / perempatan jalan tujuan adalah untuk mengenang pahlawan dari masing2 wilayah tersebut.. 🙂
thenkyu pak,, udah ngingetin saya ke hal yang beginian.. 🙂
kalo sampean ada waktu coba buat cerpen yg membahas BARI’AN tersebut pak,, jujur sampai sekrang masih belum jelas saya menerimanya.
kuta beach bali’s last blog post..Sudahkan anda bergabung dengan Bux.to
ooo
bari’an? wah, baru dengar istilah itu, bung, saya, hehehe 😆 dari balikah? wah, itu kalo dibikin cerpen bisa liar dan penuh daya kejut. ingin sesekali menulisnya. sayang sekali, aku belum punya referensi ttg bari’an itu.
*sembah-sembah*
*menjura*
*cun kaki pak Sawali*
*ongkek*
Ini dia yang ane butuhin… Ane punya kesulitan kalo nulis cerpen. Seumur-umur ane belom pernah ngelarin satu cerpen, dan itu sebab-na ane ngeblog…
Pak, apakah menulis harus pasang target biar produktif??? Soal-na, ane lemot banget kalo nulis…
Cabe Rawit’s last blog post..Tips: Kagak Dirampok Sehabis Ngambil Duit Dari Bank
ooo
wakakakaka … ndak usah berlebihan kayak gitu mas cabe. hiks, malah jadi malu, aku. kalu aku ndak pernah tuh pakek target. kalo memang sedang ada bahan ya tulis saja. kalo ndak ada bahan yang mo ditulis, yak, istirahat. jadi ndak ada beban. coba mas cabe sesekali nulis cerpen juga, hehehe 😆 tapi yang nyaman2 saja, ndak usah dipaksain. *walah kok malah nasihatin*
Oh iya pak, ane mulain nulis sejak SMP, sampey sekarang kurang lebih 30-an tulisan ane dimuat di koran nasional, tafi biasana tulisan yang agak-agak serius semacam artikel, paling ringan feature atawa resensi film dan buku. Tafi kalo mau buat cerpen kagak bisa… 😥
Cabe Rawit’s last blog post..Tips: Kagak Dirampok Sehabis Ngambil Duit Dari Bank
ooo
wew… malah dah hebat tuh mas cabe. bikin tulisan kayak mas cabe juga bukan hal yang gampang kok, apalagi bisa nembus ke koran nasional. ok, deh, mas cabe. pemikiran kreatif kan ndak harus dituangkan dalam bentuk cerpen, hehehe 😆
Wah, ngono tah prosesnya. Makasih pak, nambah ilmu baru ini. 😀
danalingga’s last blog post..Rumput
ooo
hahahaha, biasanya kalo nulis cerpen kayak gitu mas dana, hiks, jadi malu nih, hehehehe 😆 walah, ini bukan ilmu, mas dana, cuman ndak beda jauh sama curhat biasa kok, hehehehe
cerpennya dimuat di blog saja!
:d
sluman slumun slamet’s last blog post..Pesona Bumi Kie Raha ???..
ooo
ada baiknya juga kalo bisa dibukukan, pak slamet, biar bisa diwariskan *halah* dari generasi ke generasi, hehehehe 😆
Kalau tidak bisa diterbitkan oleh penerbit ternama, dipajang di blog ini juga sudah lebih dari cukup bagi saya untuk menjalin hubungan pertemanan dan silaturahmi. Asyik juga!
***Saya curiga, Pak Swali ngak mencoba nich. Mencari penerbit itu punya nilai sendiri lho, adrenaln meyakinkan akan terpacu, kita bisa tahu dunia penerbitan, dan … akhirnya naskah diminta. Ya, kayak Pak Swali bikin buku ajar gitu lho. Ah, kura-kura dalam perahu nich ye. (ngak lari, biar ditumbuki, nga’ pa pa).
Ersis W. Abbas’s last blog post..Menulis, Kog Tidak Percaya Diri
ooo
wew… yup, sepakat banget pak ersis. buku terbitan cetak kayaknya lebih asyik tuh. jaaah, pak ersis ndak percaya juga! kumcer tuh beda dengan buku ajar, pak, hehehehe 😆 *aha, ndak akan nimpuk kok, pak. saya tetap hormat dan menjura pada bapak*
Pantesan cerpen Pak Sawali khas dengan balutan nuansa mistik … ternyata begitu to latar belakangnya.
Iya Pak, kenapa tidak ditawarkan kepada penerbit supaya pembaca karya Pak Sawali tidak terbatas pada para “konsumen” blog saja?
deking’s last blog post..Palindrom: Matematika dan Keadilan ?
oooo
hehehehehehe …. kayaknya begitu pak deking, hiks, jadi malu. btw, utk penerbit buku baru mo cari2 tuh pak.
saya jadi bermimpi suatu saat ada buku kumpulan cerpen para blogger.. 😀
tukangkopi’s last blog post..In the end
ooo
yap, suatu ketika mimpi abang pasti bakal terwujud jugak, mudah2an, asalkan ada dokumentatornya ajah.
waaa… saya juga suka bikin fiksi pak
sekarang lagi dalam proses merampungkan novel pertama saya
do’akan ya pak…!
jalan2 ke blog saya juga ya…
ooo
wew… salut banget buat bung aldohas, malah dah bikin novel. kudoakan deh semoga novelnya cepet klar trus diterbitkan, trus jadi best seller, biar saingan sama andrea hirata dan habiburrahman elshirazy, hehehehe 😆 yup, secepatnya meluncur.
Tengkiu…tengkiu…Pak, sangat mencerahkan.
(*nyoba bikin cerpen ahh….*)
ooo
ok, makasih bung serdadu. wew… cerpennya pasti heboh nih kalau bikin, hehehehe 😆
dari dulu, saya belom pernah berhasil bikin cerpen. susah sekali ngarang cerita “ndobos”. meski cerpen bisa juga dari pengalaman pribadi ato berdasarkan kisah nyata. belajar nggak bisa-bisa e.. emang dasar dodol kali ye..
isnuansa’s last blog post..Fresh From The Oven
ooo
wew… istilah “ndobos”-nya itu loh mbak kok jadi serem, hiks. emang cerpen itu sama dengan ndobos, yak? walah, hanya mbak is belum niat ajah. kalo mo bikin pasti lebih ok deh!
kunjungan perdana dapet cara bwt cerpen. thx pak… .
magma’s last blog post..CASTRO MUNDUR : SATU LAGI MUSUH AMERIKA HILANG
ooo
yap, makasih bung mahma yak kunjungannya.
Cerpen yang pasti bukan urusan saya bos, gak bakat.
Zaki’s last blog post..Love
ooo
wew… siapa bilang zaki ndak punya bakat? emang bakat tuh kelihatan, yak, hehehehe 😆 kok sudah mengklaim diri ndak punya bakat. kalo mau, cerpen zaki pasti lebih heboh pastinya. puisi2nya aja eksotis, kok!
Hi hi, ternyata cerpen bagus itu tidak semata-mata hasil “imajinasi” ya.
Namun imajinasi yang terinspirasi dari lingkungan sekitar.
Yang paling saya sukai dari cerpen pak Sawali yaitu narasi-nya (istilahnya bener gak ya) yang kuat.
Ketika saya baca ceritanya, seakan saya melihat sebuah dunia lain yang seperti nyata, dunia yang diciptakan oleh cerita bapak. 🙂
sigid’s last blog post..The Rock Star Doctor
ooo
hiks, jadi malu nih sama pak sigid, hehehehe 😆 begitulah pak cara yang biasa saya lakukan. yup, makasih banget pak sigid apresiasinya.
Aslkm..sepertinya dunia CERPEN masih miskin Apresiasi, ini keprihatinan tersendiri, bahkan masyarakat kita skarang lebih suka yg instan-instan seperti audio visual, kalo seperti ini teruss…bisa bahaya….!!!
Akhirnya anak bangsa ini akan kehilangan budaya nulis dan baca serta berfikir.
Mudah2an buDaya yg satu ini kembali BERJAYA seperti era 40-an, 50-an,60-an,70-an, dulu. moga.
olangbiaca’s last blog post..Bidadari yang Cantik Jelita
ooo
yup, begitulah bung alex aktivitas dan budaya literasi di negeri ini. mudah2an harapan bung alex dan harapan kita semua bisa terwujud.
Saya pernah memiliki keasyikan tersendiri dalam membaca cerpen tanpa memiliki pengarang favorit. Akan tetapi, sudah ada tiga tahunan ini saya jarang membaca cerpen kecuali yang ditulis di blog.
Saya selalu kagum dengan penulis cerpen yang mampu menerjemahkan imajinasi , olah pikir dan olah rasanya ke dalam cerita, baik pendek maupun panjang serta sangat panjang….; karena saya sendiri tidak bisa melakukan itu. Sering saya coba menulis cerpen tetapi imajinasi saya seperti menabrak tembok buntu. Sulit untuk menurunkan imajinasi ke dalam tulisan.
*Hari Jumat saya daftar langganan pengumpan lewat feedblitz tetapi email nggak sampai-sampai. Baru hari ini tadi ada email. Ketinggalan lagi deh, dua tulisan.
Moh Arif Widarto’s last blog post..Mencari HP CDMA dengan Phonebook 1000
ooo
wew… masif rupanya penggemar cerpen juga, yak! btw, kenapa mesti kapok baca cerpen, mas? hehehehe 😆 asyik juga loh baca cerpen itu. *ttg feedblitz kok bisa begitu terlambat yak? jadi ndak ngerti juga nih!*
Saya suka membaca cerita sastra dan terhanyut didalam alunan pengarangnya…sayangnya belum pernah bisa menuangkan dalam bentuk tulisan. Blog ini merupakan awal saya menulis yang umum, karena sebelumnya hanya berupa tulisan resmi, laporan, bahan seminar dsb nya.
Mudah-mudahan bisa ketularan pak Sawali…..cuma saya malah rada serem kalau baca cerita mistis…bacanya mesti pas dirumah ada orang…..
edratna’s last blog post..Suami ikut isteri, salahkah?
wow… sebenarnya kalo nu enny ingin menulis cerpen saya kira bisa aja, bu. semua orang pun bisa melakukannya. karena bu enny sibuk kayaknya jadi ndak sempat bikin cerpen, hehehehe 😆 hehehehe 😆 rupanya sering merinding juga ya bu kalau ada cerita mistisnya?
saya lebih suka cerpen yang memang alurnya itu tergambarkan dengan apik
*maksudnya opo toh*
ooo
yup, mas dodot, tapi ada juga loh cerpen menarik tapi justru menggunakan alur nonkonvensional.
wah..
nanti saya mau nulis novel ah…
tapi sekarang lagi belajar dulu biar ceritanya menarik…
hehehe..
moerz’s last blog post..Childhood Night
ooo
wew… hebat, ok banget mas moerz. semoga terwujud novelnya, yak! yang penting jangan lupa terus berlatih menulis.
Nyimpen ‘Kumpulan Cerita Pendek Indonesia ‘ Jilid 1 – 4 ? ( Gramedia, keluaran tahun 1989 ) yang disunting oleh Ayat Roehadi…berisi antalogi cverpen terbaik Indonesia sejak perang kemerdekaan sampai tahun 90..
iman brotoseno’s last blog post..Antara Mak Erot dan Sensor Film
ooo
wah, dulu sempat baca juga mas iman. tapi sekarang mo cari dah sulit. hanya tinggal cerpen indonesia mutakhir yang dieditori pamusuk eneste yang masih kupunya, hehehehe ….
Novel sayah kapan terbitnya yah….???
(ngimpi jadi Self Publisher…)
Mbelgedez’s last blog post..DUA PERUSAHAAN DALAM SATU ATAP (5)
ooo
dipublikasikan lewat blog kan sama saja dah terbit toh mas mbel, hehehehe 😆 nanti kalo dah mencapai ratusan halaman, kirim aja ke penerbit! *halah* gampang, kan?
Wah wah wah,a very nice posting. He3x!*sajak’e kok Ingris2an*
GBU
Elfrida’s last blog post..Arti Sebuah Pujian
wew… mbak frida, ada2 ajah! kalo saya nyebutnya bhs linggis, mbak, hehehehe 😆
Rumit juga ya keinginan Pak Sawali : membuat cerpen yang kontekstual dan sekaligus surealis. Jadi teringat adegan pertandingan olahraga di udara dalam film Harry Potter…..
Robert Manurung’s last blog post..Ibu Segala Zaman : Ny Tiara Simandjuntak (1)
oooo
hahahahaha 😆 analoginya kayak orang main telepati dan hipnotis, hehehehe 😆 bung robert bisa ajah!
Pak Sawali, saya banyak terinspirasi dari tulisan sampeyan. Ingat kan, beberapa tulisan di blog saya yang telah terkubur itu? Mudah-mudahan, semangat menulis saya masih terus berkibar, tapi memang saat ini saya baru meredam nafsu menulis saya, ada hal yang lebih mendesak untuk ditulis ***halah***. Mudah-mudahan, saya bisa segera punya waktu dan hasrat untuk mempublikasikannya kembali…
Dee’s last blog post..Mati!!!
ooo
oh, makasih mas nudee. yup, kenapa juga blog bagus2 mesti dibunuh? apa karena dah dapat tempat yg lebih nyaman, hehehehe 😆 yak, mudah2a adrenalin dan semangat menulisnya kembali bagus. kunantikan postingan2 mas nudee berikutnya, hehehehe 😆
Wah…. kalau saya sih cukup jadi peminat cerpen aja…. habis mau bikin cerpen tapi kok selalu nggak ada ide sih! hehehe…..
Btw, kalau cerpen pak Sawali “ditolak” oleh Kompas, karena tidak sesuai dengan “selera” sang redaktur yang tidak suka cerpen “berdarah-darah”, apa pak Sawali tidak bisa “membengkokan sedikit” ceritanya?? Soalnya saya belum tahu nih Pak Sawali, penulis cerpen yang bagus itu penulis yang konsisten pada genre-nya atau penulis yang bisa membengkok2an cerita sesuai dengan berbagai segmen yang ada di pasaran sehingga fleksibel begitu?? **halaah**
Yari NK’s last blog post..!iriK ek nanaK iraD kilabreT acabmeM iraM
ooo
walah, kalo harus “membengkokkan” itu yang ndak mudah bung yari? alurnya jadi makin kaco, hiks.
OOT : om sawali, kok link ku gak di pasang sih? hiks hiks!!!
ridhocyber’s last blog post..Link Exchanges For Blogger
ooo
oh, ya, kelupaan tuh, tapi dah saya masukin ke google reader kok. di basodara sekarang juga dah saya link. makasih ridho.
Wah, tambah ilmu nih… Terima kasih, Pak 🙂
suandana’s last blog post..OH ITB (versi gambar)
ooo
walah, hanya kayak begitu doang kok, pak. yup, makasih banget, pak adit.
Ough… tiap kali baca proses kreatifnya para cerpenis, jadi seperti dapat motivasi baru. tapi dasar saya malas, hehehe….
pernah bertemu S. Prasetyo Utomo, dan katanya proses itu seperti air. dimanapun kita, jika kita air tetaplah menjadi air itu. dengan tetap berusaha untuk kemudian menjadi air laut. setelah itu garamilah kehidupan dengan diri kita. katanya lagi, gara2 nunggu cerpenku yang ga nongol2 di media, motivasi itu ga akan berarti tanpa kreativitas yang real… Duhh
little_@’s last blog post..Menggugat Gerimis
ooo
wew… mbak hibah dah pernah ketemua mas pras jugak? siip deh. dicoba aja mbak. saua baca narasi mbak hibak ok juga kok!
pak, njenengan terlalu merendah.. kualitas kepenulisan njenengan tak kalah dari cerpenis kondang kok.. terima kasih atas pelajaran berharganya, meski saya sendiri tak pernah punya keberanian untuk membuat cerpen, tapi kiat-kiat yang pak saawali berikan sangat berguna untuk siapa saja yang hendak belajar meramu kata menjadi cerita pendek.. terima kasih pak..
gempur’s last blog post..Dari Penuh Mengosong
ooo
walah, belum apa2 saya pak, hehehe 😆 btw, kenapa ndak ada keberanian, pak gempur? saya percaya kok, pak gempur mampu membuatnya, cuman belum ada waktu kali ya?
keinginan yg blm kesampaian sampe saat ini adalah nulis cerpen.
🙁
makasih yach pak buat sharing dan bagi ilmu na.
Ina’s last blog post..Berbagi Kasih di Rainbow Foundation.
ooo
yup, kalo dah sempat nanti coba bikin ya , in, hehehehe 😆 cerpen ina pasti khas. wew… hanya bisa cerita kayak begitu doang kok, hehehehe 😆
Mardies juga seneng baca cerpen. Dulu pas masih sekolah suka banget baca Annida. Pernah juga sebelumnya baca Anita. Tapi entah sekarang majalah itu masih terbit apa nggak. Karena dulu sering baca cerpen (dan ulasannya), Mardies pengen banget bikin cerpen. Tapi sampai sekarang nggak ada satu cerpen pun yang terselesaikan. Belum 100% sudah kehabisan ide. Mikir endingnya itu lhooo. Kalau sekarang sih sudah malas bikin cerpen.
Mardies’s last blog post..Ingin Bisa Tapi Tidak Mau Belajar
ooo
kenapa ndak ditulis aja mas mardies? persoalan ending kan ndak harus sepenuhnya 100% cerita selesai. berkan kesempatan kepada pembaca untuk ikut menafsirkan endingnya. *hiks, sok tahu*
jadi sbenarnya insting utk membuat cerita atau apapun itu bentuknya juga mendasari, apresiasi orang terhadap master piece seorang panulis ..
kalau pak sawali sy sudah percaya lah dgn kemampuan menulisnya
fauzansigma’s last blog post..Fenomena Hotspot
ooo
yap, bisa juga sigma! walh, sku juga baru belajar nulis2 cerpen,
lai kali akan saya coba tipsnya pak sawali kalau lagi gak punya imajinasi , yaitu dengan menyendiri dengan buang hajat . hehehehe…..
TOP DEH !!!!!!
bachtiar’s last blog post..Hello world!
ooo
wew… bisakah cara seperti itu diikuti? hehehehe 😆 kalo merasa lebih enjoy, kenapa nggak, mas bach?
Tafi, ane maksa kepengen bisa kreatif dalam nulis cerfen. Mulainnya dari mana dulu ya pak? Afa ferlu dibuat kerangka tulisan/cerita dulu?
Cabe Rawit’s last blog post..Sangat Murah, Garansi 1,5%
ooo
wew… setiap penulis cerpen kayakna punya gaya beda2 mas cabe. kalo aku sih mesti bikin judul dulu, lalu membikin paragraf kunci pada paragraf awal. dah itu cerita *halah* mengalir dengan sendirinya. menulis cerpen ndak usah harus pakek kerangka kok.
Terima kasih atas ilmunya pak….
Oh iya, mungkin beberapa bulan kedepan saya harus “istirahat” dulu dari dunia blogsophere. Saya harus mengejar cita-cita saya yang tertunda pak, dan cita-cita itu tidak mungkin bisa terwujud kalau saya masih sibuk ngeblog.
akhirnya, saya harus merelakan Gelar komentator terbanyak yang selama ini saya genggam, kira-kira siapa ya yang nanti akan menggantikan saya?
*sambil menangis di sudut ruangan*
ooo
wew…. mau hiatus begitu mashair? gpp, mashair, utmakan dulu tugas utamanya. ngbelog dan blogwalking kan bisa dilakukan kapan saja mashair mau. walah, masih terobsesi utk jadi top komentatir? *halah*
mampir ke blog ini, saya dapat ilmu yang ok banget, terima kasih pak. Kalo soal cerpen, saya suka karya Puthut EA pak. Cerpen2nya bisa jadi alternatif yang menyegarkan…
sandemoning’s last blog post..jual sayur
ooo
ilmu? ilmu apaan, mas sande, hanya begitu doang kok. wew… cerpen puthut ea juga ok, kok. dah seringkali cerpennya dimuat di kompas.
hhmm…saya sendiri kalau nulis cerpen masih suka acakadut, soalnya pake bahasa sendiri hehe..
ah..makasih tipsnya om.. 😀
cK’s last blog post..Comicstrip Pertama!
ooo
cerpen acakadut? halah, cerpen mbak chika juga ok, kok. loh, bahasa cerpen kan memang khas dari masing2 penulis toh mbak?
saya dulu waktu SMP sering pinjam buku di perpustakaan tentang kiat2 menulis dari Arswendo Atmowiloto.
Tapi itu semua cuma saya senang baca *kutu bukupret* aja, nggak pernah nyoba nulis. dengan adanya media blog ini saya jadi pengen bisa nulis kaya Pak Sawali, terima kasih atas postingannya ini 😀
saya tak nyoba2 buat cerpen. cuma mo nulis apa kok bingung *halah piye tho kuwi* mungkin bisa nyoba cara Pak Sawali, sambil menyelam minum air sambil ‘nyelengin’ cari ide
tomy’s last blog post..MERINGKUS TUHAN
ooo
wah, ternyata pak tomy pembaca cerpen yang setia jugak! sekarang tinggal menulisnya, pak, hehehehehe 😆 ndak usah pakek bingung segala. apa yang terlintas dalam imajinasi kita *halah* tulis saja!
:-w
Makasih!
Baca juga tulisan terbaru Muhajir Arrosyid berjudul POPPY DHARSONO:
Assalamualaikum Wr.Wb
Wah..wah..wah..tengkyu banget lowh pak, sebuah karya cerpen tidak hanya dari kehidupan yang nyata, akan tetapi, dengan semua khayalan yang ada, bisa juga toh?? emmm…tapi sebagai pemula, belajar menulis sangat diperlukan, iya ora? 🙂
😕 apa lagi y? yen arep dadi penulis handal, yo kudu sinau nulis sing kentheng, nggih?? TegaL BGT.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Cerpen?
hehehe … memang cerpen kok, mas muhajir.