Situasi Chaos di Negeri Kelelawar Makin Parah (3)

Kisah ini merupakan lanjutan Menagih Janji Politisi di Negeri Kelelawar (1) dan Ontran-ontran di Negeri Kelelawar (2). Silakan baca dulu!

Penculikan para aktivis telah memicu semangat kaum muda untuk menyuarakan suara-suara pemberontakan yang selama ini terbungkam. Semakin banyak aktivis yang digebug, semakin menambah daftar kaum muda yang berempati. Pintu-pintu kampus yang kokoh pun jebol. Para mahasiswa yang selama ini ditabukan terjun ke ranah politik praktis berduyun-duyun keluar kandang. Mereka lebur bersama para aktivis di luar tembok kampus untuk melakukan sebuah perubahan. Maka, gegap-gempitalah negeri Kelelawar. Jalan-jalan protokol di pusat kota selalu padat para pendemo. Saking padatnya, tak jelas lagi dibedakan, mana pendemo yang murni ingin melakukan perubahan dan mana pendemo yang ingin memancing di air keruh.

kelSyahdan, rombongan kelelawar dari berbagai penjuru menumpuk di satu titik. Suaranya menggema hingga mampu menggetarkan pintu langit. Cericit kelelawar dengan warna tenor, bariton, dan bass, menyatu ke dalam sebuah orkestra yang menyayat pedih. Mereka berbondong-bondong menuju ke gedung wakil rakyat kelelawar yang bersebelahan dengan istana Ki Gedhe Padharane yang megah. Seperti dikomando oleh bisikan-bisikan gaib, mereka sontak menyerbu gedung wakil rakyat. Ada yang merobek kain gordyn, mencongkel jendela dengan gigi-giginya yang tajam, mengencingi pintu masuk, meludah di sembarang tempat, ada juga yang memekik-mekik dan memaki-maki. Sebagian rombongan meluncur menuju ke atap gedung wakil rakyat dengan tatapan wajah penuh amarah.

Di depan gedung wakil rakyat, ribuan kelelawar bergantian menyampaikan orasi. Berpidato berapi-api hingga mulut mereka berbusa.

“Sudah lebih dari tiga dekade, kita dipimpin oleh seorang tokoh korup kelas wahid. Namun, rupanya wakil-wakil rakyat kita yang terhormat tidak memiliki kepekaan dalam menangkap suara hati nurani rakyat. Mereka telah bersekongkol dan membangun sebuah kebulatan tekad untuk mengangkat dan memilih kembali Ki Gedhe Padharane sebagai pemimpin kita. Bagaimana, kawan-kawan? Haruskah kezaliman demi kezaliman terus kita biarkan hingga mewaris ke anak cucu?” teriak seekor kelelawar dengan mata merah saga melalui sebuah megaphone di sela-sela kerumunan pendemo yang sedang dilanda murka. Mereka tidak menyadari bahwa di berbagai sudut dan sisi gedung wakil rakyat yang (nyaris) tak terlihat oleh massa, telah siaga prajurit berpakaian preman yang cukup terlatih untuk memuntahkan timah panas. Hanya dengan sekali menarik pelatuk, mereka sanggup menghabisi nyawa para pendemo yang dianggap telah melakukan makar terhadap negara. Para pendemo tidak peduli, lebih tepatnya tidak tahu. Mereka terus meneriakkan yel-yel; melakukan perlawanan terhadap rezim Ki Gedhe Padharane yang dianggap telah menyengsarakan jutaan rakyat kelelawar.

“Kita lawan!” sahut seekor kelelawar berwajah pucat.

“Betuul! Rezim yang korup harus kita lawan!” sahut yang lain gegap gempita.

Dengan nada perih, seekor kelelawar melantunkan sebuah elegi yang menghanyutkan sekaligus menyedihkan.

Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku anak lelaki anak perempuan, kemenakan, sepupu
dan cucu dimanja kuasa ayah, paman dan kakek
secara hancur-hancuran seujung kuku tak perlu malu,
Di negeriku komisi pembelian alat-alat berat, alat-alat ringan,
senjata, pesawat tempur, kapal selam, kedele, terigu dan
peuyeum dipotong birokrasi
lebih separuh masuk kantung jas safari,
Di kedutaan besar anak presiden, anak menteri, anak jenderal,
anak sekjen dan anak dirjen dilayani seperti presiden,
menteri, jenderal, sekjen dan dirjen sejati,
agar orangtua mereka bersenang hati,
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Di negeriku khotbah, surat kabar, majalah, buku dan
sandiwara yang opininya bersilang tak habis
dan tak utus dilarang-larang,
Di negeriku dibakar pasar pedagang jelata
supaya berdiri pusat belanja modal raksasa,
Di negeriku Udin dan Marsinah jadi syahid dan syahidah,
ciumlah harum aroma mereka punya jenazah,
sekarang saja sementara mereka kalah,
kelak perencana dan pembunuh itu di dasar neraka
oleh satpam akhirat akan diinjak dan dilunyah lumat-lumat,
Di negeriku keputusan pengadilan secara agak rahasia
dan tidak rahasia dapat ditawar dalam bentuk jual-beli,
kabarnya dengan sepotong SK
suatu hari akan masuk Bursa Efek Jakarta secara resmi,
Di negeriku rasa aman tak ada karena dua puluh pungutan,
lima belas ini-itu tekanan dan sepuluh macam ancaman,
Di negeriku telepon banyak disadap, mata-mata kelebihan kerja,
fotokopi gosip dan fitnah bertebar disebar-sebar,
Di negeriku sepakbola sudah naik tingkat
jadi pertunjukan teror penonton antarkota
cuma karena sebagian sangat kecil bangsa kita
tak pernah bersedia menerima skor pertandingan
yang disetujui bersama ….
(Dikutip dari puisi karya penyair Indonesia, Taufik Ismail: “Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia”)

Suasana ibukota negeri kelelawar makin tak terkendali. Berjam-jam lamanya ribuan kelelawar mengepung dan menguasai istana wakil rakyat. Gedung megah yang biasa digunakan untuk menyusun rencana kongkalingkong dan persekongkolan itu jadi lumpuh dan tak berdaya. Para penghuninya sudah terbang entah ke mana. Mereka yang masih terjebak di dalam gedung tak memiliki keberanian untuk mengintip kejadian di luar sana, apalagi menampakkan muka.

Gerakan rakyat kelelawar dan para pendemo makin agresif. Dengan kuku dan taring yang tajam, mereka menggerogoti dinding-dinding gedung wakil rakyat. Sambil terus berteriak histeris, ribuan massa kelelawar yang menumpuk di atap gedung menghancurkan atap, lantas turun dengan tergesa-gesa. Dinding-dinding gedung jebol di sana-sini. Lantas, mereka beramai-ramai menyerbu ke dalam gedung sambil merusak benda-benda yang ditemukannya. Sebagian kelelawar mengacak-acak isi laci untuk mencari-cari dokumen kenegaraan.

Sementara itu, tumpukan massa kelelawar di luar gedung makin berjubel seperti baru saja diturunkan dari pintu langit. Mereka segera bergabung, lantas berbaur dengan suara dan teriakan yang sama.

Dalam suasana kacau dan chaos semacam itu, tiba-tiba terdengar letusan senjata api secara beruntun. Tak jelas dari arah mana peluru itu dikendalikan. Hanya dalam hitungan detik, empat kelelawar yang baru saja hendak terbang dari bubungan atap gedung wakil rakyat tersungkur. Jasadnya langsung menggelepar mencium bumi. Teriakan histeris spontan membahana seperti hendak merobak dinding langit. Gemanya mengangkasa hingga kabar tragis itu dengan cepat tersebar ke berbagai belahan dunia melalui koran, televisi, atau internet.

Tertembaknya empat kelelawar bukannya menyurutkan nyali para pendemo. Mereka justru makin terpicu nyalinya untuk secepatnya melakukan perubahan. Semangat mereka makin tumbuh berlipat-lipat ketika seorang tokoh demokrasi yang selama ini dianggap sebagai “klilip” oleh rezim Ki Gedhe Padharane ikut menyatakan keprihatinan dan ikut berbaur di tengah massa.

“Saudara-saudara, empat sahabat kita telah menjadi tumbal. Demi sebuah perubahan, mereka rela mengorbankan nyawanya. Sungguh, saya terharu melihat perjuangan sahabat-sahabat kita itu. Kita doakan, semoga arwah sahabat-sahabat kita yang telah menjadi tumbal itu diberikan kelapangan jalan menuju ke haribaan-Nya,” kata sang tokoh demokrasi dengan mata bekaca-kaca. Tiba-tiba saja suasana mendadak sunyi dan hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang samar-samar di kejauhan sana. Mereka tampak khusyu’ dan khidmat memanjatkan doa.

Beberapa menit kemudian, suasana kembali onar. Cericit kelelawar kembali membahana dan bersahut-sahutan. Seperti dikomando, mereka menyalakan api, lantas dengan cepat membakar tumpukan kertas di depan pintu masuk gedung wakil rakyat. *** (Bersambung)

Comments

    • walah, kenapa mesti ngambil nomor antrian, pak mar. kan di antara bloger kita yang paling dekat. btn sama gang mawar tak lebih dari 3 kilo, hehe ….

  1. Moga cerita negeri kelalawar tidak berlanjut menjadi masa reformasi kelalawar. Lihat saja di Indonesia ternyata reformasi akhirnya identik dengan demo, bbm naik, konflik horizontal di berbagai daerah, cari kerja sulit, hingga timbulnya aksi terorisme. Dari segi korupsi, reformasi hanya memindahkan korupsi terpusat menjadi korupsi berjamaah di daerah.

    Sepertinya kaum muda negeri kelalawar harus melakukan revolusi jangan reformasi. Kalau reformasi rasanya terlalu lama menghasilkan perubahan dan memakan biaya tinggi. Mending lakukan revolusi aja. Saran untuk para aktivis muda di negeri kelalawar untuk melakukan revolusi gampang aja. Suruh semua kaum muda dan pro revolusi keluar dari negeri kelalawar lalu negeri kelalawar di bom pakai bom nuklir biar yang tertinggal di sana mati semua. Setelah itu baru kaum muda dan pro revolusi masuk lagi ke negeri kelalawar untuk membangun sarang mereka. Kalau semua itu dilakukan setengah-setengah tidak menyeluruh maka budaya KKN akan sulit di kikis karena sudah membudaya dan mendarah daging seperti di Indonesia.

    Baca juga tulisan terbaru Syamsuddin Ideris berjudul Rahasia Alam: Rasio Emas

    • wahm revolusi? yang lebih nggengiri itu pakai bom2an segala itu, pak syam. berarti, semuanya harus diawalidari nol dong, pak. semoga rakyat negeri kelelawar mendengar seruan pak syam.

  2. teriak seekor kelelawar dengan mata merah saga melalui sebuah megaphone
    tumben2-an ada kelelawar bs megang megaphone 😀
    tp asyik bgt mbaca tulisan anda, bung sawali 😉

  3. Gambare ganteng tenan. Mirip siapa ya pak….
    Kasihan pak, negeri kelelawarnya sudah makin parah, diantar ke ICU saja, mumpung belum telat. Pakai askeskin gratis kok, ……………

    • walah, foto begitu dibilang ngantheng, wakakakaka … kono sekarang askeskinnya dibatasi, pak jaitoe, tdk semua rakyat kelelawar bisa terlayani, dong/

  4. semoga para kelelawar bersuara bukan karna di provokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang akhir nya akan membuat kericuhan bahkan sampai dengan kekerasan, semoga diluar para kelelawar itu tau diri 😛 powitik baned sayah heheh…

    • mudah2an demikian, mbak. jadi serba repot urusannya kalau demo mesti disusupi oleh pihak2 yang tak bertanggung jawab.

  5. situasi chaos di negeri kelelawar
    kini merembes ke negeriku
    lewat pintu bernama Pilkada
    pemenang Pilkada tertawa
    yang kalah berontak tak terima
    ohhhh…..chaos ada di mana-mana 😕

    Baca juga tulisan terbaru mikekono berjudul Melanawati : 20 Tahun Bersandiwara

    • situasi chaos memang mengandung resiko sosial yang payah, mas agus. seringkali orang yang ndat hau apa2 bisa ikut jadi korban.

  6. batman memang hebat pak… hehehehe..
    mungkin negeri kalelawarnya butuh pemimpin yang bukan kelelawar juga.. lha asalnya yang duduk di gedung wakil rakyat itu kan asalnya dulu juga kelelawar

    Baca juga tulisan terbaru daun berjudul Mereka Bukan Pahlawan!!

    • wew… kok batman lagi, hiks, mbak daun2 ada2 saja nih. kalau bukan dari bangsa kellawar, lantas siapa sosok yang tepat memimpin mereka, mbak?

  7. Entah kenapa saya jadi ingat kelelawar yang jadi anak buahnya wanita cantik bermata tiga di “Candi Murca” karangan Langit Kresna Hariadi.
    Woo…kelelawarnya makin serem pak….
    (menunggu lanjutannya)

    Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Sebuah “pilihan”

    • wah, “vandi murca”, saya malah jadi ingat ken arok-nya, bu enny, hehehe … mudah2an saja masih ada bahan untuk melanjutkan kisah slengekan ini, bu.

    • agaknya betul begitu, pak sholeh. mudah2an nasib negeri kelelawar tak berlarut-larut dalam suasana tak menentu.

  8. Ki Gedhe Padharane kok nggak turun-turun ya. setelah sepuluh tahun berlalu apakah ada wacana di negeri kelelawar untuk menjadikan PAHLAWAN?

    Baca juga tulisan terbaru endar berjudul Kegiatan akhir pekan

    • wah, itu bukan ke gedhe kelelawar, mas endar, hehehe … pasti sosok lain yang karakternya hampir mirip, hiks.

  9. “Betuul! Rezim yang korup harus kita lawan!”

    Setooojoooooooooo….!!!! 😀 Hehehehehe.. Wktu bbrapa thun yg lalu saya jga smpet dnger nih rngkaian kjdian di negeri klelawar. Cuman saya pnsaran, sbnernya dmna sih negeri ini? Dimana pula Ki Gedhe Padharane saat ini? 😀

    Baca juga tulisan terbaru Ardy Pratama berjudul Tentang Giveaway Event

  10. wah negara kelelawar keren nih,,bagusan yg jadi pahlawannya batman..hehehe…
    tapi kebebasan bersuara itu perlu,,hanga maen gebuk..hmmm

    Baca juga tulisan terbaru Ananto berjudul Seadanya..

    • walah, ndak perlu belajar kok, mas suwung, cukup ngintip primbon bahasanya negeri kelelawar, kekekeke ….

  11. di tangan pemuda dan yang berjiwa muda perubahan akan perbaikan itu kan ada
    tentunya ketika mereka masih memiliki idealisme untuk perbaikan negara dan bangsa :)>-

    • waduh! kok mengelelawarkan pemuda, mas suwung, lha wong rakyat kelelawar malah lagi kena ontran2 kok, haks.

  12. Asslamu’alaikum Bung…
    Kelelawar etape dua telah menngergoti negeri …
    ]mudah mudahan emang tidak muncul lagi Negeri kelelawar yang kebablasan….
    Dunia Hancur jadinya

    Baca juga tulisan terbaru Jahid Klw berjudul PESAN PENGAMEN

  13. kalo udah para batman mengerubung gitu. siap siapin cash yang banyak….pasti banyak mobil bagus dijual murah di airport kayak bisnis saya dulu…heee

    Baca juga tulisan terbaru boyin berjudul Hotel jobs is sucks?

    • hah? ini di negeri kelelawar, hiks, ada nggak ya kelelawar yang punya naluri bisnis seperti mas boyin?

  14. wiiihh…… serasa nonton kabaret yang ada di MetroTV 😀
    Ayoo.. para kelelawar, teriakkan keadilan :D/

    Baca juga tulisan terbaru darnia berjudul Behind the Languages

    • terima kasih, pak dokter. waduh, jangan berlebihan dong, pak. sungguh, dalam soal ngeblog, jam terbang saya belum ada apa2nya dibanding pak dokter.

  15. seperti napak tilas membaca sejarah demokrasi suatu negeri, pak sawali.
    jadi bertanya-tanya, akankah keempat korban kelelawar itu dijadikan pahlawan kelak oleh negeri kelelawar. begitu pula para kelelawar yang lain yang saat itu turut berjuang menegakkan demokrasi?
    ah, baiknya saya tunggu saja lanjutannya.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Wisata Toko Buku

    • suatu negeri? negeri mana itu, mbak yulfi? yang pasti bukan negara bernama Indonesia, kan? hehehe …. seperti yang pernah dikatakan mas daniel dalam postingannya, sepertinya para saksi hidup tertembaknya kelelawar itu juga dihinggapi pertanyaan, bisakah mereka mendefinisikan sejarah? bukankah selama ini sejarah selalu berpihak kepada penguasa?

    • kekeke … eh, masa begitu, mas thimbu, hehehe … mirip atau dimirip-miripkan? hehehe …. yang pasti ini hanya sebuah kisah slengekan, sekadar just kiding ttg situasi yang terjadi di sebuah negeri bernama kelelawar.

    • hehehe … memang bener banget, pak iwan. ini bukan kisah negeri Indonesia, loh, hehehe … pemilu? kan ada petugas yang datang ke rumah, pak.

  16. Wah, rupanya dengan tertembaknya 4 kelelawar itu, justru akan memacu semangat para pendemo. Pendemo merasa tertantang sehingga emosinya semakin meluap-luap.

    • mungkin begitu, pak edi, hehehe …. seperti peribahasa: patah tumbuh hilang berganti, atau bisa juga mati satu tumbuh seribu. perlawanan akan makin dahsyat. *walah*

  17. Wuaw semakin menikmati nich. Ciamik. Eh … nulis-nulis, Pak dulu kiranya otomatis kalau nulis komen disini, sekarng kog pakai ngisi segala. Keslahannya di kompi saya ya. Maklum, gaptek tapi pingin yang praktis he he

    Baca juga tulisan terbaru Ersis Warmansyah Abbas berjudul Malas Menulis

    • matur nuwun, pak ersis. wah, tetg komen itu saya tak tahu juga, pak, kenapa bisa begitu. untuk selanjutnya mungkin pak ersis ndak perlu lagi nulis di box.

    • loh, kok lowo ijo, toh, den mas ndoro seten, kekeke …. setahu saya, kelelawar itu rata2 berwarna coklat tuh. kan ada skrinsyutnya, kekeke ….

  18. waw

    Makin menarik aja pak ceritanya dan sangat berguna bagi saya… Saya tunggu terus lanjutannya..

    • terima kasih apresiasinya, mas waw… mudah2an masih ada bahan untuk melanjutkan kisah slengekan ini.

  19. para kelelawar yang waktu itu berorasi menentang dan melawan, ketika menjadi kelelawar penguasa maka ternyata sama saja… repotnya negeri ini bukan karena sistemnya , tapi karena isi otak para kelelawar penghuni negeri.
    Apakah perlu dicuci otak??? 🙂

    Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Quick Count

    • walah, cuci otak? makin tambah repot nanti, mas santri, hehehe …. mungkin yang perlu dibangun adalah sistemnya. kekuasaan memang cenderung korup. tapi bisa jadi mentalitas semacam itu bisa takluk oleh sistem dan menajeman negara yang bagus. *walah, kok jadi sok tahu saya, hehehe … *

    • hah? di mana itu, mas daniel? hiks, setahu saya negeri kelelawar ya hanya satu, hehehe … yang pasti kita bangsa manusia yang hidup di negeri bernama Indonesia, mas daniel, bukan kelelawar kok.

  20. wuih… negeri kelelawar kok sama kayak negeri kita tercinta yak??? bener kan… saya sulit mengerti bahasa nya pak sawali… :-\”

    Baca juga tulisan terbaru nico kurnianto berjudul This is my Surabaia…

  21. Adi

    Puanjang, tapi asyik juga bacanya. Sindirannya bagus.

    Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Dissapear

  22. kelelawar oh kelelawar terbang tinggi dan jauhlah ke angkasa raya 😕

  23. saya juga tiba2 jadi malu jd org Indonesia…
    setelah baca puisi ituh…..:((

    Baca juga tulisan terbaru elly.s berjudul kopi talua…

    • walah, nggak tahu juga tuh, mas totok, hehehe …. kok panjang komennya, menyoroti masalah apa, mas?

  24. semoga para kelelawar bersuara bukan karna di provokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, yang akhir nya akan membuat kericuhan bahkan sampai dengan kekerasan,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *