Di berbagai tempat di dalam kota Jakarta, terpampang tulisan KAWASAN BEBAS ROKOK, (No Smoking Area) artinya kalau Anda berada di kawasan itu, Anda dilarang merokok. Begitu pula dengan semua pesawat lin domestik adalah penerbangan BEBAS ASAP ROKOK (No Smoking Flight).
Sebelum naik ke pesawat penerbangan internasional, biasanya turis asing melihat-lihat di toko-toko yang menjual barang-barang BEBAS CUKAI (duty free) dalam bandara, artinya barang-barang yang dijual di situ tidak dikenakan cukai. Kalau Anda rajin membaca koran, Anda akan menemukan pula kata-kata seperti BEBAS BANJIR, BEBAS BECAK, BEBAS MALARIA dll.
Pengertian BEBAS dalam kata-kata, BEBAS ROKOK, artinya dilarang merokok. BEBAS CUKAI, artinya tidak dikenakan cukai, BEBAS BANJIR, artinya tidak ada bahaya dilanda banjir, BEBAS BECAK, artinya jalan-jalan yang tidak boleh dilalui becak. BEBAS MALARIA, artinya tidak terdapat wabah malaria.
Nah, bagaimana dengan tulisan BEBAS PARKIR yang masih terpampang di depan sejumlah apotek, pasar swalayan atau tempat-tempat tertentu? Samakah artinya dengan BEBAS ROKOK atau BEBAS CUKAI?
Justru BEBAS PARKIR mengandung pengertian sebaliknya, bahwa di tempat itu tidak dilarang parkir. Jadi Anda boleh parkir seenaknya. Seharusnya kalau ingin supaya tempat itu tidak boleh digunakan untuk parkir harus ditulis DILARANG PARKIR (no parking) dan bukan BEBAS PARKIR (free parking). Rupanya kesalahan ini tidak disadari…!!!
Di mana letak kesalahannya? Kalau kita melihat kata BEBAS ROKOK, misalnya, kata rokok adalah kata benda. Begitu pula dengan kata cukai, becak, banjir, dan malaria. Sedangkan kata parkir bukan kata benda melainkan kata kerja. Kalau kata BEBAS diikuti kata kerja, justru akan mengandung arti sebaliknya. Misalnya BEBAS ROKOK, artinya dilarang merokok, tetapi dalam hal BEBAS MEROKOK, artinya Anda boleh merokok sepuas-puasnya. Jadi sebaiknya tulisan BEBAS PARKIR diganti dengan DILARANG PARKIR kalau tujuannya supaya kendaraan tidak boleh parkir di situ.
Yah, suatu kekeliruan kecil yang bisa menimbulkan kesalahfahaman besar karena tidak menguasai pemakaian bahasa Indonesia dengan teliti dan cermat. ***
Sumber: http://www.indonesia.co.jp/bataone/ruangbahasa36.html