Mendengarkan Suara Tuhan

Para pejuang dan pendamba demokrasi, pasti sudah sangat akrab dengan adagium: “Vox Populi Vok Dei”. Ungkapan ini menyiratkan makna bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan yang harus didengar dengan kejernihan suara hati dan kepekaan nurani. Ini artinya, suara rakyat adalah tuah demokrasi yang harus terus dijadikan sebagai rujukan kaum politisi kita dalam bermain demokrasi di atas panggung politik.

Memuliakan suara rakyat dengan sendirinya identik dengan memuliakan suara Tuhan yang diyakini akan mampu menjadi rujukan kaum elite di negeri ini dalam mengambil keputusan-keputusan penting yang menyangkut kehidupan rakyat banyak. Maka, kita jadi sedih ketika suara-suara rakyat selama ini tak henti-hentinya dimarginalkan. Rakyat terus dijadikan sebagai bemper demokrasi, bahkan tak jarang diperlakukan bak pendorong mobil mogok. Kita makin sedih, bahkan prihatin ketika menyaksikan dan sekaligus juga mendengar titah kaum politisi kita yanggencar berkoar mengobral janji. Anehnya, baliho-baliho politik yang bertebaran di berbagai sudut kota selalu terkesan memuliakan rakyat. Hampir tak pernah ada baliho politik yang tampil jujur dan apa adanya. Mereka selalu menjadikan rakyat sebagai komponen penting dalam sebuah perjalanan dan dinamika demokrasi.

oportunisNamun, kita juga harus menahan napas tatkala kaum elite politik kita belum juga mau belajar pada sejarah. Ketika korupsi dikutuk dan dilaknat, justru sebagian wakil rakyat kita tertangkap tangan dan terindikasi melakukan tindakan tercela itu. Entah, sudah berapa banyak wakil rakyat kita yang tersandung masalah hukum akibat sikap abai terhadap jeritan hati nurani rakyat. Bukankah fenomena anomali politik semacam itu benar-benar telah melukai rakyat ketika ancaman krisis global benar-benar telah membawa banyak korban PHK? Ironis memang, ketika banyak rakyat yang susah makan dan daya beli yang amat rendah, mereka justru bancakan dan bagi-bagi kue kekuasaan.

Pemilu 2009 hanya tinggal menghitung hari. Terlepas siapa nanti yang jadi, yang pasti para wakil rakyat kita jangan sampai luput mendengarkan jeritan nurani rakyat yang telah bertahun-tahun lamanya masuk dalam perangkap dan kerangkeng demokrasi. Sungguh, kita tak habis pikir kalau pada akhirnya demokrasi justru hanya sekadar dimaknai sebagai upaya utuk menggapai ambisi kekuasaan an-sich.

Kita berharap, Pemilu kali ini benar-benar menghasilkan wakil rakyat yang memiliki wisdom dan sekaligus juga peduli terhadap nasib rakyat. Tentu saja, kita perlu melakukan seleksi secara ketat terhadap figur calaon wakil rakyat. Alangkah berdosanya kita jika kita salah menentukan pilihan. Oleh karena itu, jika memang kita merasa amat cocok dengan para calon wakil rakyat, mantabkan diri, lantas masuklah ke bilik TPS dengan selalu mengingat nama Tuhan. Nah, bagaimana? ***

11 Comments

  1. jargon fox populi fox dei memang hebat.. sayah setuju dengan pak sawali.. apakah para pemimpin, calon pemimpin bahkan mungkin bakal calon pemimpin sudah belajar tentang itu.. yang sayah liat skr tiap caleg berorientasi pada kehebatan dan kemampuan masing-masing dalam memenangkan suara rakyat, bukan berbicara tentang kekuatan rakyat. semua masih berputar pada diri sendiri
    🙁

    Baca juga tulisan terbaru almascatie berjudul Bakudapa

  2. rakyat memang punya daya jual bagi para elite, baik untuk mendongkrak polularitasnya maupun dalam mencari simpati. ironisnya, seringkali orang-orang yang dulunya adalah rakyat, jadi seperti kacang lupa akan kulitnya bila suatu saat harus duduk mewakili mereka.

    pemilu memang hanya beberapa hari lagi. mudah-mudahan kita semua sadar untuk menggunakan hak pilih ini demi memperbaiki nasib bangsa. bukankah suara kita adalah suara tuhan? jadi mari kita dengarkan bisikan hati nurani dan suarakan!

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul If The Joke Was On You

  3. saya cuma nyontreng partai nya aja pak, tapi untuk DPD saya ga milih abis ga ada yang kenal karena saya warga baru di tempat saya sekarang 😀

  4. berarti Tuhan lebih mencintai golput, pak. heheehehe, lha wong katanya 40% golput, berarti pemilu kali ini dimenangi PARTAI GOLPUT

    Baca juga tulisan terbaru gempur berjudul Do We Need National Exam?

  5. Dan hasil suara yang sudah memilih itu dibawa-bawa oleh elite partai yang bersangkutan untuk koalisi demi (tentu saja) kepentingan partai.

    Baca juga tulisan terbaru Daniel Mahendra berjudul Surat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *