Anoman Sang Pembebas

Dalang: Ki Sawali Tuhusetya (Sekadar catatan: Sebagai upaya pengembangan budaya bangsa, secara insidental blog ini akan menyajikan kisah wayang purwa dengan bahasa yang ringan dan dikemas dalam konteks kekinian; sedikit…

Terbebas dari Ruang “Tahanan” Akismet

Postingan ini masih berkaitan dengan postingan saya sebelumnya sebagai ekspresi kegelisahan saya dalam menghadapi “kebiadaban” Akismet. Sebenarnya saya sudah putus asa, bahkan frustrasi. Selama 3 hari (3-5 Februari 2008), saya “dituduh” sebagai SPAMMER oleh Akismet. Saya harus merasakan “sadis”-nya perlakuan Akismet. Kebebasan saya dalam berekspresi, terutama dalam memberikan komentar terhadap postingan teman, dipasung. Mulut saya dibungkam; tidak boleh berteriak-teriak. Begitu buka mulut, Mr. Aksimet dengan lincah dan cekatan langsung melabrak dan memasukkan saya ke ruang “tahanan”-nya yang sumpek. Rasain loe!

Sungguh tidak enak menghadapi tuduhan sebagai SPAMMER. Ketika kebetulan meninggalkan jejak komentar di rumah seorang teman, saya sering berteriak-teriak minta tolong untuk menyelamatkan saya dari ruang “tahanan” Aki Ismet itu. Alhamdulillah, teman-teman memang baik hati. Setelah saya kunjungi kembali, jejak komentar saya yang memang tak bermutu itu sudah bisa nongol bersama tamu-tamu yang lain. Tapi, sanggup bertahan berapa lama saya harus teriak-teriak minta tolong semacam itu? Arghhhhh …. Saya benar-benar tak habis pikir, mengapa saya dituduh sebagai SPAMMER yang suka berteriak-teriak kurang ajar di rumah orang sambil melakukan adegan-adegan mesum? Hah …!

Selama tiga hari dalam sekapan Aki Ismet itu, saya merenung *halah* dan berusaha mencari cara agar saya dibebaskan dari sekapannya. Toh status saya masih sebagai tersangka yang sedang menghadapi tuduhan. Ruang pengadilan juga belum digelar. Jadi, saya masih punya kesempatan untuk melakukan lobi dan negosiasi, hiks. Mumpung Pak Hakim belum nongol, hehehehehe 😆

Ujian Nasional dan Kekuasaan Hegemoni Negara

Pada awal masa baktinya, Mendiknas, Bambang Sudibyo, banyak menuai kritik. Kapasitasnya sebagai ekonom dinilai kurang tepat untuk mengurus masalah pendidikan yang demikian rumit dan kompleks. Untuk membuktikan kelayakannya sebagai orang…

Dhawangan

Cerpen: Sawali Tuhusetya Ketakutan dan kecemasan menggerayangi wajah setiap penduduk. Tak seorang pun yang berani melangkah keluar pintu ketika senja menyelubungi perkampungan. Lorong dan sudut-sudut kampung yang gelap seperti dihuni…

Terjerat Akismetkah?

Argggghhhhhh .... Baru kali ini saya benar-benar dibuat keki. Betapa tidak? "Sampah" yang saya buang di blog teman-teman ternyata lenyap tanpa bekas. Terjerat akismetkah? Kemarin, saya sempat "nyampah" di blog…

“Perang Sastra” Terus Berlanjut?

Belum mereda imbas "perang sastra" antara Taufiq Ismail dan Hudan Hidayat tentang "Gerakan Syahwat Merdeka", kini dunia sastra Indonesia mutakhir kembali menabuh genderang perang antara kubu Boemipoetra dan Teater Utan…

Menimbang Bobot Literer “Puisi Blog”

Oleh: Sawali TuhusetyaSekitar tahun 1989, saya pernah terlibat sedikit polemik dengan Kusprihyanto Namma (KN) tentang esensi "Sajak Koran" di harian Suara Merdeka. Dalam tulisannya “Penerbitan Puisi, Sekadar Dokumentasi" itu, KN…

Kenapa Blog Ini Jadi Boros Bandwith?

Selama dua hari (Senin-Selasa, 28-29 Januari 2008), saya kembali didaulat oleh LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Semarang, Jawa Tengah, untuk mendampingi rekan-rekan sejawat guru mata pelajaran Teknologi, Informasi, dan Komunikasi…

Selamat Jalan Sang Jenderal Besar!

Sejak masuk RS Pertamina Jakarta, 4 Januari 2008 yang lalu, Sang Jenderal Besar itu makin tak kuasa melawan penyakit yang tak henti-hentinya menggerus dan menggerogoti tubuhnya yang kian ringkih dan…

Hilangnya “Aura” Kesenian Kota Semarang

Oleh: Sawali TuhusetyaPPada era ’80-an, Semarang masih memiliki iklim dan “aura” kesenian yang mampu menghidupkan para penggiat seni untuk berkiprah. GOR Simpang Lima saat itu tidak melulu hanya digunakan sebagai…