Masa-masa “heroik” menuju puncak peringatan HUT ke-62 RI sudah membahana di seluruh penjuru tanah air. Kampung-kampung bertaburan bendera Merah Putih dan umbul-umbul warna-warni. Spanduk dengan berbagai slogan dan semboyan bertengger meriah di gapura masuk kampung. Nasionalisme kita yang selama ini terbang, terapung-apung, dan tenggelam akibat berbagai kesibukan tiba-tiba tersentil oleh “atmosfer” dan aroma perayaan yang begitu ramai dan meriah. Dengan tiba-tiba kita ingat Soekarno-Hatta, Jenderal Soedirman, Diponegoro, Antasari, atau sederet nama-nama pahlawan yang lain.
***
Terlepas dari munculnya sikap nasionalisme yang datang secara “tiba-tiba” itu, ada kelatahan sikap dalam penulisan spanduk yang bisa menimbulkan salah tafsir akibat penalaran yang salah. Lihatlah contoh berikut ini!
Dirgahayu Kemerdekaan RI Ke-62
Jika dicermati, ada logika yang rancu dalam slogan tersebut. Pertama, penggunaan kata “dirgahayu” yang diikuti dengan kata “kemerdekaan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dirgahayu mengandung arti berumur panjang (biasanya ditujukan kepada negara atau organisasi yang sedang memeringati hari jadinya). Beranjak dari arti leksikal ini, maka penggunaan kata “dirgahayu” yang diikuti dengan kata “kemerdekaan” jelas tidak tepat. Bukankah yang diberi ucapan “panjang umur” itu Indonesia, bukan pada “kemerdekaan”-nya? Yang benar mestinya “Dirgahayu Indonesia” atau “Dirgahayu Republik Indonesia” yang berarti “Panjang Umur Indonesia” atau “Panjang Umur Republik Indonesia”.
Kekeliruan kedua adalah penggunaan “RI” yang diikuti dengan kata bilangan (numeralia) tingkat “ke-62”. Logikanya: Indonesia atau RI itu hanya satu. Jadi, tidak ada RI ke-2, ke-3, atau ke-62. Jika ingin menggunakan kata bilangan tingkat untuk menunjukkan usia kemerdekaan RI, ucapan yang benar adalah “Selamat HUT ke-62 RI”. Jadi, yang ke-62 itu adalah hari ulang tahunnya, bukan “Indonesia” atau “RI”-nya.
Yang sering luput dari perhatian kita juga adalah masalah penulisan kata bilangan. Dalam kaidah Ejaan yang Disempurnakan (EYD) dijelaskan bahwa penulisan kata bilangan tingkat yang menggunakan angka Arab harus diawali dengan awalan ke- diikuti tanda hubung, sedangkan jika menggunakan angka romawi tidak perlu menggunakan awalan ke-. Jadi, penulisan yang benar: “Selamat HUT ke-62 RI” atau “Selamat HUT LXII RI”. Persoalannya sekarang, kita mau pilih yang mana? ***
Tidak masalah kita mau pilih yang mana, yang penting adalah arti dari Kemerdekaan itu sendiri. Ditunggu kunjungan dan komentarnya juga di postingan blogku http://kwangkxz2010.blogdetik.com/2010/09/11/bersyukur/
Terimakasih.
kalau dari sudut pandang bahasa, tetep diperlukan pilihan kata yang benar, mas, hehe …
Secara thema dan arti harfiah slogan (yg dikumandangkan tiap tahun) Dirgahayu Indonesia memang yang benar dan seharusnya.
Namun dimasa sekarang dimana kemerdekaan masih merupakaan angan-angan (merdeka dari miskin, merdeka dari korupsi, merdeka dari buruknya birokrasi, merdeka berasasi tanpa intimidasi kelompok etnik dan sekular tertentu) maka DIRGAHAYU KEMERDEKAAN masih sangat relevan…Panjang Umur Kemerdekaan..
setuju banget, mas ukee. meski kemerdekaan secara utuh belum bener2 bisa terwujud, gema dirgahayu memang perlu terus dikumadangkan buat bangsa kita.
Di sore hari iseng – iseng buka – buka blog bapak … baik dari Bahasa sampe ke Sitemap …
tetapi saya tertarik dengan topik ini pak … wah Bapak sudah lama sekali ngeblognya … saya baru kurang lebih 4 bulan aja pak …
Bapak menjadi panutan bagi saya … mohon bimbingannya selalu pak ..
hehe … sampai sedetil itu mas bayu mencari-cari tulisan di blog ini, hehe … baru 4 bulan saja mas bayu dah mampu mengelola blog berdomain sendiri. mantab.
Q,sdh baca s”mua,Q,Salut& terharu:):)
Puisi juga dunk, biar seru!
Baca juga tulisan terbaru Rabetsa Kariono berjudul Cinta
@Rabetsa Kariono,
walah, puisi? sungguh, saya ndak bisa bikin puisi, mas kariono, hehehe …..