Terkabulkan Sudah Keinginan Itu

Sudah lama banget sebenarnya saya ingin bertemu darat dengan Pak Ahmad Sholeh. Ketika masih bertugas di Kudus, Jawa Tengah, saya sudah sering mendengar kabar dari Pak Marsudiyanto bahwa Pak Sholeh…

Pertemuan Tak Terduga dengan Sahabat-Sahabat TPC

Sungguh, saya terharu ketika dikontak Pak Gempur, Minggu sore, 25 Januari yang lalu. Masih berada di wilayah Gunung Kelir dalam rangkaian “Ziarah Wali Bloger Timur-Tengah”, beliau menyampaikan keinginan mengajak teman-teman…

Budaya Award di Kompleks Blogosphere

Entah dari mana dan sejak kapan budaya pemberian award kepada sesama bloger itu dimulai. Sejak awal ngeblog sekitar setahun yang lalu, budaya semacam itu agaknya sudah muncul, meski dengan tampilan…

Gelar Budaya Teater Semut 2008

Teater Semut bekerja sama dengan Dewan Kesenian Kendal (DK2) Jawa Tengah akan menggelar sebuah acara bertajuk “Gelar Budaya 2008” (GB 2008). Menurut rencana, aktivitas seni dan budaya tersebut akan digelar…

Catatan terhadap Cerpen-Cerpen Sawali Tuhusetya *)

Oleh: Kurnia Effendi

Membaca cerpen-cerpen Sawali, saya teringat syarat yang pernah saya terapkan untuk diri sendiri, agar saya “yang lain”, sebagai “pembaca” sebelum pembaca lain, lebih dulu menikmati cerpen itu. Lalu teringat juga pendapat seorang cerpenis jauh sebelum saya, bahwa cerita pendek adalah kisah yang habis dibaca dalam sekali duduk. Namun sebaliknya saya juga mendapatkan pengalaman luar biasa dengan membaca cerpen-cerpen panjang (yang seolah melawan kaidah istilahnya sendiri) karya Budi Darma.

Empat syarat (bisa kurang dan lebih) yang kemudian saya pegang itu adalah sebagai berikut:

  1. Kemampuan berbahasa: syarat utama penulis, agar cukup komunikatif, syukur-syukur mengandung estetika
  2. Logika fiksi: sekalipun fantastik ada “hukum” yang menjaga “kebenaran” kisah
  3. Gaya (meliputi teknik penceritaan, struktur, plot, majas, sudut pandang, karakter atau penokohan, dialog, deskripsi, konflik, dll)  bagaimana mengolah gagasan
  4. Orisinalitas: dewasa ini sangat sulit mencapainya, karena setiap pengarang terdahulu akan memberikan pengaruh kepada kita.

Surat Terbuka buat Triyanto Triwikromo

Oleh: Sawali TuhusetyaAku tahu, saat ini Sampeyan sedang dililit banyak kesibukan. Waktu menjadi demikian berharga buatmu. Setiap menit, bahkan detik, bahkan juga setiap tarikan napas, selalu berharga untuk mengekspresikan imaji-imaji…

Hilangnya “Aura” Kesenian Kota Semarang

Oleh: Sawali TuhusetyaPPada era ’80-an, Semarang masih memiliki iklim dan “aura” kesenian yang mampu menghidupkan para penggiat seni untuk berkiprah. GOR Simpang Lima saat itu tidak melulu hanya digunakan sebagai…

Blog Guru

Ini postingan pertama pasca-2007. Tiba-tiba saja saya terusik untuk mengangkat blog guru sebagai topik. Maklum, memasuki liburan semester I ini banyak waktu luang yang bisa saya gunakan untuk memuaskan syahwat hasrat bercinta berselancar dengan kekasih blog saya di dunia maya. *halah* “Kayak ndak ada kerjaan ajah!”, ujar Mas Mbelgedez, hehehehe 😆

Ya, ya, ya, setelah hampir 6 bulan lamanya bersikutat dengan rutinitas di sekolah, para guru diberi kesempatan untuk libur. Mungkin setiap daerah beda-beda, yak. Sudah otonomi kok. Jadi, terserah kebijakan Pemda/Pemkot masing-masing. Untuk daerah saya (Kendal), sekitar 2 minggu, para guru bisa menghirup udara bebas di luar tembok sekolah. *halah* 14 Januari nanti baru kembali mencium aroma silabus, RPP, agenda mengajar, buku teks, daftar nilai, dan setumpuk tugas sampingan lainnya di sekolah.