Sastrawan Indonesia dari Kalimantan Selatan dalam Buku Antologi 106 Penyair Indonesia “Sang Peneroka”
Oleh : Ali Syamsudin Arsi
Bersikap untuk saling memberikan penghormatan, terlebih bila masih dalam kondisi yang sangat tepat dan memungkinkan, adalah sebuah daya hidup yang sangat menggairahkan. Semoga akan selalu dan saling berbalas antara satu dengan yang lain tanpa harus melihat latar belakang – apalagi memberikan bayangan jauh ke depan – karena sebuah kenyataan dibatasi oleh saat ini, detik ini, dan selain itu adalah bagian tak terbantahkan sebagai lapisan-lapisan udara tipis dari kenangan masa yang baru saja dilewatkan dan bahkan kabut tebal karena jarak waktu yang sudah jauh ditinggalkan, bahkan lebih dari itu adalah lupa.
Pusat edar, karena dari titik itulah berangkat daya hidup salah satu pintu untuk mempertimbangkan hal-hal yang berkait dengan kebenaran, walau masih ada pintu lain yang turut menentukan. Pusat edar sebagai semangat kuat fitalitas menuju ruang gerak ke ruang gerak lainnya.
Pada sebuah ruang perjumpaan, di saat yang memang telah menjadi takdirnya maka ada satu nama sebagai fokus pembicaraan, ia adalah sosok manusia yang tak pernah berhenti bergerak dalam satu pusat edar – yang diyakini olehnya sebagai daya hidup tak berkesudahan : pusat edar sastra – hal lain boleh saja runtuh boleh saja ditinggalkan boleh saja dilepaskan, tetapi dalam daya hidup yang ada di pusat edar bernama sastra ternyata banyak yang teramat manis untuk selalu dilekatkan untuk selalu direkatkan, bahkan antara jejak dan gurat-gurat garis di telapak kaki sulit dipisahkan.
Tersiar kabar sosok gigih dan tanpa ampun dalam jelajah di pusat edar bernama dunia sastra, tersebutlah nama Kurniawan Junaedhie atau lebih banyak yang menuliskan sebagai KJ. Di usia 60 tahunnya terhampar ruang terbuka untuk saling datang menyapa dan ternyata tawaran bukan menemu kehampaan, banyak berdatangan, saling mengingatkan kenangan lama pun juga masih meraba dalam bayang-bayang kebesaran dan ketokohannya di pusat edar bernama dunia sastra.
Kurniawan Junaedhie bicara tentang Kurniawan Junaedhie dalam pergulatannya di pusat edar bernama sastra. Hanya satu kata : Semangat !!!
Tentu saja semangat yang dicetuskan adalah agar gelombangnya bergerak jauh dan tak henti untuk merambah ke celah demi celah, lorong demi lorong, titik lingkar paling jauh.
Orang-orang sekitar tentu lebih banyak melihatnya dan ternyata daya jelajahnya sudah sangat jauh bahkan berurat-berakar karena daya upaya yang dilakoninya sendiri, orang lain tentu saja boleh menolak dan selalu harus menerima tetapi kenyataannya bahwa apa pun yang telah dilakukan pada masa-masa sebelumnya tak dapat dibantah karena ketokohan itu sudah tertanam dan tumbuh serta berbuah.
Adalah Esti Ismawati yang bergagas-gagas-ria untuk membuka ruang persahabatan ruang saling memberikan penghormatan dan semua datang dengan gembira maka penyambutan atas kehadiran buku berjudul “Sang Peneroka” dapat dipersembahkan kepada siapa saja, terkhusus bagi yang tercantum namanya dalam pergumulan pusat edar dunia sastra kepada K J, ya kepada K J , selamat merenungkan kembali makna demi makna.
Ada banyak nama yang menguraikan kebersamaan itu persahabatan itu pergumulan itu pergulatan itu dengan pernik-pernik mengharu-biru perjalanan. Ada Adri Darmadji Woko, ada Soni Farid Maulana, ada Handrawan Nadesul, ada Adek Alwi. Selain paparan keakraban juga ada celoteh-celoteh dari: Abah Yoyok, Yogira Yogaswara, Herman Syahara, dan hampir semua mendapat balasan celoteh dari K J, ya mendapat balasan dari “K J”.
Lantas, siapakah KJ ?
Dialah “Sang Peneroka”, itu jawabnya.
Di dalam buku Antologi 106 Penyair Indonesia dan Ulasan Terhadap Karya-karya Kurniawan Junaedhie (Cetakan Pertama, November 2014, XVI+487 hlm.; 15 x 24 cm), Kurator: Esti Ismawati, diterbitkan oleh Penerbit Gambang, Yogyakarta, ISBN: 978-602-7731-37-0, terpampang sosok “Sang Peneroka” dengan kini turut dihiasi banyak puisi oleh banyak penyair. Dan mereka adalah Penyair yang dimiliki oleh Indonesia.
Kalimantan Selatan ternyata menangkap sinyal persaudaraan via puisi dan beberapa rekan ikut melayangkan jabat erat persaudaraan itu. Berikut nama-nama yang menyertakan diri dalam jalinan karya berupa puisi.
kerenn artikelnya (y)
Di tunggu postingan selanjutnya gan (y)
baju gamis terbaru online
Sastrawan Kalimantan Selatan dalam “Sang Peneroka”: Catatan Sawali Tuhusetya