Barongan Butuh Sentuhan Inovasi dan Kreativitas

Kategori Budaya Oleh

Beberapa waktu yang lalu, dalam rangka Gelar Budaya Dewan Kesenian Kendal (DK-2), saya menyaksikan pentas Barongan “Turangga Laras” yang digelar oleh Komisariat Dewan Kesenian Kecamatan Gemuh. Cukup atraktif dan menghibur. Selain menyuguhkan pemain-pemain muda, penampilan kelompok seni rakyat yang sering pentas keluar daerah ini sarat dengan sentuhan inovasi dan kreativitas. Mereka cukup kreatif dalam mengadaptasi seni rakyat dari daerah lain, tetapi digarap secara khas berdasarkan “selera” seni mereka.

Turangga LarasYa, seni barongan “Turangga Laras” yang menjadi salah satu kebanggaan seni pertunjukan rakyat masyarakat Gemuh dan sekitarnya ini memadukan seni lokal dengan seni khas Bali yang terkenal dengan seni Leak-nya. Namun, secara fisik, bentuknya sudah mengalami proses transfigurasi. Tidak hanya dalam soal bentuk, tarian yang mereka peragakan juga sudah sangat berbeda dengan tarian aslinya. Tidak heran apabila kelompok seni rakyat yang sudah sering melanglang pentas di luar daerah ini mampu menyedot animo penonton.

Yang layak diapresiasi, “Turangga Laras” dikelola semi-profesional. Setiap kali pentas, mereka mampu menggandeng pihak sponsor. Pementasannya diabadikan dalam keping CD, untuk kemudian dijual. Hasilnya, tidak hanya digunakan untuk membayar honor pemain, tetapi juga disisihkan untuk berbagai kepentingan sosial. Dalam merayakan ulang tahunnya yang ke-12 beberapa waktu yang lalu, mereka memberikan sumbangan dan “tali asih” kepada beberapa anak yatim piatu.

“Turangga Laras” dengan segala kelebihan manajemen-nya memang layak diapresiasi sekaligus diteladani oleh group-group seni pertunjukan rakyat yang hingga kini masih cukup eksis di Kabupaten Kendal. Meskipun demikian, tidak sedikit di antara group seni barongan yang ada terkendala masalah dana, sehingga tidak sanggup bertahan di tengah persaingan yang makin kompetitif di era global ini.

Agaknya, seni pertunjukan apa pun, termasuk barongan, butuh sentuhan inovasi dan kreativitas agar mampu menarik animo masyarakat. “Turangga Laras” termasuk salah satu kelompok seni rakyat yang telah berhasil mewujudkannya. Group ini makin eksis berkat sentuhan kreativitas para awak pemainnya dan sentuhan inovasi para ofisial dalam mengelola seni pertunjukan. ***

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Tulisan terbaru tentang Budaya

Pilpres, Mudik, dan Lebaran

Oleh: Sawali Tuhusetya Suasana Ramadhan tahun ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Go to Top