“Cuti Ngeblog” dan Hiruk-Pikuk Politisi

Kategori Opini Oleh

Sudah hampir sebulan blog ini tak tersentuh tangan saya. Mohon maaf kepada sahabat-sahabat blogger dan para pengunjung yang terpaksa harus “gigit jari” karena tidak mendapatkan tulisan terbaru. Agaknya tidak terlalu penting jika saya harus menyampaikan alasan mengapa harus “cuti ngeblog”. Selain terkesan latah dan gampang direka-reka, alasan apa pun tidak akan sanggup bersaing dengan hiruk-pikuk politisi yang sedang kemaruk memanjakan syahwat politiknya dalam meraih kursi kekuasaan.

Catatan Sawali TuhusetyaPerilaku politisi belakangan ini agaknya sudah sangat jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Mereka tidak lagi menampakkan perilaku yang vulgar dan jorok. Mereka tidak lagi menampilkan gaya koboi, tetapi lebih memanfaatkan media sebagai juru bicara. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terasa benar dimanfaatkan secara maksimal. Rayuan politik tidak lagi diumbar dari mulut ke mulut, tetapi dikemas secara rapi lewat iklan dan pertunjukan. Mereka menyusup ke dalam lalu lintas media cetak dan elektronik. Pendeknya, para politisi makin sengit dalam bersaing menguasai media.

Yang membuat saya sesak napas dan mengelus dada adalah minimnya kearifan politik para pejabat negara yang kini masih berkuasa. Sebuah pemandangan yang ironis ketika presiden dan para menteri bersaing dalam memperebutkan simpati rakyat lewat iklan televisi. Mereka lupa bahwa saat ini mereka masih mengemban amanat rakyat dalam mewujudkan cita-cita dan harapan bangsa. Para pejabat negara mengalami amnesia. Syahwat politik untuk berkuasa telah mengalahkan kearifan dan kebajikan hidup.

Pejabat negara seharusnya tidak lagi menampilkan atribut-atribut politik di depan rakyat. Mereka harus berani menanggalkan jaket dan jas kebesaran politik selama berkuasa. Mereka harus sanggup melepaskan ambisi pribadi dan golongan. Mereka harus egaliter dan non-sektarian. Dari aliran politik mana pun mereka berasal, selama menjadi pejabat negara mereka tidak boleh menampilkan aksi-aksi politik di depan publik. Saya sedih ketika seorang presiden yang seharusnya menjadi figur pemimpin semua kalangan, justru secara vulgar menampakkan diri sebagai politisi lengkap dengan jaket kebesarannya; membuka rapimnas atau munas parpol tertentu, apalagi secara struktural menjadi Ketua Umum atau Ketua Dewan Pembina.

Saya sedih ketika seorang menteri berkoar-koar lewat iklan televisi dengan bahasa-bahasa rayuan yang membodohi rakyat. Dengan berbagai fasilitas kekuasaan yang dimilikinya, mereka tak malu-malu untuk meng-klaim dirinya sebagai sosok yang sukses mewujudkan kesejahteraan rakyat. Mereka tidak risih untuk mencitrakan dirinya sebagai sosok yang bersih dan jujur. Hem, sungguh jauh panggang dari api.
***

Selama “cuti ngeblog” hanya untuk “ngrasani” para pejabat negara? Hehe … Seandainya para pejabat negara memiliki kearifan dan fatzoen politik, rakyat dengan sendirinya akan berbondong-bondong untuk kembali memilih partai politik tempat mereka bernaung. Tanpa harus bermain iklan, rakyat dengan cerdas akan memosisikan mereka sebagai sosok pemimpin yang disegani, apalagi jika selama menjadi pejabat negara mereka mampu menunjukkan prestasi menonjol dan mengagumkan. Namun, dengan saling bersaing melalui iklan, para pejabat negara sejatinya malah menampilkan boroknya masing-masing akibat buruknya kinerja mereka selama menjabat.

Atau, jangan-jangan para pejabat negara tengah mengidap sindrom kekuasaan yang takut tersingkir dalam pertarungan politik tahun 2014 sehingga mesti pasang kuda-kuda sebelum pertarungan dimulai? Entahlah, rakyat pun juga semakin cerdas dan kritis dalam menjatuhkan pilihan politiknya. ***

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

87 Comments

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Tulisan terbaru tentang Opini

Go to Top