Usai Sudah Perhelatan Tahunan Itu

Pendidikan

Oleh: Sawali Tuhusetya

Usai sudah perhelatan tahunan yang digelar Acer Indonesia itu. Penganugerahan Acer Guraru Award 2013 yang berlangsung di Kantor Acer Indonesia, The Plaza Office Tower Lantai 42 (sebelah Plaza Indonesia), Jalan M.H. Thamrin Kav. 28-30, Jakarta, menjadi puncak rangkaian acara yang berlangsung secara maraton sejak Agustus 2013.

Penganugerahan Acer Guraru Award tahun ini bukanlah satu-satunya agenda yang digelar. Masih ada agenda yang tak kalah seru, yakni Mini Classes yang dipresentasikan para pemenang Acer Guraru Award tahun-tahun sebelumnya, yaitu Pak Urip dengan materi “Trik Berburu Animasi (media pembelajaran) dan Menerjemahkan Teks Animasi ke Bahasa Indonesia”, Pak Agus Sampurno dengan materi “Etika Mengunduh Aplikasi atau e-Book dalam Konteks Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)”, dan Bu Amiroh Adnan dengan materi “Langkah-langkah untuk Menggunakan Gamification dalam Pengajaran di Kelas”. Sedangkan, Pak Dedi Dwitagama yang rencananya hendak menyajikan materi “Membimbing Siswa untuk Menggunakan Internet dengan Bijak” mendadak ada acara yang tak kalah penting sehingga batal unjuk presentasi. Mini Classes yang digelar di setiap ruang kelas mini ini setidaknya telah berhasil memicu “adrenalin” para Guraru yang hadir untuk menerapkannya dalam pembelajaran di kelas yang sesungguhnya.

Agenda yang tak kalah menarik tentu saja adalah unjuk presentasi yang disajikan oleh ketiga finalis, yaitu Pak Rudy Hilkya, Bu Siti Mugi Rahayu, dan Pak Sukani, yang akan menjadi penentu, siapakah finalis yang layak mendapatkan anugerah “bergengsi” dari Acer itu. Sebelum presentasi digelar, tim juri (Omjay, Sawali Tuhusetya, Yusrizal Panjaitan, dan Wahyu Widiatmoko –perwakilan dari Acer) bersama panitia berkoordinasi di Ruang Nusantara untuk menyepakati aspek-aspek penilaian yang telah ditentukan panitia. Ada diskusi hangat untuk mengerucutkan aspek-aspek penilaian sehingga sebisa mungkin terhindar dari subjektivitas. Dalam diskusi itu disepakati bahwa presentasi bukanlah satu-satunya aspek penentu kejuaraan. Ada aspek lain yang menjadi pertimbangan, yaitu aktivitas online (terutama blog) para finalis. Hal ini penting, sebab blog akan menjadi “brand abadi” Guraru yang bersangkutan yang akan terus menjadi rujukan publik dalam memberikan “citra” seorang penyandang gelar pemenang Acer Guraru Award. Setelah semua juri sepakat, akhirnya kembali ke Ruang Pleno sesuai jadwal.

Guraru Award 2013

Suasana menjelang presentasi para finalis

Guraru Award 2013

Pak Rudy Hilkya sedang beraksi

Di ruang Pleno, para Guraru dan undangan terlihat antusias untuk menyaksikan presentasi para finalis. Hal itu terbukti ketika Mbak Mitha (host dari Acer) membuka acara presentasi. Tepuk tangan pun membahana. Tak lama kemudian, suasana mendadak hening ketika Pak Rudy Hilkya dengan materi “Aplikasi Graphic dalam Pengajaran untuk Digital Natives” diberi kesempatan untuk tampil pertama. Guru SMA 2 Palangkaraya itu mampu “menghipnotis” audiens. Melalui kemampuan presentasinya yang (nyaris) tanpa cacat dengan dukungan slide yang “sempurna” berhasil membuat para Guraru, dewan juri, panitia, dan undangan yang hadir terpesona. Presentasinya cukup apik, baik dilihat dari aspek penampilan, kualitas slide, maupun content.

Guraru Award 2013

Bu Siti Mugi Rahayu sedang beraksi

Guraru Award 2013

Pak Sukani sedang beraksi

Demikian juga presentasi Bu Siti Mugi Rahayu tentang “Aplikasi Simulasi dalam Pengajaran untuk Digital Natives” yang ditampilkan pada urutan kedua. Meski –berdasarkan pengakuannya— terbilang baru dalam menguasai IT literacy  (sampai-sampai untuk membuat akun e-mail saja harus menerima masukan murid-muridnya, hehe ….), tetapi presentasinya cukup menggugah dan inspiratif dalam membangkitkan passion Guraru untuk mengaplikasikan IT dalam pembelajaran. Tepuk tangan pun menggemuruh ketika guru SMA Al-Muslim Bekasi yang suka menulis fiksi ini mengakhiri presentasinya.

Penampil terakhir adalah Pak Sukani dengan materi “Aplikasi Games dalam Pengajaran untuk Digital Natives”. Ia mengawali presentasinya dengan mengajak audiens untuk meneriakkan yel-yel “Acer, yes-go” dengan gegap-gempita, hehe … (Mas Wahyu dari Acer sempat membisiki saya, “Tidak harus seperti itu, acara ini murni presentasi untuk dunia pendidikan!”). Ya, ya, Guraru kelahiran Rembang (Jawa Tengah), 27 Juni 1985 itu memang dikenal santun, baik ketika berkomentar di web guraru.org maupun di blog pribadinya. Mungkin saja ajakan “yel-yel” semacam itu sebagai bentuk apresiasinya terhadap Acer. (Sebuah catatan kecil dari saya, Guraru yang dilibatkan dalam rangkaian kegiatan Acer tidak perlu menyebut “atribut” dan repot-repot ikut mempromosikan Acer dalam presentasinya, meskipun telah “ditahbiskan” menjadi duta. Acer sudah memiliki cara dan strategi tersendiri dalam mengelola pemasaran. Guraru “pure” untuk mengembangkan IT Lieracy dalam dunia pembelajaran/pendidikan). Kembali ke presentasi Pak Sukani. Meski slide-nya terlalu “ramai” dengan berbagai macam aksesori, ia sukses “menyihir” audiens untuk mengagumi karya-karya game aplikatif-nya di bidang Matematika yang digelutinya. Kemampuannya membuat animasi dalam aplikasi game menguatkan “brand”-nya sebagai sosok Guraru yang mumpuni. Tepuk tangan pun serentak membahana setiap kali Pak Sukani menampilkan game aplikatifnya.

Nah, tuntas sudah presentasi ketiga finalis yang atraktif itu. Untuk menentukan siapa pemenangnya, tim juri kembali berdiskusi ke Ruang Nusantara. Jujur saja, bukan hal yang mudah untuk menentukan pemenang dalam sebuah event bergengsi semacam Guraru Award, apalagi kemampuan ketiga finalis “nyaris” sempurna dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Di bawah koordinasi panitia, Tim Juri terus berdebat untuk menentukan sang juara, apalagi setelah dinobatkan sebagai sang juara, ia mesti siap menjadi duta Acer dalam berbagai kegiatan yang dihelat. Setiap juri diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil penilaian lengkap dengan berbagai catatan dan argumen untuk setiap finalis.

Hasil akumulasi nilai semua juri pada akhirnya memang mengerucut pada satu finalis. Meski demikian, sesuai kesepakatan, nilai presentasi bukan satu-satunya penentu. Para juri juga mesti mempertimbangkan aktivitas online (blog dan media sosial) para finalis. Dan … setelah melalui diskusi dan debat yang “alot”, akhirnya Tim Juri sepakat untuk menentukan urutan para jawara, yaitu Pak Sukani dengan total nilai 461.75 sebagai Juara I (berhak menyandang Acer Guraru Award), Pak Rudy Hilkya dengan total nilai 424.25 sebagai Juara II, dan Bu Siti Mugi Rahayu dengan total nilai 391.75 sebagai Juara III. Saya pun didaulat mewakili Tim Juri untuk menyampaikan hasil penilaian itu kepada audiens di Ruang Pleno.

Guraru Award 2013

Pengumuman Pemenang Acer Guraru Award 2013 di Ruang Pleno

Guraru Award 2013

Pak Sukani tampak kerepotan menerima hadiah dari Acer Indonesia

Dengan nada haru, saya harus mengumumkan pemenang Acer Guraru Award 2013 di Ruang Pleno yang sudah ditunggu-tunggu audiens. Tepuk tangan pun membahana seperti menggetarkan ruang di lantai 42 Kantor Acer Indonesia setiap kali saya mengumumkan nama-nama pemenang. Ucapan selamat terus mengalir kepada Guraru yang kelak akan menjadi duta Acer itu. Lampu blitz pun menyala dari segala penjuru untuk mengabadikan peristiwa “bersejarah” itu.

Guraru Award 2013

Foto “narsis” para Guraru dan Panitia dalam ajang Acer Guraru Award 2013

Guraru Award 2013

Foto pemenang Acer Guraru Award Tahun 2010-2013

Moment “bersejarah” itu segera dimanfaatkan oleh para Guraru yang hadir dalam Kopdar untuk foto bersama dengan berbagai gaya khas masing-masing, meski kesan narsis tak bisa dihindarkan, hehe … Nah, selamat buat para jawara, semoga makin menguat passion-nya dalam mengembangkan IT dalam dunia pembelajaran, kian dahsyat semangatnya dalam berbagi, belajar, dan berkembang bersama guraru.org. Apa yang telah berhasil diukir para jawara Guraru tahun ini bisa jadi baru merupakan “starting-point” untuk membumikan pengembangan IT Literacy dalam dunia pembelajaran/pendidikan. Ke depan, masih banyak tantangan yang perlu dijawab.

Yusuf AN

Mas Yusuf AN hadir di Kopdar Guraru dengan topi khasnya

Yusuf AN

Cover Kumcer Gadis Kecil yang Mencintai Nisan

Usai sudah perhelatan tahunan yang digelar Acer Indonesia itu. Yang seru dan mengharukan, tentu saja, Kopdar bersama para Guraru yang dengan penuh antusias mengikuti setiap agenda yang digelar. Sambutan panitia dan segenap awak Acer yang begitu ramah dan bersahabat membuat suasana makin akrab dan penuh kekeluargaan. Satu lagi kebahagiaan saya, selain bertemu dengan para Guraru yang kreatif dan inovatif, adalah pertemuan saya dengan Mas Yusuf Amin Nugroho. Pengarang yang kini menjadi guru MTs Negeri Wonosobo ini menghadiahi saya sebuah buku kumpulan cerpen karyanya bertajuk Gadis Kecil yang Mencintai Nisan setebal 92 halaman yang diterbitkan oleh Indie Book Corner (2012), Yogyakarta. Namun, lantaran keterbatasan waktu, saya belum sempat membaca kumpulan cerpen menarik ini. Mudah-mudahan saya sempat membacanya secara intens dan me-review-nya. Terima kasih, Mas Yusuf, teruslah berkarya, terus hiasi halaman-halaman sastra negeri ini dengan goresan penamu yang “liar” dan mencengangkan.

Nah, selamat bertemu kembali pada event Acer Guraru Award 2014. Salam Guraru! ***

Comments

  1. Pak Sawali,
    Senang sekali bisa kembali bertemu dengan Bapak setelah terakhir kali bertemu di Seminar Guraru tahun lalu. Alhamdulillah Bapak sehat dan berkenan untuk hadir di Kopdar Guraru. Terima kasih Pak atas dukungannya yang tanpa henti untuk berbagi bersama rekan-rekan guru lainnya. Semoga jalinan silaturahmi dengan Bapak & Ibu Guru lainnya tetap terpelihara baik online dan offline 🙂

    • Sama-sama, Mbak Dita, terima kasih juga kepada Mbak Dita dan Bapak/Ibu dari Tim Acer yang telah mengundang dan melibatkan kami dalam event Guraru Award 2013. Luar biasa sambutan hangatnya.

  2. Wah ketiatan yang sangat positif seperti ini semoga terus diagendakan oleh Acer sehingga makin banyak Guru Era Baru yang lahir, siap mencerdaskan kehidupan bangsa dan pada saatnya nanti akan lahir generasi-generasi Indonesia yang berperan dominan dalam menjaga ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial 🙂

    • amiiin, mudah2an ketulusan doa mas dion, bisa menjadi spirit guru era baru dalam membimbing anak-anak “gigital natives”.

  3. Seandainya semua guru bisa ngeblog kayak guru2 di atas, dunia pendidikan akan melaju pesat kali ya. Tapi jangan sampe melupakan tatap muka. Ntar mentang2 udah bisa ngasih soal melalui blog, dia jadi bisa melenggang ke mall? #eh hahaha

    • bener sekali, mas ndop, hehe …. tatap muka tetap perlu. media virtual itu sebagai alat bantu. bagaimana pun juga fungsi dan peran kemanusiaan guru tidak bisa digantikan oleh apa pun.

  4. wah mantap nih pak sawali, masih bertahan blognya sampai sekarang. sedangkan pak ersis sudah mematikan blognya dan lebih sering nulis di facebook.
    sukses terus, pak.

    • insyaallah blog ini akan terus saya perlihara, mas, meski banyak sekali godaannya, hehe …. tentang blog pak ersis, sungguh disayangkan, ya, kalau pada akhirnya mesti terkubur.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *