Kembali Menggunakan “Theme” Lama

Kategori Blog Oleh

Setelah tiga kali berturut-turut larut dalam diskusi tentang Draft Uji Publik Kurikulum 2013, melalui tulisan Mencermati Draft Uji Publik Kurikulum 2013, Guru Tidak Siap Melaksanakan Kurikulum 2006 sebagai Alasan Perubahan?, dan Posisi Buku Teks dalam Rancangan Kurikulum 2013, kali ini saya terusik untuk membahas “theme” yang saat ini saya gunakan. Theme, bagi saya, tidak hanya sebatas tampilan wajah sebuah blog, tetapi juga menyangkut “selera”, bahkan menjadi bagian dari “persona branding” pemiliknya. Kalau boleh dianalogikan sebuah rumah, theme bisa jadi mencerminkan “selera”, “citra”, dan kepribadian pemiliknya.

Entah, sudah berapa kali blog ini berganti-ganti theme. Yang paling lama menghiasi wajah blog ini adalah theme “Koi”, produk dari themify.me. Theme “premium” yang kemudian digratiskan ini, selain cantik juga gampang dimodifikasi sesuai dengan “selera” penggunanya. Namun, lantaran saking lamanya menjadi penghias wajah blog, akhirnya muncul rasa bosan juga. Beberapa kali browsing di internet untuk menggantikan theme “Koi”, hingga pernah tertarik menggunakan theme “Crisp” produk dari woothemes.com hingga beberapa hari. Namun, selain kurang cocok dengan lay-out-nya, saya mengalami kesulitan untuk memodifikasi kode css dan html/xhtml-nya yang sesuai dengan “selera”. Terpaksa theme “Crisp” pun saya tanggalkan.

Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya saya putuskan untuk kembali menggunakan “theme” lama. Theme ini diilhami desain lifestyle_40, theme “premium” karya Brian Gardner yang pernah dibagikan secara gratis. Theme ini sudah mengalami proses “metamorfosis” yang cukup lama sehingga tampilannya sudah sangat jauh berbeda dengan theme aslinya. Kode css dan html/xhmtl-nya sudah berkali-kali mengalami perubahan sesuai “selera”.

Berikut hasil test css, html/xhmtl, page-speed, dan SEO blog ini:

1. validator.w3.org

validator.w3.org
Jika tidak ada kode html/xhtml yang error, hasilnya ditandai dengan tab warna hijau. Sedangkan, jika masih ada kode yang error, hasilnya ditandai dengan tab warna merah.

2. jigsaw.w3.org/css-validator

jigsaw.w3.org/css-validator
Sama dengan validator html/xhtml, css validator juga mampu mendeteksi kode css yang error atau warning (peringatan). Jika tidak ada kode css yang error, hasilnya ditandai dengan tab warna hijau. Sedangkan, jika masih ada kode yang error, hasilnya ditandai dengan tab warna merah.

3. gtmetrix.com

gtmetrix.com
Gtmetrix merupakan web tool yang banyak digunakan webmaster untuk mengukur page speed dan Y Slow. Hasilnya ditandai dengan grade A, B, C, D, dst. Grade A untuk blog yang memiliki speed 90 ke atas, grade B untuk blog yang memiliki speed 80-89, dst.

4. tools.pingdom.com

tools.pingdom.com
Tool pingdom memiliki kemampuan untuk mendeteksi performance grade --tingkat performa blog secara keseluruhan mulai Leverage browser caching, Minimize redirects, hingga Specify a cache validator. Tingkat performa blog ini baru mencapai angka 80, jumlah request --pemanggilan link url, script, atau image-- sebanyak 10, load time --waktu yang digunakan untuk load blog-- 1,36 second, Page size --ukuran halaman blog-- sebesar 70.7kB.

5. seoanalyser.net

seoanalyser.net
Berdasarkan analisis seoanalyser, persentase seo blog ini baru sekitar 72%. Tool web ini juga mampu mendeteksi heading tags dan atribut image yang digunakan dalam blog.

6. chkme.com/page-seo-tools

chkme.com/page-seo-tools
Tool Chkme mampu mendeteksi SEO blog dalam penggunaan headings tags, deskripsi blog, keywords blog, links, images, flash movies/animations, frames and iFrames. Hasil akhirnya dirumuskan dalam bentuk persentase.

7. Webmaster Resources

Webmaster Resources
Hasil analisis Webmaster Resources dirumuskan dalam grade: poor (rendah), OK (sedang), dan Good (bagus). Skor SEO maksimal di tool web ini sebesar 40 poin. Meski SEO blog ini masuk grade Good, skor-nya baru mencapai 32 poin.

Secara umum, kecepatan load dan kekuatan SEO blog ini memang belum maksimal jika dibandingkan dengan blog milik para webmaster yang sudah sangat memahami “rahasia” dan seluk-beluk blog. Dari sisi ini bisa dipahami bahwa selain content (isi), penggunaan theme sebuah blog akan sangat besar pengaruhnya terhadap kecepatan load dan kekuatan SEO sebuah blog. Itulah sebabnya, saya memutuskan untuk kembali ke “Theme” Lama setelah theme yang lain memiliki page speed dan SEO yang lebih buruk. Sahabat-sahabat narablog yang ingin mengukur kecepatan load dan kekuatan SEO blog, silakan kunjungi link url tersebut. Salam ngeblog!

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

33 Comments

  1. Ketika memutuskan untuk mengganti theme, itu sebenarnya merupakan bagian dari perubahan tujuan atau dalam rangka menggapai tujuan yang sepertinya belum tercapai. Hal itu biasanya yang mendasari bila saya akan mengganti theme blog saya.

    Tapi secara pribadi saya lebih seneng melihat blog Bapak dengan theme sebelum ini. Cerah dan berkesan semangat (meski nggak diminta pendapat).

    Dan saya salut. Bapak melakukan perubahan theme disertai dengan melakukan bebarapa testing sederhana, tapi powerful untuk menentukan oke tidaknya theme.

    • Terima kasih atas apresiasinya, Mas. Dari sisi tampilan mungkin benar, theme sebelumnya jauh lebih menarik. Namun, sekadar mencoba untuk mengetes ulang validitas css dan html-nya, theme yang ini jauh lebih baik ketimbang theme sebelumnya.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Tulisan terbaru tentang Blog

Setelah 9 Tahun Ngeblog

Juli 2007 merupakan saat pertama saya belajar ngeblog (=mengeblog). Sering berganti-ganti engine,

Enam Purnama Tanpa Jejak

Sudah enam purnama, saya tidak meninggalkan jejak di blog ini. Sejatinya, enam
Go to Top