Menjaga Spirit dan Konsistensi Ngeblog

Kategori Blog Oleh

Di tengah menjamurnya jejaring sosial dengan berbagai variannya, blog –dalam pandangan awam saya—belum bisa tergantikan peran dan fungsinya sebagai media ekspresi, branding, dan aktualisasi diri. Blog menjadi medium yang amat universal dalam mendedahkan pemikiran-pemikiran kritis dan kreatif. Ia juga tidak eksklusif. Blog bisa dijelajahi secara inklusif dan universal oleh pengunjung lintas-budaya, lintas-suku, dan lintas-golongan, tanpa harus menjadi seorang follower. Sungguh berbeda dengan jejaring sosial semacam facebook, twitter, atau google+ yang harus menjadi pengikut sang “imam” terlebih dahulu jika ingin mengikuti perkembangan info-info terbaru yang terpajang di dinding statusnya. Dengan kata lain, jejaring sosial telah menciptakan kasta dan klas tertentu di dunia virtual.

Ironisnya, jejaring sosial justru makin menggila “jamaah”-nya. Sekadar meng-update dan mengabarkan ketika seorang pemegang akun baru saja bersin menjelang tidur dalam waktu singkat para “jamaah”-nya beramai-ramai memberikan komentar dengan berbagai macam ekspresi. Yang mencengangkan, tak sedikit blogger yang secara perlahan-lahan mundur dari kompleks blogosphere dan lebih banyak “bercanda” melalui jejaring sosialnya. Blognya makin lama makin tak terurus hingga akhirnya “lenyap” dari peredaran. Makin terbukti, betapa tidak mudahnya menjaga spirit dan konsistensi ngeblog itu.

Saya tidak hendak mengatakan bahwa jejaring sosial tidak memberikan imbas positif terhadap pemilik akun. Harus diakui, jejaring sosial telah memberikan andil dan kontribusi besar terhadap perkembangan informasi di dunia maya. Jika difungsikan secara benar, jejaring sosial juga mampu dijadikan sebagai media ekspresi, branding, dan aktualisasi diri. Saya juga tidak hendak memosisikan blog vis a vis jejaring sosial. Toh pada kenyataannya, kedua media ini bisa saling melengkapi dan bersinergi. Jejaring sosial bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan tulisan-tulisan terbaru hingga mampu mendongkrak popularitas sebuah blog. Meski demikian, dari sisi kedalaman content, keabadian pemikiran, dan proses dialektika blog jauh lebih bermakna.

Ini murni refleksi pribadi saya. Sudah hampir lima tahun saya menekuni aktivitas blogging. Pertautan dengan jejaring sosial juga tak bisa dihindari. Dari statistik yang muncul di halaman dashboard ada sekitar 733 postingan dengan jumlah komentar sebanyak 48.666 buah. Jumlah postingan dan komentar yang belum belum sebanding dengan lamanya ngeblog, apalagi jika dibandingkan dengan aktivitas sahabat-sahabat blogger yang sanggup menjaga spirit dan konsistensi ngeblog satu hari satu postingan.

Secara jujur harus diakui, saya belum bisa “istiqomah” dalam menjaga adrenalin untuk intens ngeblog. Pasang-surut selalu muncul di tengah-tengah aktivitas offline yang mustahil ditinggalkan. Sedemikian kurang “istiqomah”-nya saya dalam melakukan aktivitas blogging, sampai-sampai blog pribadi dan komunitas yang dulu sempat saya rintis, seperti tuhusetya.net, pawiyatan.com, sawali.wordpress.com, agupenajateng.net, dewankeseniankendal.org, smp2pegandon.net, atau mgmpbismpkendal.blogspot.com (dulu mgmpbismp.co.cc), jadi makin terbengkelai. Bahkan, username dan password-nya sudah banyak yang terlupakan. Padahal, saya sudah jarang update status di jejaring sosial. Sesekali masih saya tengok juga sekadar untuk melihat-lihat kalau ada pesan yang masuk atau notifikasi sahabat-sahabat dari “Negeri Antah Berantah” yang berkenan menjalin pertemanan dengan saya.

Hmm … alangkah makin repotnya seandainya aktivitas blogging yang kurang “istikomah” itu masih saya bebani dengan meng-update status di media sosial, mengklik ikon like, atau merespon komentar. Sahabat-sahabat netter, mohon maaf kalau selama ini saya tidak bisa lagi merespon secara cepat terhadap komentar-komentar yang masuk ke dalam akun jejaring sosial. Bukan apa-apa, melainkan semata-semata saya ingin lebih total dan intens ngeblog ketimbang mengikuti status dinding seorang sahabat facebooker atau pluser yang tengah bersin, menguap, atau mengantuk. ***

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

30 Comments

  1. salam.
    menjaga spirit secara kontinyu memang gampang-gampang susah, karena kemalasan dan rasa bosan selalu saja lebih kuat untuk menekan kita, apa lagi untuk konsisten dalam ngeblog, ya terutama update rutin dan mempertahankan kualitas postingan di blog. saya salut dengan abang kita ini, bisa konisten dalam aktivitas ngeblognya, ya terbukti dengan salah satu penghargaan yang diterima dari internet sehat sebagai pemenang gold, selamat untuk abang..sukses selalu untuk kita semua..amin
    salam.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Tulisan terbaru tentang Blog

Setelah 9 Tahun Ngeblog

Juli 2007 merupakan saat pertama saya belajar ngeblog (=mengeblog). Sering berganti-ganti engine,

Enam Purnama Tanpa Jejak

Sudah enam purnama, saya tidak meninggalkan jejak di blog ini. Sejatinya, enam
Go to Top