Mengurai Benang Kusut “Kemandegan” Budaya Menulis di Kalangan Guru

Jika tak ada aral melintang, 17 Mei 2011 (pukul 09.00-15.00 WIB) bertempat di SD Negeri Taman Pekunden, Jalan Taman Pekunden Semarang, IGI (Ikatan Guru Indonesia) Cabang Kota semarang akan menggelar pelatihan bertajuk “Guru Menulis, Guru Go-Blog, Guru Menerbitkan Buku Bukan tidak Mungkin”. Menurut panitia –sebagaimana proposal yang dikirim oleh panitia (Pak Estu Pitarto)– pelatihan tersebut dimaksudkan sebagai langkah untuk mengurai benang kusut “kemandegan” budaya menulis bagi guru. Hmm … sebuah gagasan yang kreatif, cerdas, dan mencerahkan.

pelatihan
 
Dalam proposal dijelaskan bahwa pelatihan tersebut dilatarbelakangi oleh sebuah pemikiran bahwa kegiatan menulis tak dapat dipisahkan dari kaum intelektual. Menulis memiliki kekuatan untuk menjawab permasalahan yang berkembang di masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan jawaban atas permasalahan yang timbul. Oleh karena itu kaum intelektual akan dapat diakui jika ia menghasilkan sebuah karya (tulisan).

Peran serta  guru sebagai salahsatu bagian dari kaum intelektual tersebut memiliki kedudukan yang startegis. Mereka adalah ujung tombak perubahan dan perkembangan generasi mendatang. Kenyataannya, tak banyak guru yang mampu menuliskan ide dan pemikirannya. Kiprah Ki Hajar Dewantara sebagai ikon pendidikan di Indonesia, sepatutnya kita banyak belajar dari beliau. Beliau adalah seorang guru dan suka menulis. Tulisannya yang fenomenal yakni “Alk In Netherlands was” diakui mampu membawa perubahan dalam sejarah kemerdekaan bangsa.

Berkenaan dengan hal tersebut, IGI (Ikatan Guru Indonesia) Cabang Kota semarang merencanakan menyelenggarakan pelatihan menulis sebagai langkah untuk mengurai benang kusut “kemandegan” budaya menulis bagi guru.

Pelatihan bertujuan untuk: (1) memberikan motivasi menulis bagi guru semudah berbicara; (2) memberikan informasi bagi guru tentang  bagaimana menulis di blog; (3) memberikan informasi bagi guru tentang bagaimana menulis di media massa; dan (4) memberikan informasi bagi guru tentang bagaimana menulis buku dan menerbitkannya. Sedangkan, manfaatnya adalah agar guru: (1) mampu memiliki budaya menulis; (2) mampu menulis di blog; (3) mampu dan berani mengirimkan karya mereka di media massa; dan (4) memiliki sebuah karya yang diterbitkan menjadi sebuah buku.

Adapun materi pelatihan pelatihan yang disajikan antara lain sebagai berikut.

(1) Menulis dengan Otak Kanan
Dewasa ini penelitian tentang otak menunjukkan ada bagian otak kiri dan otak kanan. Otak kiri mengandung unsur-unsur yang berkenaan dengan rasio, logika, bahasa, dan perhitungan matematis. Sedangkan, otak kanan lebih banyak bersentuhan dengan proses kreatif, imajinatif, dan nilai estetika. Menulis merupakan bagian dari pengolahan otak kiri. Namun, banyak di antara kita yang mengalami kendala saat menulis. Kendala ini bisa jadi karena proses menulis dimulai dengan otak kiri. Melalui metode menulis dengan otak kanan diharapkan kegilaan menulis akan terasa mengasyikkan dan dapat menjadi sebuah lompatan dalam menghasilkan karya tulis.

(2) Blog sebagai Sumber Inspirasi
Membuat blog bukan masalah yang sulit karena siapa saja dapat memilikinya dalam hitungan menit. Permasalahannya adalah bagaimana merawat blog tersebut agar senantiasa diisi dengan konten-konten yang bermanfaat. Konten dari blog bisa menjadi bahan inspirasi bagi pembaca. Kutipan pesan dari Pramoedya Ananta Toer, dalam Rumah Kaca dapat menjadi acuan motivasi menulis di blog. Beliau mengatakan, “Menulislah, apa pun, jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, tulis, dan tulis, suatu saat pasti berguna.” Lebih daripada itu, blog juga dapat menjadi sumber pendapatan bagi siapa saja yang mau memanfaatkan secara optimal dari kegiatan bloging. Dan itu semua dapat dimulai dari kegiatan budaya menulis.

(3) Menembus Tulisan di Media Massa
Menulis di media massa hanyalah membutuhkan keberanian untuk mengirimkan karya. Banyak guru yang bimbang saat mengirimkan karyanya ke media massa. Ketakutan akan penolakan dari redaktur menjadi pangkal pokok permasalahan. Ketakutan itu akan pupus segera setelah mengikuti pelatihan ini. Seorang pengasuh rubrik “Suara Guru” di Harian Suara Merdeka akan bercerita panjang lebar bagaimana proses redaksi menerima karya guru sehingga layak diterbitkan. Inilah rahasia menembus tulisan di media massa.

(4) Menerbitkan Buku itu Mudah
Budaya menulis di blog, keberanian menulis di media massa dapat menjadi sebuah portopolio bagi guru untuk menerbitkannya menjadi sebuah buku. Tak banyak guru yang memiliki informasi bagaimana menerbitkan karya mereka menjadi sebuah buku. Kenapa buku? Buku merupakan karya nyata peran kita dalam kehidupan. Buku akan berbicara banyak tentang kita sehingga menjadi sebuah bukti bahwa hidup kita di dunia ini berharga, bukankah sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi oranglain. Tepat kiranya bila pemikiran kita tentang solusi permasalahan pendidikan di Indonesia dapat dikekalkan dalam bentuk sebuah buku.

Peserta yang diharapkan berperan serta dalam pelatihan ini terdiri dari guru/dosen sebagai bagian dari kaum intelektual yang memiliki kedudukan strategis dalam pembaharuan bangsa dan pemerhati pendidikan sebagai bagian dari sinergi sekolah, guru, dan lingkungan. Pendapat dan solusi mereka tentang permasalahan pendidikan di Indonesia perlu dipertimbangkan karena mereka adalah pelaku pendidikan juga.

Pelaksanaan Kegiatan dirancang sebagai berikut:
(1) Tanggal 10 Mei-16 Mei: publikasi kegiatan. Selama waktu itu peserta mengumpulkan materi yang belum/sudah ditulis untuk dibawa pada saat pelatihan sebagai bahan penerbitan buku. Tema tulisan tentang Pendidikan di Indonesia (boleh opini dengan solusi, pengalaman pribadi saat mengajar). Panjang tulisan 4-5 halaman kwarto.

(2) Tanggal 17 Mei: pelaksanaan kegiatan dengan urutan acara sebagai berikut:
(a) Materi Menulis dengan Otak kanan: pemateri akan mengadakan simulasi menulis dengan metode mind-mapping, peserta melaksanakan simulasi secara berkelompok, peserta menuliskan hasil mind-mapping ke dalam bentuk artikel lepas, dan 5-10 artikel terbaik diumumkan di akhir acara.

(b) Materi Guru Go-Blog: pemateri menyajikan berbagai tips dan trik menulis di blog dengan mempertimbangkan konten materi yang disukai dan bermanfaat, sehingga mampu memberikan inspirasi buat pembaca, sekaligus memberikan dampak keuntungan, baik untuk peningkatan profesionalisme guru dalam ranah kepenulisan maupun penghasilan tambahan di balik jerih-payah melakukan aktivitas ngeblog.

(c) Materi Menembus Tulisan di Media Massa: pemateri mengulas tips dan trik yang sangat bermanfaat bagi guru dalam upaya menembus media massa, sehingga sangat bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan kompetensi, karier, dan profesionalismenya.

(d) Materi Menerbitkan Buku: pemateri menyajikan tips dan trik menjadikan tulisan menjadi sebuah buku dengan berbagai pernak-perniknya. Pada materi ini juga ditawarkan kepada peserta untuk kesediaan menerbitkan karya mereka menjadi sebuah buku.

Pascapelatihan, ada tindak lanjut kegiatan, yakni Launching Penerbit IGI Buku Antologi Karya Guru satu bulan kemudian. Nah, semoga upaya mulia tersebut berlangsung dengan lancar dan sukses. Nah, Sampeyan tertarik untuk mengikutinya? ***

No Comments

  1. Ternyata otak kiri menghambat kreatifitas seseorang yang ingin menulis, dan otak kanan lah yang membuat seseorang jadi penulis profesional! Jadi seseorang yang ingin jadi penulis haruslah mengoptimalkan otak kanannya, dan caranya ini yang membuat saya penasaran untuk mengikuti pelatihan ini seandainya di selenggarakan di banyuwangi atau jatim pasti ikut!

    1. saya sangat sepakat, mas edi, konon memang demikian, karena otak kanan lebih banyak bersentuhan dengan emosi, rasa, empati, dan sejenisnya. dunia menulis sangat erat kaitannya dengan itu.

  2. owh… saya baru tau, Pak Sawali, ada menulis pakai otak kiri dan kanan. selama ini ngawur-sengawurnya saja, alias semaunya saja. mungkin kalau untuk kasus saya pribadi itu materi nomor 1 harus dibalik 🙂

    jadi teringat bahwa sampai saat ini saya masih belum sukses untuk membuat wali kelas saya saat sma dulu menulis, jangankan nulis, merayu beliau buat punya koneksi internet di rumah saja masih belum sukses 🙁

    1. hmm … itu uraian latar belakang yang disampaikan panitia, pakacil, hehe … walah, suatu ketika impian dan harapan pakacil insyaallah akan terwujud. salam buat wali kelas dulu!

  3. kpn nih kiprah IGI kendal kok jarang terlihat terobosannya Kang. kasihan guru2 kendal harus keluar kota terus.
    guru menulis why not?
    lanjutkan tetap semngat kang

  4. (Maaf) izin mengamankan KEEMPAX dulu. Boleh, kan?!
    Sebuah kegiatan yang positif banget dalam rangka meningkatkan minat menulis pada guru-guru kita. Coba kalau lokasinya dekat, bisa ikutan saya.

      1. ya Pak Tuhu, terima kasih infonya. Saya tinggal di Gunungpati Pak, tapi “ngarit” di wonosobo. Sepertinya, wonosobo belum ada cabang agupena ya pak? apa saya yang ketinggalan info?

  5. Saya suka poin yang kedua, dan sangat setuju dengan apa yang dikatakan almarhum Pram. Satu lagi Pak, menulis itu melawan lupa! 😉

    1. setuju banget, mas don, konon katanya salah satu perjuangan terberat manusia adalah perjuangan melawan lupa. itu artinya, menulis bisa menjadi senjata utk melawannya, hehe ….

  6. wah kegiatan yang sangat mantab. dengan menuliskan maka sang penulis akan tetap ingat, dan pembaca ketularan tahu.

    guru menulis? harus itu! :d

  7. Wah, keren nih acaranya Pak Sawali…
    Budaya menulis juga terkait dengan budaya membaca. Bagi yang kebiasaan membacanya buruk, tentu saja kemampuan menulisnya juga tidak baik.

    Sepertinya, acara-acara semacam ini harus sering diselenggarakan. Bagus untuk perkembangan kemampuan guru itu sendiri, juga bagus untuk perkembangan pendidikan kita. Semakin banyak guru yang mampu menulis, tentu semakin banyak guru yang berkualitas baik, dan dapat dipastikan dengan demikian pendidikan kita semakin maju 🙂

  8. Inilah mengapa, saya suka membaca tulisan dari pak sawali, selalu memberikan inspirasi, mungkin ini juga bisa terjadi di Surabaya dan sekitarnya, tentang sosialisasi blog kepada guru, sehingga guru bisa menulis dan menerbitkan buku.

    teruslah menulis pak…

  9. Wow, …luar biasa sekali Pak. Semakin banyak guru menulis tentu semakin banyak referensi untuk menambah wawasan tentu saja. Semoga lepas pelatihan akan menghasilkan penulis-penulis handal dari lingkungan guru. Amin. Salam dari Pekalongan

  10. kalau bicara soal otak kiri dan otak kanan, kemungkinan otak kananku blm bisa berkembang makanya untuk menulis artikel blogpun masih kesulitan. memang untuk menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan butuh proses.

  11. itu khusus Guru Pak Sawali?

    Dengan fee hanya Rp.100.000 (lihat di banner), jelas ini tawaran yang tidak bisa ditolak. Padat sekali ilmu yang bisa didapat.

    Kutipan pesan Pramoedya Ananta Toer itu benar sekali adanya. Sampai sekarang saya tidak bisa lepas menghela. Ada salah satu postingan artikel saya yang dulu saat membuatnya seakan sambil lalu saja, sekarang menjadi sangat membekas dan bermanfaat buat diri saya sendiri. dan terlebih, ternyata banyak juga pengunjung yang membacanya suka dengan posting tersebut.

    Alhamdulillah, jika postingan itu benar membawa manfaat bagi yang membacanya, saya bersyukur.

    1. iya, mas cayo, pelatihan ini diperuntukkan bagi guru. alhamdulillah, pelatihannya berlangsung lancar dan sukses. diikuti sekitar 30-an guru. terima kasih atas supportnya.

  12. Keren ya mas acaranya.
    Dengan kegiatan seperti ini diharapkan semua guru lebih membudayakan budaya menulis di dalam kehidupannya.
    Jadi dengan begitu, pasti secara gak langsung akan menular ke siswa/i-nya.
    Semoga kegiatan seperti ini gak hanya di kota2 besar aja ya, tapi merata ke semua daerah 🙂

  13. sebuah kegiatan yang layak dihargai dan tentu saja layak dilanjutkan secara berkesinambungan. Salam kenal dan ditunggu mampir di blog saya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *