OSI dan CT-BSI: “Investasi Sastra” Masa Depan

Kategori Pendidikan/Sastra Oleh

Alhamdulillah, setelah melalui Rapat Koordinasi (Rakor) I dan II, akhirnya usai sudah seleksi naskah peserta Olimpiade Sastra Indonesia (OSI) Siswa SD Tingkat Nasional Tahun 2010 untuk menentukan 30 nominator yang layak mengikuti babak final yang rencananya akan berlangsung di Surabaya, 11 s.d. 15 Oktober 2010. Proses seleksi naskah yang berlangsung 23-25 Agustus 2010 di Hotel Patra Jakarta, Jalan Jendral Ahmad Yani No. 2, Jakarta Timur, itu sendiri berlangsung ketat dan maraton, bahkan tak jarang disertai debat untuk menentukan naskah terbaik yang layak menjadi nominator. Memang belum semua daerah terlibat dalam event “bergengsi” ini. Namun, sebagai sebuah program rintisan, Direktorat Pembinaan TK/SD Kementerian Pendidikan Nasional layak diberi apresiasi tersendiri. Pihak direktorat cukup responsif dalam mengakomodasi masukan dari kalangan sastrawan, pemerhati, dan pengamat sastra, hingga akhirnya program OSI ini bisa digelar. Bahkan, rencananya, OSI akan menjadi agenda tahunan, hingga akhirnya sastra di negeri ini benar-benar “membumi” sejak dini.

OSI dan CT-BSIOSI dan CT-BSIOSI dan CT-BSIOSI dan CT-BSIOSI dan CT-BSIOSI dan CT-BSI

Suasana ketika Rapat OSI dan Lokakarya CT-BSI berlangsung.

Usai seleksi naskah, di tempat yang sama, Kamis, 26 Agustus 2010, digelar lokakarya untuk mendesain Program Cerdas-Tangkas Berbahasa dan Bersastra Indonesia (CT-BSI) yang akan diagendakan tahun 2011. Selain dihadiri dewan juri OSI (Suminto A. Sayuti, Maman S. Mahayana, Dendy Sugono, Zaim Uchrowi, Sawali Tuhusetya, dll.), D. Kemalawati, penyair dari Aceh yang juga seorang guru yang diundang secara khusus, lokakarya juga dihadiri oleh pejabat Direktorat Pembinaan TK/SD, di antaranya Dr. Utju Sumarsana, M.Si., Drs. Palogo Balianto, M.Pd., dan beberapa pejabat yang lain. Dalam lokakarya tersebut dibahas tentang rencana kegiatan Cerdas-Tangkas Berbahasa dan Bersastra Indonesia Siswa SD Tahun 2011, mulai penyusunan proposal, tahap-tahap kegiatan, penjadwalan, substansi CT-BSI, panduan, hingga teknis pelaksanaan, yang akan dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Baik OSI maupun CT-BSI, dalam pandangan awam saya, merupakan “investasi sastra” masa depan yang akan mampu menguatkan karakter dan kepribadian anak sejak dini. Diakui atau tidak, selama ini dunia pendidikan kita hanya menjadikan sastra sebagai “pelengkap penderita”. Ia ada dalam kurikulum pendidikan, tetapi (nyaris) belum ada sentuhan perhatian yang layak dan memadai. Sastra cenderung hanya dipahami sebagai sebuah teori dan hafalan, belum menyatu secara emosional ke dalam karakter dan kepribadian peserta didik. Akibatnya, anak-anak masa depan negeri ini (nyaris) tak pernah mampu mendapatkan “nutrisi sastra” yang cukup. Mereka memang menjadi generasi yang cerdas, tetapi kehilangan kepekaan dan “tumpul” nuraninya, sehingga gampang kalap dan marah ketika menghadapi masalah.

Dalam konteks demikian, sungguh diperlukan sebuah terobosan program visioner yang mampu “membumikan” sastra sejak dini, sehingga kelak akan terlahir generasi masa depan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kepekaan sosial, kepribadian yang kuat, dan karakter yang tangguh, sehingga mampu menghadapi problem-problem yang dihadapi masyarakat dan bangsanya secara cerdas, kritis, kreatif, terhormat, beradab, dan berbudaya. OSI dan CT-BSI sejatinya memang diarahkan sebagai agenda tahunan yang mencerdaskan dan mencerahkan di tengah tantangan peradaban yang kian rumit dan kompleks. Melalui dua event tersebut, sejak dini diharapkan anak-anak negeri ini memiliki –meminjam istilah Prof. Suminto A. Sayuti–ruang bertegur sapa secara kreatif yang mampu mengasah wawasan bersusastra, menumbuhkan sikap apresiatif, memiliki daya kreasi, dan memiliki semangat untuk berekspresi.

Nah, selamat bertemu di ajang OSI dan CT-BSI. Salam peduli anak bangsa!***

Catatan:
Saya mohon maaf kepada sahabat-sahabat bloger kalau dalam beberapa hari ini belum bisa blogwalking atau merepson komentar secara intens. Terima kasih!

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

71 Comments

  1. Anda akan Diajarkan Cara membeli tanah, ruko, rumah, gedung, pertokoan tanpa uang sendiri atau lebih tepatnya membeli dengan memakai uang orang lain. Tak ketinggalan diberikan tips dan trik menggaet bank serta mengoptimalkan properti menjadi aset yang menghasilkan dan Dapatkan Juga Ebook Gratis.

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Tulisan terbaru tentang Pendidikan

Go to Top