Tanggal 28 Juli 2010, Kendal telah berusia 405 tahun. Penetapan Hari Jadi Kendal tidak serta-merta lahir begitu saja, tetapi melalui perdebatan yang panjang. Hari Jadi Kabupaten Kendal yang biasanya diperingati setiap 26 Agustus akhirnya diubah menjadi 28 Juli setiap tahunnya. Hal itu disampaikan oleh Prof. Juliati Suroyo ketika menyampaikan pemaparan hasil seminar hari jadi yang di lakukan pada 6 Agustus 2006 yang silam. Perubahan momen tersebut didasarkan pada pengangkatan Tumenggung Bahurekso sebagai Bupati Kendal pada 12 Robiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605 M. Hari atau tanggal tersebut dalam penanggalan Jawa jatuh pada hari Kamis legi malam Jumat pahing 1527 Saka. Jadi, bukan didasarkan pada penyerangan Tumenggung Bahurekso ke Batavia pada tanggal 26 Agustus 1626. Sejarah Kabupaten Kendal selengkapnya bisa buka pada tab berikut ini!
Sejarah Kabupaten Kendal
Nama Kendal diambil dari nama sebuah pohon yakni Pohon Kendal. Pohon yang berdaun rimbun itu sudah dikenal sejak masa Kerajaan Demak pada tahun 1500 – 1546 M yaitu pada masa Pemerintahan Sultan Trenggono. Pada awal pemerintahannya tahun 1521 M, Sultan Trenggono pernah memerintah Sunan Katong untuk memesan Pusaka kepada Pakuwojo.
Peristiwa yang menimbulkan pertentangan dan mengakibatkan pertentangan dan mengakibatkan kematian itu tercatat dalam Prasasti. Bahkan hingga sekarang makam kedua tokoh dalam sejarah Kendal yang berada di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu itu masih dikeramatkan masyarakat secara luas. Menurut kisah, Sunan Katong pernah terpana memandang keindahan dan kerindangan pohon Kendal yang tumbuh di lingkungan sekitar. Sambil menikmati pemandangan pohon Kendal yang nampak “sari” itu, Beliau menyebut bahwa di daerah tersebut kelak bakal disebut “Kendalsari”. Pohon besar yang oleh warga masyarakat disebut-sebut berada di pinggir Jln Pemuda Kendal itu juga dikenal dengan nama Kendal Growong karena batangnya berlubang atau growong.
Dari kisah tersebut diketahui bahwa nama Kendal dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah atau daerah setelah Sunan Katong menyebutnya. Kisah penyebutan nama itu didukung oleh berita-berita perjalanan Orang-orang Portugis yang oleh Tom Peres dikatakan bahwa pada abad ke 15 di Pantai Utara Jawa terdapat Pelabuhan terkenal yaitu Semarang, Tegal dan Kendal. Bahkan oleh Dr. H.J. Graaf dikatakan bahwa pada abad 15 dan 16 sejarah Pesisir Tanah Jawa itu memiliki yang arti sangat penting. Sejarah Berdirinya Kabupaten Kendal
Adalah seorang pemuda bernama Joko Bahu putra dari Ki Ageng Cempaluk yang bertempat tinggal di Daerah Kesesi Kabupaten Pekalongan. Joko Bahu dikenal sebagai seorang yang mencintai sesama dan pekerja keras hingga Joko Bahu pun berhasil memajukan daerahnya. Atas keberhasilan itulah akhirnya Sultan Agung Hanyokrokusumo mengangkatnya menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung Bahurekso. Selain itu Tumenggung Bahurekso juga diangkat sebagai Panglima Perang Mataram pada tanggal 26 Agustus 1628 untuk memimpin puluhan ribu prajurit menyerbu VOC di Batavia. Pada pertempuran tanggal 21 Oktober 1628 di Batavia Tumenggung Bahurekso beserta ke dua putranya gugur sebagai Kusuma Bangsa. Dari perjalanan Sang Tumenggung Bahurekso memimpin penyerangan VOC di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628 itulah kemudian dijadikan patokan sejarah lahirnya Kabupaten Kendal.
Perkembangan lebih lanjut dengan momentum gugurnya Tumenggung Bahurekso sebagi penentuan Hari jadi dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Karena momentum tersebut merupakan sejarah kelam bagi seorang tokoh yang bernama Bahurekso. Sehingga bila tanggal tersebut diambil sebagai momentum hari jadi dikhawatirkan akan membawa efek psikologis. Munculnya istilah “gagal dan gugur” dalam mitologi Jawa dikawatirkan akan membentuk bias-bias kejiwaan yang berpengaruh pada perilaku pola rasa, cipta dan karsa warga Kabupaten Kendal, sehingga dirasa kurang tepat jika dijadikan sebagai pertanda awal mula munculnya Kabupaten Kendal.
Dari Hasil Seminar yang diadakan tanggal 15 Agustus 2006, dengan mengundang para pakar dan pelaku sejarah, seperti Prof. Dr. Djuliati Suroyo ( guru besar Fakultas sastra Undip Semarang ), Dr. Wasino, M.Hum ( dosen Pasca Sarjana Unnes ) H. Moenadi ( Tokoh Masyarakat Kendal dengan moderator Dr. Singgih Tri Sulistiyono. serta setelah diadakan penelitian dan pengkajian secara komprehensip menyepakati dan menyimpulkan bahwa momentum pengangkatan Bahurekso sebagai Bupati Kendal, dijadikan titik tolak diterapkannya hari jadi. Pengangkatan bertepatan pada 12 Rabiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605. Tangal tersebut persis hari Kamis Legi malam jumat pahing tahun 1527 Caka. Penentuan Hari Jadi ini selanjutnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah ( PERDA ) Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun 2006, tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Kendal ( Lembaran Daerah no 20 Tahun 2006 Seri E nomor 15 ).
Pemerintahan Kabupaten Kendal Sekarang dan Zaman Doeloe
Kaliwungu pernah berjaya sebagai pusat pemerintahan sejak awal berdirinya Kabupaten Kendal. Namun karena kondisi perpolitikan di pusat Mataram pada waktu itu dan adanya pertimbangan untuk perkembangan pemerintahan, menyebabkan pusat pemerintahan tersebut pindah ke kota Kendal hingga sekarang. Sehingga akhirnya Kaliwungu hanya digunakan untuk tempat tinggal kerabat Ayahanda Bupati yang sering disebut sebagai Kasepuhan. Sedangkan pemerintahannya dijadikan sebagai daerah administrasi yaitu Distrik Kaliwungu.
Bupati Kendal dan Pusat Pemerintahan dari Masa ke Masa
Pangeran Ario Prawirodiningrat II Putra Bupati Pangeran Ario Prawirodiningrat I (Bupati terakhir Kendal dengan Pusat Pemerintahan masih di Kaliwungu) 1813 -1830
Raden Tumenggung Purbodiningrat Menantu Bupati P. Ario Prawirodingrat II 1832 -1850.
Kyai Tumenggung Purbodiningrat Asal Gresik. 1832 -1850.
Pangeran Ario Notohamiprojo 1857 -1891.
Raden Mas Ario Notonegoro Putra Bupati Pangeran Ario Notohamiprojo 1891-1911
Patih Raden Cokro Hadisastro Menantu Bupati Jepara Sosrodiningrat / Ipar R.A. Kartini (menjalankan pemerintahan sementara karena Bupati meninggal dunia) 1911-1914.
Raden Mas Adipati Ario Notohamijoyo atau Raden Mohammad Putra RM. Ario Notonegoro 1914 -1938
Raden Patih Notomudigdo memegang jabatan sementara karena Bupati Raden Mas Adipati Ario Notohamijoyo memasuki masa pensiun. 1938.
Raden Mas Zarwits Purbonegoro asal Kutoharjo 1939 -1942
Patih Raden Mas Kusuma Hudoyo 1942 -1945
Sukarmo Putra Lurah Ketapang Kendal. (Anggota Sanggiin diangkat dalam masa Revolusi Rakyat Kendal. 1945 -1949
R. Ruslan Masa Agresi Belanda 1949
R. Prayitno Partodijoyo Patih dari Pekalongan 1950 -1956
R. Soedjono Bupati Blora 1957-1960
Staf Kantor Gubernur – R. Abdul Rahman – R. Gondo Pranoto
R. Salatun Wedono Weleri Kendal 1960 -1966
Mayor Sunardi 1966 -1967
Letkol RM. Suryo Suseno 1967 – 1972
Drs. Abdus Saleh Ronowidjoyo Asal Madura 1972 – 1979
Drs. Herman Sumarmo Sekwilda Ka. Tegal 1979 – 1984
Sudono Yusuf, BA 1984 -1989
Sumojo Hadiwinoto, SH 1989 – 1998
Drs. Djoemadi 1999
Hendy Boedoro, SH. M.Si 2000 – 2009
Dra. Hj. Siti Nurmarkesi 22 JUli 2009 s/d Sekarang
Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, tahun ini Kendal juga tak lupa merayakan hari jadi-nya. Untuk tahun ini, tema yang diusung adalah “Dengan Hari Jadi Ke-405 Kabupaten Kendal, Kita Bangun Semangat Kebersamaan, Persatuan dan Kesatuan, Guna Mewujudkan Kendal yang Beribadat” dengan subtema:
Melalui Hari Jadi Ke-405 Kabupaten Kendal, Kita Tingkatkan Sumberdaya Manusia Mandiri untuk Terwujudnya Masyarakat Sejahtera.
Melalui Hari Jadi Ke-405 Kabupaten Kendal, Kita Wujudkan Pemerataan Pelayanan Prima untuk Masyarakat di Segala Bidang.
Melalui Hari Jadi Ke-405 Kabupaten Kendal, Kita Tingkat mantapkan Kondusivitas Lingkungan untuk Kelancaran Pembangunan di Segala Bidang.
Melalui Hari Jadi Ke-405 Kabupaten Kendal, Kita Teruskan Reformasi Birokrasi untuk Terwujudnya Pemerintahan Yang Dipercaya.
Sebagai wilayah kabupaten yang telah melampaui batas usia di atas empat abad, Kendal jelas telah merasakan pahit-getirnya gelombang peradaban yang terus bergerak dan berubah menembus dimensi ruang dan waktu. Ada romantika pasang-surut yang hadir mewarnai wilayah seluas 1.002,27 km² ini. Pergantian kepemimpinan terus terjadi mengikuti siklus dan kehendak “sang waktu”. Penduduknya juga terus bergerak mengikuti derap dan desain zaman. Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kendal, sampai dengan pertengahan tahun 2009, data jumlah penduduk di Kabupaten Kendal telah mencapai 1.058.493 jiwa yang terdiri dari laki – laki 527.224 jiwa (49.81%) dan perempuan 531.269 jiwa (50.19%), dengan kepadatan rata – rata 1.056 jiwa/km². Kini, jumlah penduduk kabupaten yang memiliki slogan Beribadat (Bersih, Indah, Barokah, Damai, Aman, dan Tertib) ini pasti juga telah bertambah.
Seiring dengan itu, sentuhan perhatian di bidang industri, pariwisata, perkebunan dan kehutanan, pertanian, peternakan, kawasan ekonomi khusus, pertambangan, dan jaringan infrastruktur pendukungnya juga terus diberdayakan dari tahun ke tahun untuk mendinamiskan kawasan pesisir ini menuju kawasan mandiri. Meski demikian, sentuhan perhatian tak cukup hanya diarahkan ke ranah fisik semata. Untuk mendukung terwujudnya Kendal Mandiri, ranah non-fisik, seperti pendidikan serta seni dan budaya, menjadi penting dan urgen untuk diperhatikan.
Pada ranah pendidikan, misalnya, selain masih banyak terdapat sarana dan prasarana yang kurang layak pakai, juga masih terjadi ketimpangan antara ketersediaan guru dan jumlah mata pelajaran yang tersedia. Pada satu sisi ada guru yang kelebihan jam mengajar, sementara pada sisi yang lain, tidak sedikit juga guru yang mengalami kekurangan jam mengajar. Proses rekruitmen dan penempatan formasi guru yang kurang sesuai dengan kebutuhan nyata di sekolah telah menyebabkan atmosfer pembelajaran mengalami stagnasi. Situasi seperti ini makin krusial ketika guru yang dinyatakan telah lulus sertifikasi guru dituntut untuk memenuhi beban mengajar 24 jam. Tentu saja, masih banyak persoalan pendidikan yang belum tergarap secara optimal. Jaringan internet yang memungkinkan sekolah mampu memanfaatkannya sebagai salah satu pusat sumber belajar juga masih jauh dari standar kelayakan. Demikian juga buku-buku yang ber-“nutrisi” tinggi yang mampu membuat anak-anak cerdas, masih belum tersedia secara memadai di perpustakaan-perpustakaan sekolah.
Pada ranah seni dan budaya, Kendal layak berbangga. Beberapa kali, kelompok seni rakyat Kendal dipercaya untuk menjadi Duta Jawa Tengah dalam ajang pentas yang cukup bergengsi di TMII. Melalui Dewan Kesenian Kendal (DK2), 20 komisariat kecamatan yang membidangi ranah kesenian juga telah terbentuk. Jelas, ini menjadi nilai tambah buat para “Laskar Seni Bahureksa” yang berada di kantong dan komunitas seni yang tersebar di berbagai kecamatan untuk bisa tampil lebih eksis dan berdaya. Sayangnya, hingga saat ini Kendal belum memiliki seni rakyat khas Kendal yang bisa diangkat sekaligus dijadikan sebagai sebuah ikon kesenian, padahal potensi untuk mengarah ke sana sangat terbuka. Banyak kesenian rakyat Kendal yang bisa direvitalisasi, dimodifikasi, dieksplorasi, dielaborasi, atau dikolaborasi hingga menjadi sebuah ikon kesenian rakyat Kendal.
Semoga momen Hari Jadi Kendal tahun ini bisa dijadikan sebagai bahan refleksi dan evaluasi bagi semua pihak agar Kendal benar-benar menjadi daerah yang maju, dinamis, mandiri, semakin arif dan bijak dalam menghadapi setiap tantangan dan peluang yang ada.
Diakui atau tidak, kesan bahwa sekolah baru sebatas menjalankan fungsinya sebagai tempat mentrasfer ilmu secara kognitif
Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).
My family every time say that I am killijg my time here at net, exceot I know I am getting
knowledge every day by reading thees pleasant content.
My blog post :: seo Hitchin