Agupena Jawa Tengah: Refleksi Menjelang Tahun Kedua

4Februari 2010, Agupena Jawa Tengah yang dibentuk oleh 29 (dua puluh sembilan) guru penulis dari berbagai kabupaten/kota di Jawa Tengah, genap berusia setahun. Kehadirannya jelas makin meramaikan lahirnya berbagai organisasi guru pasca-reformasi yang terus bermunculan. Setidaknya, ada dua tantangan mendasar yang mesti dihadapi Agupena Jateng dalam upaya menancapkan gerak dan dinamikanya di tengah kerumitan dan kompleksitas persoalan yang dihadapi dunia pendidikan kita, yakni tantangan internal dan eksternal.

Pada ranah internal, Agupena Jateng masih terus berpacu untuk melakukan konsolidasi organisasi, khususnya berkaitan dengan kesamaan persepsi antarpengurus dalam menjalankan roda organisasi berbasiskan prinsip kolegial dan kolektivitas. Kesamaan persepsi tidak identik dengan penyeragaman. Agupena Jateng justru sangat menghargai perbedaan. Yang perlu dipikirkan dan diimplementasikan adalah bagaimana mengelola perbedaan itu agar menjadi sebuah kekuatan sekaligus nilai tambah organisasi agar tidak sampai terjebak ke dalam stagnasi dan kemandegan.

Prinsip kolegial dan kolektivitas menjadi penting dipersoalkan sebab keberhasilan sebuah organisasi dalam menjalankan program dan aktivitasnya bukan ditentukan oleh satu atau dua orang, melainkan amat ditentukan oleh komitmen dan kesadaran kolektif segenap pengurus dalam mengintensifkan kinerja organisasi agar benar-benar bermakna dan bermanfaat di kalangan rekan-rekan sejawat. Agupena Jateng tidak ingin terjebak ke dalam proses pemburuan popularitas melalui sebuah pencitraan belaka, tetapi ingin beraksi secara nyata; memasuki belantara dunia pendidikan yang selama ini masih digelisahkan oleh kemampuan menulis di kalangan guru yang dinilai masih “jalan di tempat”. Para pengurus yang memiliki kemampuan beragam dalam ranah kepenulisan diharapkan tidak berdiri di puncak menara gading popularitas yang terus “asyik dengan dunianya sendiri”, tetapi justru terus diharapkan siap untuk “membangun semangat berbagi” sehingga kegelisahan guru yang aktivitas menulisnya dianggap “masih jalan di tempat” bisa terjembatani.

Seminar
Koordinasi informal, 25 November 2009.
Silaturahmi
Rakor dan silaturahmi, 11 Oktober 2009.
Disadari atau tidak, banyak rekan sejawat yang demikian intens menekuni dunia kepenulisan dan menunjukkan prestasi menulis yang luar biasa, tetapi tak memiliki kesempatan untuk “sharing” dan menularkan kemampuannya kepada rekan-rekan sejawat yang lain. Persoalannya bukan semata-mata lantaran tidak mau dan tidak berminat untuk membangun semangat berbagi, melainkan juga lantaran tak memiliki akses dan kesempatan untuk “sharing” dan berdiskusi. Dalam konteks demikian, Agupena menjadi penting dan strategis untuk menjembatani kepentingan itu. Sejak awal, Agupena memang didesain untuk mewadahi teman-teman yang memiliki kemampuan menulis dan memiliki komitmen untuk membangun semangat berbagi sehingga tidak lagi berada di puncak menara gading popularitas dan asyik dengan dunianya sendiri. Melalui Agupena, teman-teman bisa intens berdiskusi dengan membangun wacana dunia kepenulisan melalui program-program yang teragendakan, baik secara rutin maupun insidental.

Dalam setahun ini, atmosfer wacana kepenulisan semacam itu memang belum bisa terwujud secara optimal. Masih banyak kendala internal yang belum sepenuhnya bisa teratasi. Oleh karena itu, Agupena Jateng masih terus berusaha untuk melakukan konsolidasi organisasi, termasuk menjadi mediator dan fasilitator pembentukan pengurus Agupena di 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah. Jika Agupena di setiap kabupaten/kota telah terbentuk, insyaallah konsolidasi organisasi menjadi lebih solid, sehingga siap menggulirkan program-program kepenulisan yang telah teragendakan bisa berjalan seperti yang diharapkan.

Kalau muncul kesan bahwa Agupena Jawa Tengah selama ini mandul, bahkan terkesan seperti “macan opong”, kami pikir hal itu sebagai kritik positif dan masukan berharga sehingga bisa memacu semangat kami untuk mengagendakan program-program yang lebih riil dan mencerahkan dalam upaya memberdayakan dan membudayakan aktivitas menulis di kalangan guru. Agupena Jawa Tengah memang sangat membutuhkan masukan dan kritik agar tidak terjebak sebagai organisasi “papan nama”. Kami sangat menghargai masukan dan kritik itu kalau memang didasari oleh motif dan semangat untuk menjadikan Agupena Jateng lebih punya greget dan “magnet” untuk membudayakan aktivitas menulis di kalangan guru.

Pada ranah eksternal, Agupena Jateng menghadapi persoalan kinerja dan kolaborasi dengan berbagai pihak yang belum optimal. Banyak program yang sudah teragendakan, tetapi belum mendapatkan respon positif dari pihak-pihak tertentu yang seharusnya bisa digandeng untuk bersimbiosis. Suasana kompetitif pasca-reformasi yang ditandai dengan munculnya banyak organisasi guru, pada satu sisi menumbuhkan semangat untuk bisa mengoptimalkan kinerja organisasi dengan melahirkan agenda-agenda pilihan yang bisa digarap secara bersama-sama. Namun, pada sisi yang lain, tak jarang menumbuhkan “sentimen” organisasi yang bisa melunturkan semangat berkiprah di kalangan rekan sejawat. Oleh karena itu, sudah saatnya kita tanggalkan “sentimen” keorganisasian dan terus menjalin kerja sama dengan berbagai pihak sehingga bisa mewujudkan agenda dan program-program kolaboratif yang mencerahkan dan mencerdaskan.

Yang tidak kalah penting, jelas persoalan anggaran yang selama ini masih tertatih-tatih. Pengurus juga telah berupaya secara optimal untuk bisa menggali dana, baik melalui donator perseorangan maupun institusi, agar bisa mendukung program-program yang teragendakan. Namun, agaknya kita belum memiliki banyak referensi kegiatan yang bisa meyakinkan calon donatur untuk mengucurkan dananya ke dalam “pundi-pundi” Agupena Jawa Tengah. Oleh karena itu, agaknya kita perlu terus melakukan aksi-aksi konkret sehingga kita memiliki banyak rujukan kegiatan dan kiprah nyata yang bisa meyakinkan banyak kalangan.

Setahun memang bisa dibilang waktu yang amat pendek untuk bisa melakukan aktivitas dan mengimplementasikan berbagai program secara optimal. Meskipun demikian, waktu setahun juga lebih dari cukup untuk memotret dan mengevaluasi eksistensi Agupena Jawa Tengah dalam menjalankan visi dan misi organisasi. Tagline “Membangun Semangat Berbagi” sebagai “branding” organisasi bisa dijadikan sebagai indikator keberhasilan Agupena Jateng dalam berkiprah di tengah-tengah “kegelisahan” para guru dalam membudayakan aktivitas menulisnya.

Semoga mulai tahun kedua, Agupena Jateng, dengan dukungan berbagai pihak, bisa lebih berkiprah secara nyata di tengah-tengah dinamika dunia pendidikan yang makin kompleks, sehingga bisa ikut menjembatani kepentingan rekan-rekan sejawat yang selama ini masih dihinggapi sikap “inferior” dalam ranah kepenulisan. ***

No Comments

  1. dengan banyaknya yang terlibat, saya yakin akan banyak keragaman, dan itu adalah sebuah potensi besar yg akan memunculkan ide² dan pemikiran yang luar biasa untuk mengembangkan institusi.

    sekaligus salut saya atas dedikasi pak sawali yang juga mengembangkan serta mengurusi media agupena jateng.
    .-= Baca juga tulisan terbaru pakacil berjudul "Dari Indonesia Ke Banjarbaru" =-.

  2. mohon ada penjelasan tentang apa itu Agupena Pak, terus bisa nggak orang-orang jawa tengah yang tinggal di propinsi lain ikut menjadi anggota, komunikasinya lewat blog dan email

  3. Semoga mulai tahun kedua, Agupena Jateng, dengan dukungan berbagai pihak, bisa lebih berkiprah secara nyata di tengah-tengah dinamika dunia pendidikan yang makin kompleks, sehingga bisa ikut menjembatani kepentingan rekan-rekan sejawat yang selama ini masih dihinggapi sikap “inferior” dalam ranah kepenulisan

    Semoga mas terus berkiprah.. salam sayang dari mBandung
    .-= Baca juga tulisan terbaru KangBoed berjudul "Potret Muram Kejujuran dan Amanah Rakyat Negeri" =-.

  4. Bagaimanapun juga keberadaan Agupena merupakan hal yang sangat positif, Pak. Organisasi ini memang semestinya dapat menjadi barometer dan salah satu sumber inspirasi bagi para guru agar mau menulis. Di Kab Pekalongan saya belum mendengar terbentuknya organisasi ini. Mohon p Zulmasri njenengan dorong melalui MGMP-nya. Saya siap mendukung meski saya masih terlalu jauh dari layak untuk dapat disebut sebagai guru penulis.
    .-= Baca juga tulisan terbaru M Mursyid PW berjudul "Genap Setahun Berjodoh Dengan WP" =-.

  5. berdasarkan literatur yg saya baca, umumnya praktisi pendidikan di indonesia (guru sastra dan bahasa) menjadikan kegiatan kepenulisan hanya merupakan bagian lingkaran kurikulum pendidikan saja. mereka hanya menularkan teori-teori saja. tanpa diimbangi oleh produktifitas mereka dalam menulis karena kurangnya semangat berbagi dalam diri mereka. dan tentu ini akan berpengaruh baik secara langsung maupun tidak terhadap lingkungan dan subjek pendidikan disekelilingnya. ^:)^ ^:)^ *mohon maaf apabila kata-kata saya kurang berkenan*
    .-= Baca juga tulisan terbaru neo berjudul "Berbagai hal yang harus dikerjakan ketika tidak sedang ‘Ngeblog’" =-.

  6. selamat pak guru :d semoga di tahun keduannya semoga lebih solid dan sukses selalu. oiya, saya punya ide kenapa guru-guru muda enggak bikin perkumpulan yang disebut kangguru (akang=kakak, guru=guru) biar enggak ada gap antara murid :d heheheh … siapa tahu kalau guru jadi teman, malah belajarnya bisa santai 😉 :)>-
    .-= Baca juga tulisan terbaru rangga aditya berjudul "dapat award dari mas estiko (jimbun punya)" =-.

  7. Selamat dan sukses buat Agupena Jateng. Moga memasuki tahun kedua ini bisa lebih eksis dan bisa menjadi wadah bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis untuk saling berbagi.

    Btw, maaf Pak Sawali, agak lama saya tidak berkunjung ke sini, karena kesibukan, Pak.
    .-= Baca juga tulisan terbaru Edi Psw berjudul "Toko Komputer Yang Pas dan Pasti Puas" =-.

    1. @Toko Diskon, hehehe … sekarang laptop sudah bukan barang mewah lagi mas. hampir semua guru (yang mau maju) sudah punya laptop. alasan kepraktisan jadi utama. toh sekarang sudah ada kredit laptop lho 😉 tante saya yang seorang guru yang bilang begitu. masak bisa kredit motor, hape, dll enggak mau kredit laptop… nanti gampang dibodoin murid yang ilmu komputernya lebih jago lagi … :d
      .-= Baca juga tulisan terbaru gadgetboi berjudul "LinuxMint 8: Helena Edisi KDE" =-.

  8. membangun organisasi dengan tag “Membangun Semangat Berbagi” membutuhkan energi dan semangat yang lebih, setahun telah berlalu tapi energi dan semangat tetap dibutuhkan yang lebih.

    Tantangan internal merupakan tantangan yang menguji seberapa tersedia energi dan semangat, yang memerlukan perhatian dan kesungguhan untuk mengatasinya, yang pada ujungnya akan membantu mengatasi tantangan eksternal.

    Sukses Agupena, setahun sudah lewat, masih terbentang tahun2 berikutnya, semangat terus dengan “Membangun Semangat Berbagi”
    .-= Baca juga tulisan terbaru HE. Benyamine berjudul "PENGETAHUAN TERGUSUR BERSAMA TRANS LABURAN" =-.

  9. selamat ultah Agupena Jateng, semoga makin banyak guru2 yang doyan menulis *kalau bisa sih nulisnya di blog kayak Pak Sawali :)*
    .-= Baca juga tulisan terbaru oglek berjudul "P2" =-.

  10. Wah, Agupena sudah tahun kedua ya? Kalau begitu, selamat ulang tahun deh buat Agupena. Semoga menjadi wadah yang bisa melejitkan potensi para guru dalam bidang tulis-menulis, dan–seperti kata Pak Sawali–tak hanya sekedar organisasi papan nama. iatilah yang mengena sekali ini, Pak. 😀

    Btw, istri saya guru honorer di Pemalang. Saya pernah cerita tentang Agupena karena saya memang hendak mendorong istri menekuni dunia kepenulisan. Apakah guru honorer juga bisa bergabung dengan Agupena, Pak? Kalau di Pemalang sekretariatnya di mana ya? 😀
    .-= Baca juga tulisan terbaru Bung Eko berjudul "Alhamdulillah, Langsung 2 Buku Sekaligus" =-.

    1. amiiin, terima kasih soa dan harapannya, bung eko. btw, utk pemalang sudah terbentuk agupena, kok. kalau ndak salah, ketuanya pak imam musorikh, sebelumnya ketua MGMP bahasa Indonesia smp pemalang. mengenai keanggotaan sangat terbuka utk semua guru dari berbagai tingkatan tanpa membedakan status, dosen, bahkan juga widyaiswara.

  11. Agupena yang saya pahami adalah terobosan profesi yang unik dan langka karena konsentrasi pada bidang kepenulisannya. Setahu saya (lagi) hanya ada satu asosiasi guru-guru yang melirik kepenulisan sebagai ranah kerja organisasi, di samping organisasi itu sendiri. AGupena gak boleh jadi “macan ompong” apalagi di “Shio Macan” Tahun Imlek ini.

  12. sangat positif sekali dan bangga jika kalangan pendidik saat ini mulai berpikir untuk membudayakan menulis di kalangan pelajar khususnya. mengenai bentuk konsolidasi saya rasa memang masih dibutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan konsep tersebut. terkait dana saya kira akan datang dengan sendiri jika organisasi ini telah mendapatkan respon positif dari kalangan penulis lainnya. yang jelas tetap semangat buat Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang terus membangun kualitas SDM di indonesia.
    .-= Baca juga tulisan terbaru liudin berjudul "Memaafkan, Hal Mudah yang Sulit Dilakukan" =-.

    1. salam hangat juga, pak rahmad. duh, ndak ada perbedaan status guru, kok, pak. mangga pak, jika perlu panjenengan yang memprakarsai pembentukan agupena di daerah panjenengan. agupena provinsi insyaallah siap mbantu.

  13. Acara seperti ini memang penting sebagai ajang tukar-menukar ilpengtek dan menyatukan gerak langkah kearah yang lebih baik.
    Semoga sukses mas.
    Salam hangat dari Surabaya

  14. subhanallah, ternyata sudah setahun bergulir sejak pertama kali dibentuk. ya, pak satu, kritik itu bisa dimaknai dengan baik untuk introspeksi. namun bukan berarti agupena jadi merasa terbebani dengan kritik tersebut sehingga merasa tak pernah berbuat apa-apa. saya melihat agupena, sebagai organisasi yang memang masih berusia muda, sudah cukup banyak memberikan sumbangan positif bagi dunia kepenulisan di kalangan profesi guru. ke depannya, insya allah akan lebih banyak lagi terobosan yang dapat dilakukan organisasi ini.

    selamat berulang tahun.
    .-= Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul "Hati-Hati Penggunaan Aipod" =-.

  15. sampai sekarang saia masih mengikuti feed daripada agupena, cuma belum isa komentar, anu..terkadang saia jadi malu pada diri sendiri, mereka masih memiliki niat untuk berbagi, sedangkan saia masih belajar untuk berbagi :((

Tinggalkan Balasan ke Edi Psw Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *