Dirgahayu Negeriku!

Kategori Bahasa Oleh

Delapan windu sudah negeri ini merdeka. Sebuah angka unik yang menggambarkan sebuah kematangan dan kedewasaan hidup. Tidak salah kalau tema HUT RI tahun ini berbunyi:

Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Tingkatkan Kedewasaan Kehidupan Berpolitik dan Berdemokrasi serta Kita Percepat Pemulihan Ekonomi Nasional Menuju Indonesia yang Bersatu, Aman, Adil, Demokratis dan Sejahtera

Suasana heroik selalu saja mewarnai rutinitas tahunan setiap kali kita memasuki bulan Agustus. Ingatan kolektif kita diajak untuk melakukan flash-back, betapa para pendahulu negeri ini telah mengorbankan harta benda, raga, dan jiwa seutuhnya sebagai “tumbal” kemerdekaan negeri ini. Ingat pengorbanan para pahlawan, kita jadi sedih menyaksikan geliat dan dinamika negeri ini yang dinilai belum juga bergeser dari kubangan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan. Angka korupsi terus merangkak naik. Para koruptor yang jelas-jelas telah membuat negeri ini bangkrut masih belum juga diseret ke penjara. Angka pengangguran masih melonjak tajam. Rakyat yang berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak, masih banyak yang harus terlunta-lunta tertelikung nasib.

Dunia pendidikan kita dinilai juga belum sanggup melahirkan generasi masa depan yang cerdas, bermoral, dan berbudaya. Banyak anak-anak dari keluarga miskin yang harus tersingkir dari bangku pendidikan akibat tak berdaya membayar biaya sekolah yang mahal. Mereka yang sudah bergelar sarjana masih juga terombang-ambing memikirkan masa depannya. Demikian juga dari ranah hukum, ekonomi, dan politik. Jurus-jurus ala Machiavelli masih sering kita saksikan, sehingga cara-cara yang bertentangan dengan akal sehat acapkali digunakan untuk memperkaya dan menyelamatkan diri.

Kita bukannya pesimistis. Namun, kalau kita mau jujur, situasi yang masih sarat dengan anomali sosial semacam itulah buah yang kita capai selama delapan windu merdeka. Semoga momen HUT ke-64 ini bisa menjadi bahan refleksi bagi seluruh anak bangsa untuk mempersembahkan yang terbaik buat bangsa dan negara, sehingga pengorbanan para pendahulu negeri ini tidak akan sia-sia. Semoga!

Dirgahayu Negeriku!

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

10 Comments

  1. Mungkin moderasi nih, nggak pa2 yang jelas masih pertamax lah, eh pak Sawali usul mungkin logo 64 th merdeka di kasih di pinggir saja kaya kemarin2, kalau di tengah mengganggu membacanya, tp ini bs jadi ungkapan rasa senang terhadap kemerdekaan 😆

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Tulisan terbaru tentang Bahasa

“DASAR NDESA!”

Gara-gara vlog bertagar #BapakMintaProyek, Kaesang dilaporkan kepada polisi. Tak tahu pasti, bagian

Menulis, Perlukah Bakat?

Dalam berbagai kesempatan bertemu dengan rekan-rekan sejawat dalam sebuah pelatihan menulis, seringkali
Go to Top