Pada era global, dunia ditandai dengan ledakan informasi yang menyergap di segenap lini dan lapis kehidupan. Hampir setiap hari, informasi dari berbagai belahan dunia mengalir deras melalui lorong-lorong media, baik cetak maupun elektronik. Koran, tabloid, majalah, radio, televisi, atau internet banyak diburu orang. Tidak berlebihan jika banyak kalangan menyebut saat ini dunia benar-benar sudah berada di abad gelombang informasi. Mereka yang mampu menguasai informasi, demikian ungkapan yang sering kita dengar, dunia berada dalam genggamannya.
Sejarah telah membuktikan, penguasaan informasi menjadi “kata kunci” untuk membangun sebuah peradaban. Theodore Roosevelt, John F. Kennedy, Jimmy Carter atau Indira Gandhi adalah beberapa tokoh dunia yang mampu membuat sejarah. Pengaruhnya sering mengguncangkan orang sejagat pada zamannya. Berbagai penelitian menunjukkan, mereka adalah tokoh-tokoh dunia yang “keranjingan” membaca. Konon, kemampuan membaca mereka mencapai 1.000 kpm (kata per menit). Luar biasa! Karena kemampuan membacanya yang luar biasa itulah mereka mampu mengambil keputusan secara cerdas, cepat, dan brilian. Hal- hal penting yang mereka putuskan sering kali dipengaruhi oleh buku- buku yang mereka baca. Ini artinya, kemampuan membaca memiliki korelasi yang cukup signifikan terhadap penguasaan informasi. Dengan kata lain, kemampuan membaca cepat merupakan hal yang niscaya untuk dikuasai jika ingin mendapatkan informasi secara cepat dan akurat.
Membaca cepat merupakan aktivitas yang melibatkan kerja otak dan gerak mata. Oleh sebab itu, kemampuan membaca cepat setiap orang berbeda. Hal itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan melakukan gerak mata dan mengoptimalkan kerja otak secara efektif. Meskipun demikian, kemampuan membaca cepat dapat dikuasai siapa pun yang mau belajar dan berlatih intensif.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh seseorang dalam membaca adalah terlalu menekuni detail sehingga kehilangan ide sentralnya. Menemukan ide pokok paragraf atau bacaan adalah kunci untuk memahami apa yang kita baca. Jika ide pokok telah kita kuasai, detailnya akan menjadi lebih mudah kita kenali. Pendek kata, dalam membaca teks, kita harus cepat menemukan ide pokoknya; jangan membuang waktu untuk menekuni detail.
Membaca merupakan aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah tindakan yang terpisah- pisah. Kita tidak dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau tanpa menggunakan pikiran. Akibat kebiasaan yang terbawa sejak kecil, sering kali kita tidak mampu membaca sebuah teks secara cepat dan efektif. Paling tidak ada enam hambatan yang dapat mengganggu kecepatan membaca, yaitu vokalisasi, menggerakkan bibir, menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, menunjuk kata demi kata dengan jari, melakukan regresi (selalu kembali ke belakang), dan subvokalisasi (melafalkan kata-kata yang dibaca dalam batin/ pikiran).
Vokalisasi atau membaca dengan bersuara sangat memperlambat membaca, karena kita harus mengucapkan kata demi kata secara lengkap. Menggumam, meskipun dengan mulut terkatup dan suara tidak terdengar, termasuk membaca bersuara. Untuk menghilangkan kebiasan tersebut, posisikan bibir seperti bersiul ketika membaca dan letakkan tangan di leher (jangan sampai terasa getarannya).
Menggerakkan bibir atau komat- kamit ketika membaca sama lambatnya dengan membaca bersuara. Dengan menggerakkan bibir, kita lebih sering regresi (kembali ke belakang), sebab ketika mata dengan cepat bergerak maju, suara kita masih di belakang. Untuk menghilangkan kebiasaan tersebut, kita bisa merapatkan bibir kuat- kuat, mengunyah permen karet, kedua bibir (bukan gigi) menjepit pensil atau benda lain yang ringan, memosisikan bibir seperti orang bersiul (tanpa suara).
Cara membaca dengan menggerakkan kepala akan menjadi hambatan dalam membaca cepat karena menggerakkan mata itu lebih cepat dan lebih mudah dilakukan daripada menggerakkan kepala. Untuk menghilangkan kebiasaan tersebut, kita bisa meletakkan telunjuk jari ke pipi dan sandarkan siku tangan ke meja ketika selama membaca. Jika tangan terdesak oleh gerakan kepala, sadarlah dan hentikan gerakan itu. Cara yang lain di antaranya tangan memegang dagu seperti memegang- megang jenggot atau meletakkan ujung telunjuk jari di hidung. Jika kepala bergerak, sadarlah dan hentikan gerakan itu.
Cara membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain sangat menghambat kecepatan membaca karena gerakan tangan lebih lambat daripada gerakan mata. Kebiasaan tersebut dapat dihilangkan dengan cara kedua tangan memegang buku yang dibaca atau memasukkan tangan ke saku selama membaca
Kebiasaan selalu kembali ke belakang (regresi) untuk melihat kata atau beberapa kata yang dibaca bisa menjadi hambatan serius dalam membaca cepat. Kebiasaan melakukan regresi bisa disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri, merasa kurang tepat memahami arti kata/ istilah, merasa kehilangan sesuatu, salah baca terhadap sebuah kata atau kebiasaan melamun. Untuk mengurangi regresi, kita harus menanamkan rasa percaya diri (terus saja membaca, jangan ikuti godaan untuk kembali ke belakang), hadapi bacaan atau terus saja membaca sampai kalimat selesai. Apa yang kita kira tertinggal, nanti akan kita temukan lagi. Ingat bahwa kemampuan mata dan otak kita jauh melebihi perkiraan kita.
Subvokalisasi atau melafalkan dalam batin kata- kata yang dibaca juga menghambat kecepatan membaca karena kita lebih memperhatikan bagaimana melafalkan kata- kata secara benar daripada berusaha memahami ide yang terkandung dalam kata- kata yang kita baca. Kebiasaan tersebut bisa dihilangkan dengan cara melebarkan jangkauan mata sehingga satu fiksasi (pandangan mata) dapat menangkap beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya daripada melafalkannya.
Kini, dunia telah melahirkan banyak tantangan. Membaca cepat termasuk salah satu tantangan yang akan mampu menumbuhkan perubahan dalam sikap dan gaya hidup, bahkan juga kecerdasan. Nah, mengapa tantangan semacam ini mesti disia-siakan? ***
Hehehehe.. cepetaaaaaaaaaaaaaaan maaaaaaaas
.-= Baca juga tulisan terbaru KangBoed berjudul Iman dan Cinta =-.
@KangBoed,
walah! kangboed?
Hari gini kalau ga membaca cepat rugi..
.-= Baca juga tulisan terbaru Dhimas berjudul Ganti Gaya, Ganti Penampilan! =-.
@Dhimas, .
bener banget, dhimas, hehe … karena banyaknya info yang mesti diketahui.
benar Pak, harus belajar bagaimana membaca cepat, kemampuan itu sangat penting untuk dapat lebih banyak menyerap pengetahuan dan ilmu.
apa sudah diterapkan di sekolah, hal ini tentu sangat berguna bila sudah diajarkan pada sekolah dasar. Pernah dengar, katanya tingkat perguruan tinggi saja belum semua mengajarkan hal ini, hanya beberapa saja yang menjadikan mata kuliah, mungkin namanya Metode Belajar?
.-= Baca juga tulisan terbaru HE. Benyamine berjudul PUISI (13): MENCARI AKU =-.
agaknya membaca memang termasuk salah satu cara yang tepat utk membangun nilai2 kecerdasan, pak be. sungguh disayangkan kalau di PT sama sekali abai terhadap persoalan ini.
setuju pak. Membaca cepat adalah sebuah tantangan besar yang, menurut saya, memang harus ditaklukkan. Arus informasi demikian cepatnya berputar, tanpa pengimbangan, jelas ini satu nilai minus. seorang rekan kerja pernah bilang: terkutuklah yang tak mau baca dan tak mau menulis Nah…?
bener banget, mas teguh. di tengah gelombang informasi seperti sekarang, membaca cepat agaknya sudah hrs dijadikan sbg kebutuhan. hehe …
Kalo di sini gak mungkin aku bisa fast reading pak. Coba kalo dikasih cipok-cipoknya dengan urutan angka, pasti lebih cepat 😀
.-= Baca juga tulisan terbaru Wandi thok berjudul Blogger=JI? =-.
alah, istilahe pak andi kok ana2 ae, hehe … ana sitilah sipok2 barang, haks.
Cipok pak, kunci pokok. Kalo dalam satu alenia panjang tulisane biasane pada fast reading. Misal di kasih warna/style yg lain nyang memudahken mata membaca 😮 ^O^
walah, saya pikir sing ngeres2, hehe ….