Sebagaimana yang dipublikasikan oleh Kang Kombor, jika tidak ada aral melintang, Jumat, 16 Mei 2008, pukul 13.30-18.00 WIB, di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat, buku kumpulan cerpen saya Perempuan Bergaun Putih akan diluncurkan sekaligus didiskusikan. Jujur saja, saya tak menduga kalau kumcer saya itu akan diluncurkan dan didiskusikan di sebuah tempat yang selama ini dinilai menjadi tempat bergengsi bagi pentas dan diskusi sastra. *narsis*
Sudah lama sebenarnya saya bermimpi untuk memiliki kumpulan cerpen. Ada sekitar 40-an cerpen yang sudah dimuat di koran sejak 1988. Namun, mencari penerbit ternyata bukan persoalan gampang. Apalagi, cerpen dan buku-buku sastra pada umumnya sering jeblog di pasaran. Sangat masuk akal jika jarang dilirik penerbit. Kalau toh ada, itu lantaran masih adanya semangat dan idealisme. Itu pun hanya dimiliki oleh penerbit tertentu. Bisa juga lantaran cerpen yang hendak diterbitkan ditulis oleh pengarang yang sudah punya nama. Mana ada penerbit yang mau menyentuh cerpen-cerpen tak bermutu yang saya tulis? 😛
Beruntung saya ngeblog. Dari dunia itu, saya bisa memublikasikan tulisan-tulisan saya, termasuk cerpen, dengan jangkauan pembaca yang lebih luas. Saya pun makin intens ngeblog. Ternyata blog tak hanya menjadi media yang tepat untuk memublikasikan tulisan, tetapi juga mampu menjalin hubungan pertemanan dan silaturahmi. Mungkin ada benarnya kalau Mbak Chika, dalam komennya di sini, bilang kalau saya seorang guru yang punya banyak teman, hehehehe 💡 *narsis lagi* Blog juga bisa menjadi untuk menumpahkan keluh kesah, bahkan curhat sekalipun. Nah, salah seorang teman yang gencar “memprovokasi” saya agar menerbitkan cerpen-cerpen ke dalam sebuah buku adalah Mbak Hanna Fransisca. Demikian juga beberapa komentar dari teman-teman bloger yang secara tidak langsung memancing “adrenalin” saya untuk makin bersemangat mengumpulkan cerpen-cerpen yang berserakan itu.
Di luar dugaan, naskah saya diminta oleh Mbak Hanna. Atas saran Mas Edy Zaqeus –dedengkot penulis buku dari pembelajar.com– saya diminta menghubungi beberapa penulis untuk memberikan endorsement (penilaian ringkas) untuk cover kumcer saya. Okelah! Perkembangan selanjutnya, ternyata Pak Maman S. Mahayana –dosen Fakultas Sastra UI Jakarta– waktu bertemu dalam Kongres Komunitas Sastra Indonesia (KSI) di Kudus (19-21 Januari 2008), telah diminta Mbak Hanna untuk menulis kata pengantar untuk kumpulan cerpen (kumcer) saya itu.
Saya jadi sangat tersanjung *lagi-lagi narsis* ketika Pak Maman S Mahayana bilang dalam naskah kata pengantarnya bahwa:
Secara tematis dengan pemanfaatan latar yang bermain dalam ruang lokalitas, Sawali Tuhusetya telah memilih wilayah yang aman. Ia bakal menonjol sendiri di antara bertebarannya cerpenis yang muncul belakangan ini. Meski begitu, titik tekan kepentingannya bukanlah di sana. Ada kekuatan lain yang tidak dimiliki cerpenis lain yang kecenderungannya sekadar mengandalkan kekuasaan bahasa, yaitu aura eksotisme yang hanya milik mereka yang akrab dengan dunianya. Kesenian Jawa dengan segala sistem kepercayaan, tata nilai, dan kisah-kisah supernaturalnya –dalam cerpen-cerpen yang terhimpun dalam antologi ini—tentu saja berada dalam wilayah kekuasaan Sawali. Maka, ia menjadi khas, unik. Tetapi ketika ia dikaitkan dengan persoalan masyarakat (Indonesia) yang dalam kenyataannya tetap berada di tengah garis demarkasi antara tradisi dan modernitas, cerpen-cerpen Sawali Tuhusetya laksana menyodorkan kritik sosial yang tajam.
Begitulah, prosesnya. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, tahu-tahu dapat kabar dari Mbak Hanna dan e-mail dari Pak Maman S. Mahayana bahwa kumcer saya bertajuk Perempuan Bergaun Putih itu sudah jadi dan akan didiskusikan sekaligus diluncurkan pada hari Jumat, 16 Mei 2008, bersamaan dengan diskusi buku Kumpulan Puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (Malaysia). Acara yang digelar atas kerja sama PENA MALAYSIA dan Komunitas Sastra dan Komunitas Cerpenis Indonesia (KSI-KCI INDONESIA) itu juga dimeriahkan dengan pentas Baca Fragmen Cerpen oleh Miranda Putri dan Musikalisasi puisi oleh Shobir Poerwanto, dkk.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pak Maman S. Mahayana, Mbak Hanna Fransisca, teman-teman di KSI-KCI, para pemberi endors (Bu Diah Hadaning, Triyanto Triwikromo, Mahmud Hidayat Zy, dan Gunawan Budi Susanto), teman-teman bloger dan pengunjung setia blog ini, serta pihak-pihak lain yang mustahil bisa saya sebutkan, atas semua dukungannya selama ini sehingga cerpen-cerpen saya bisa diterbitkan.
Saya juga akan sangat senang dan merasa tersanjung apabila teman-teman bloger dan siapa pun yang kebetulan membaca postingan sampah ini bisa hadir pada acara tersebut sekaligus –meminjam istilah Mbak Chika– bisa menjadi ajang kopdar “terselubung”. Informasi susunan acara selengkapnya, silakan baca di blog Kang Kombor di sini.
Terima kasih, insya-Allah kita bertemu di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. ***
oOo
Info lain tentang peluncuran Kumcer juga bisa dibaca di blog Bung Edy Caplang di sini.