Surat-Surat Cinta di Stasiun Gambir

Cerpen Pamusuk Eneste Dimuat di Jurnal Nasional (03/22/2009) PAK BEN belum tahu apakah ia akan berangkat ke Gambir atau tidak. Ia sangsi apakah masih ada manfaatnya menyambangi stasiun kereta api…

20 Keping Puzzle Cerita

Cerpen Agus Noor Dimuat di Koran Tempo (03/29/2009) Ambulans yang Lewat Tengah Malam Ambulans yang membawa jenazahmu berkali-kali oleng karena sopirnya ngantuk. “Aku tak mau mati kecelakaan lagi,” katamu. “Sini,…

Sepasang Ular di Salib Ungu

Cerpen Triyanto Triwikromo Dimuat di Kompas (04/12/2009) Akhirnya setelah mencicipi sihir James Bond Martini di balkon The Coogee Bay Hotel yang disaput dingin dan asin angin, Margareth Wilson, yang kupastikan…

Dibalik atau Di Balik?

Dibalik? Oleh Polisi EYD rony.digitalmediaworks.web.id: Dibalik Cerita Dahyang Sumbi. Pemakaian kata depan di dan awalan di- yang sering tertukar adalah termasuk kesalahan yang paling banyak dilakukan. Beberapa kesalahan tersebut dapat…

Sejarah EYD

Dari Ejaan van Ophuijsen Hingga EYD 1. Ejaan van Ophuijsen Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van…

Cerpen dari Mantan Murid

farhanNamanya Mochammad Farhan. Dulu, dia murid saya waktu SMP (2001-2004). Sekarang sudah menjadi teman dan sahabat saya, hahahaha 😆 meski masih tampak benar sikap hormatnya pada mantan gurunya yang katrok ini. Terbukti ketika suatu malam dia bertandang ke rumah, meminta saya untuk membenahi blognya di sini. Maklum, dia baru saja kenal blog. “Wew… kalau mau belajar ngeblog, ya langsung dioprek-oprek sendiri, dong, biar saya yang mbantu!” begitu jawab saya. Dengan cara yang amat santun, dia pun setuju dan hanya kutunjukkan cara-caranya saja.

Sebagai mantan gurunya, tentu saja saya merasa senang dan bangga. Waktu SMP, Farhan memang saya kenal sebagai murid yang cerdas dan rendah hati. Senyum dan keramahannya hampir tak pernah saya lupakan. Lebih membanggakan lagi, ternyata dia juga suka menulis teks sastra, baik berupa puisi maupun cerpen. Cerpennya berjudul “Rain On Desember” pernah dimuat di majalah sastra Horison (edisi Desember 2006). Tentu saja layak diberi apresiasi. Lha wong cerpen saya saja belum pernah dimuat di majalah sastra yang cukup bergengsi itu, kok, hehehehehe 😆

Jelas bahwa keberhasilan Farhan menembus majalah Sastra Horison bukan lantaran *halah* “gemblengan” mantan gurunya, melainkan lebih disebabkan oleh ketekunan, minat, dan keseriusan cowok kelahiran 18 Februari 1988 yang pernah menjadi Aktor Terbaik Nasional Drama Pelajar se-Indonesia 2006 dan Nominasi Aktor Terbaik Drama Pelajar se-Jateng 2007 itu dalam menekuni dunianya. Ketekunan, minat, dan keseriusan itu mampu membuahkan pemikiran dan karya kreatif juga berkat atmosfer lingkungan yang sangat mendukungnya. (Profil Farhan selengkapnya bisa dibaca di sini!)

Catatan terhadap Cerpen-Cerpen Sawali Tuhusetya *)

Oleh: Kurnia Effendi

catatanMembaca cerpen-cerpen Sawali, saya teringat syarat yang pernah saya terapkan untuk diri sendiri, agar saya “yang lain”, sebagai “pembaca” sebelum pembaca lain, lebih dulu menikmati cerpen itu. Lalu teringat juga pendapat seorang cerpenis jauh sebelum saya, bahwa cerita pendek adalah kisah yang habis dibaca dalam sekali duduk. Namun sebaliknya saya juga mendapatkan pengalaman luar biasa dengan membaca cerpen-cerpen panjang (yang seolah melawan kaidah istilahnya sendiri) karya Budi Darma.

Empat syarat (bisa kurang dan lebih) yang kemudian saya pegang itu adalah sebagai berikut:

  1. Kemampuan berbahasa: syarat utama penulis, agar cukup komunikatif, syukur-syukur mengandung estetika
  2. Logika fiksi: sekalipun fantastik ada “hukum” yang menjaga “kebenaran” kisah
  3. Gaya (meliputi teknik penceritaan, struktur, plot, majas, sudut pandang, karakter atau penokohan, dialog, deskripsi, konflik, dll)  bagaimana mengolah gagasan
  4. Orisinalitas: dewasa ini sangat sulit mencapainya, karena setiap pengarang terdahulu akan memberikan pengaruh kepada kita.

Diskusi Buku dan Peluncuran Kumcer

kumcerSebagaimana yang dipublikasikan oleh Kang Kombor, jika tidak ada aral melintang, Jumat, 16 Mei 2008, pukul 13.30-18.00 WIB, di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat, buku kumpulan cerpen saya Perempuan Bergaun Putih akan diluncurkan sekaligus didiskusikan. Jujur saja, saya tak menduga kalau kumcer saya itu akan diluncurkan dan didiskusikan di sebuah tempat yang selama ini dinilai menjadi tempat bergengsi bagi pentas dan diskusi sastra. *narsis*

Sudah lama sebenarnya saya bermimpi untuk memiliki kumpulan cerpen. Ada sekitar 40-an cerpen yang sudah dimuat di koran sejak 1988. Namun, mencari penerbit ternyata bukan persoalan gampang. Apalagi, cerpen dan buku-buku sastra pada umumnya sering jeblog di pasaran. Sangat masuk akal jika jarang dilirik penerbit. Kalau toh ada, itu lantaran masih adanya semangat dan idealisme. Itu pun hanya dimiliki oleh penerbit tertentu. Bisa juga lantaran cerpen yang hendak diterbitkan ditulis oleh pengarang yang sudah punya nama. Mana ada penerbit yang mau menyentuh cerpen-cerpen tak bermutu yang saya tulis? 😛