Sosok Oportunis

oportunisKonon, pada setiap peristiwa besar, akan selalu muncul sosok pahlawan dan penjahat. Pahlawan merupakan sosok yang menonjol lantaran keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Sedangkan, penjahat merupakan sosok yang menonjol lantaran ulah dan tingkahnya yang suka menaburkan benih-benih dendam dan kebencian kepada sesama; suka mengadu domba. Rongga kepalanya selalu penuh siasat-siasat licik dan culas. Mereka rela tertawa ngakak ketika menyaksikan orang lain menderita. Pendeknya, penjahat identik dengan manusia kejam dan biadab yang suka menggadaikan nilai-nilai kebenaran sejati dengan ambisi-ambisi konyol dan tidak manusiawi.

Namun, sejatinya masih ada satu sosok lagi yang juga selalu muncul ketika peristiwa-peristiwa besar tengah terjadi, yakni sosok oportunis. Konon, manusia berkarakter semacam ini bisa ”mancala putra-mancala putri”, gampang beralih rupa seperti bunglon. Senyumnya bisa melebihi pesona kelembutan seorang bidadari, tetapi pada saat yang lain, bisa dengan gampang memasang tampang sangar dan bengis. Repotnya, sosok oportunis ini tak gampang dilacak jejaknya. Mereka biasa menjalankan aksi-aksinya dengan skenario yang rapih. Ulahnya (nyaris) tak bisa lihat dengan jelas.

Sosok oportunis juga tak mau susah-susah kerja keras. Konon, mereka sangat pintar dan piawai mencuri kesempatan; cukup cerdik mengatur siasat, kapan mesti tiarap dan kapan mesti pasang dada. Yang lebih repot, para oportunis sejati dengan wajah tanpa dosa bisa dengan mudah menihilkan buah kerja keras orang lain dan mengklain sukses itu sebagai miliknya. Sebaliknya, ketika siasat-siasat liciknya gampang terendus orang lain, mereka juga bisa dengan mudah mencari kambing hitam dan sekaligus mencari celah untuk bisa menyelamatkan diri.

Saya tak tahu persis, oportunis itu sesungguhnya merupakan bawaan sejak lahir atau tempaan pengalaman dari orang-orang culas di sekelilingnya. Kalau memang bawaan sejak lahir, bisa jadi mereka memang sudah ditakdirkan menjadi sosok abu-abu yang bertugas menciptakan intrik dan konflik. Sungguh, kalau memang sebuah takdir, tak akan gampang melenyapkan peran mereka di atas panggung drama sosial dan budaya kita. Mereka akan terus hadir sepanjang peradaban umat manusia dihadapkan pada peristiwa-peristiwa besar.

Pemilu sesungguhnya juga sebuah peristiwa besar. Dari hajat itu, konon akan muncul sosok yang dengan penuh rasa pede menahbiskan dirinya sebagai pembaharu dengan membawa janji-janji perubahan. Namun, mengapa dari pemilu ke pemilu (nyaris) tak ada perubahan yang bisa dirasakan getarannya oleh rakyat? Mengapa kehidupan negeri yang sudah merdeka lebih dari enam dasawarsa ini tetap jalan di tempat, bahkan dinilai telah mengalami stagnasi? Duh, jangan-jangan selama ini gedung wakil rakyat hanya dihuni oleh sosok-sosok oportunis? ***

No Comments

  1. Kalau dalam buku “Novel Pangeran Diponegoro” karya Remy Sylado, sosok ini sukses diperankan oleh van Rijst. Kalau untuk konteks masa kini, susah juga sih melacaknya. Soalnya dia punya berbagai macam taktik, udah lebih dari bunglon 😀 Kalau saya sih berpendapat karena faktor lingkungan dan pengalaman, sebab pada dasarnya, saya cukup yakin, semua orang terakhir dengan potensi baik dan nakal sekaligus.

    Baca juga tulisan terbaru Donny Reza berjudul Sekelumit ‘Penafsiran’ Sejarah Pangeran Diponegoro

  2. bisa jadi pak di “dalam” masih banyak yang oportunis, selama ini kita juga yang merasakannya tapi dibalik itu semua, masih ada yang hati nurani dalam mengayomi kita sebagai rakyat yang “berusaha baik” sebagai warga negara..

    Baca juga tulisan terbaru gajah_pesing berjudul Kopdar Dadakan 14 Maret 2009

  3. kayaknya assesment yang digalakkan oleh anggota dewan, oportunis digunjingkan ke persoalan kekinian dari proses demokratisasi bangsa ini. Yang di upgrade oleh caleg lebih condong ke persoalan bagaimana menjadi culas, jika ditarik bahasa kasarnya. tapi semoga itu tidak berkesinambungan sehingga bangsa ini mampu menciptakn perilaku2 yang tidak hany oportunis. amin!

    Baca juga tulisan terbaru senoaji berjudul HANGAT!

  4. Wah… ya jelas dong pak, lha sekarang kalo quick count-nya udah kalah marah-marah dulu, baru kemudian evaluasi gimana caranya bisa menang, dengan trik-trik cantik katanya…

  5. haha! kesal sekali sepertinya, pak? tapi memang tindakan oportunis sungguh mengesalkan, karena mereka hanya mementingkan keuntungan diri sendiri di tengah-tengah kesulitan orang lain. dengan begitu, oportunis bisa disamakan dengan munafik tidak, pak?

    mudah-mudahan sifat oportunis hanya berupa mekanisme pertahanan diri di tengah kancah perjuangan hidup, pak, bukannya takdir.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Aku Cemburu

  6. Kalau menurutku oportunis itu dibentuk dari lingkungan, bukan bawaan dari lahir. Karena ketika bayi lahir ia seperti kertas kosong yang masih bersih dari segala macam coretan. Ehm, sepertinya begitu sih…

  7. Setuju Pak Sawali!
    Oportunis selalu muncul, dan sayangnya sistem membuat orang2 seperti itu akan selalu bermunculan entah sampai kapan.

    Apa perlu balik jadi monarkhi ya, jadi raja yang berkuasa sehingga tidak akan ada oportunis baru 🙂

    Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Viva La Vida Tour, Viva Coldplay!

  8. Salam
    Pakde keknya sosok-sosok seeperti itu dlam setiap jaman setiap and sistem apapun pastinya ada, tp mgkn bukan bawaan orok ya, mgkn itu output dari sistem juga yang memang mengkondisikan demikian, Ajang pemilu cuma ajang kampanye-kampanye populis tapi kalo sudah duduk ya itu lupa berdiri bahkan akhirnya orang2 idealispun larut dan ikut tergilas. Hmm klo jaman Islam dulu saat Rasull masih ada, itu tuh kek orang-orang yang disebut orang munafik kali ya *sotoy ga siy

    Baca juga tulisan terbaru nenyok berjudul Siap Boss

  9. oportunis -> memanfaatkan kesempatan. seperti pepatah dari bang napi, kejahatan bukan hanya karena ada niat, tetapi juga kesempatan.

    jangan sampai mereka nanti memanfaatkan kesempatan untuk berbuat jahat di gedung dewan yang mulia..

    selamat hari pertama kampanye, semoga bisa menentukan pilihan sesuai dengan hati nurani 😉

    Baca juga tulisan terbaru DETEKSI berjudul Corporate Social Responsibility

  10. Sosok oportunis kadang kelihatan bgt di perpolitikan kita. Tp masalahnya dia ttp aja punya cara jitu.. Spt kata P Sawali, mereka ini cerdik mengatur siasat. Namun semoga rakyat jg semakin pintar u/ melihatnya..

    Baca juga tulisan terbaru waw berjudul Plugin WordPress Untuk Adsense

  11. memang, Pak sekarang ini apalagi pemilu sudah semakin dekat akan bermunculan orang – orang yang oportunis yang sepertinya ingin memperjuangkan aspirasi rakyat!
    Untungnya saya nggak ikut pemilu karena saya nggak punya kartu pemilih! 🙂

    Baca juga tulisan terbaru Sariyatno berjudul Sumpit!

  12. banyak sekali orang jadi bunglon, saya jadi ingat tetangga saya justru dengan adanya pemilu ini dia memanfaatkan moment untuk mengais rejeki dengan cukup dateng terus siap menempelkan pamplet paara caleg dapet deh 50-100 ribu…dan dilakuinnya kecaleg lain dengan partai berbeda..

    yang jelas waspadai caleg yang berganti jas tapi kelakuan tetep jahat

    Baca juga tulisan terbaru Omiyan berjudul Kasus Dhea Imut#Tangkap Pelaku dan Tutup Situsnya

  13. Saya geram banget dengan tingkah para oportunis itu. Ingin saya mewartakan ada seorang capres oportunis yang harus kita waspadai. Dananya berjibun. Iklannya sangat menarik, sehingga anak saya sendiri suka banget.

  14. Bangsa ini baru seumur rata-rata umur penduduknya Pak, jadi ya masih terus berevolusi. Namanya evolusi itu lama. Bandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, mereka juga butuh ratusan tahun untuk sampai pada kondisi sekarang.
    Dari 5 negara dengan penduduk besar, kayaknya baru Amerika Serikat dan Jepang saja yang tingkat kemakmurannya tinggi. Indonesia, China, dan India masih berjuang untuk mencapai itu.
    Mari kita sama-sama berjuang, mengalahkan oportunis yang tentunya berjuang sendiri-sendiri (namanya juga oportunis hehehe, masa berjuang untuk kepentingan orang lain).

    Baca juga tulisan terbaru Iwan Awaludin berjudul Beasiswa “ITB Untuk Semua” (Kuliah gratis di ITB, termasuk biaya hidup)

  15. Oportunis biasa terjadi karena sebab yang kedua pak. ekses dari tempaan orang2 culas disekitarnya. tapi ini menurut saya pribadi. Karena kebanyakan orang opurtunis tidak sendiri. banyak pendahulu2nya dimana dia adalah korban dari pendahulunya itu. Orang opertunis bagai berdiri didepan pintu. gak mau dalam-dalam. Jika rumah terbakar maka dia akan aman dan langsung melarikan diri. Jika rumah masih aman, apalagi kalau didalamnya penuh makanan maka orang ini yang paling cepat nyantap. dasar serakah juga rupanya 🙂

    Baca juga tulisan terbaru novi berjudul Fenomena Cewek Pulsa dan Bisnis Baru di Kereta

  16. anhar gonggong bilang: peristiwa besar akan menciptakan aktor. rezim yang akan menentukan siapa-siapa yang pantas menjadi pahlawan (atau oportunis, atau pengkhianat. atau tidak menjadi apa-apa).

    Baca juga tulisan terbaru masmpep berjudul ‘virus’ apito

  17. Kalau dalam permainan sepak bola terutama sbg penyerang. Yang paling mantap adl sosok opurtunis, ketika gelandang bekerja keras mencari bola, sang penyerang mencari peluang utk menceploskan bola ke gawang lawan… Heheheheh, ga nyambung ya…

    Baca juga tulisan terbaru tengkuputeh berjudul HIKAYAT SANG PEGEMBARA BAGIAN DUA

  18. Kalo menurut saya, da orang yg memang punya bakat oportunis namun baru belakangan sadar dgn bakatnya itu.

    Kadang2 oportunis jg dibutuhkan tp memang klo oportunisnya kelewatan, ujung2nya merugikan jg.

    Baca juga tulisan terbaru zee berjudul Kapur Barus Addicted

  19. nah inilah permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini banyak sekali sosok oprtunis. tapi permasalahan sebaiknya jangan dihindari tapi dicarikan solusi. solusinya jangan memilih wakil rakyat yang oportunis itupun kalau ada.

    Baca juga tulisan terbaru endar berjudul Dinamika Kehidupan

  20. tulisan yg bagus Mas. mohon ijin, bole aku kutip sbagian utk aku publish di facebook Mas…? (aku te2p cantumin alamat blog Mas sbg sumbernya)
    matur nuwun…

  21. setiap orang di dunia memiliki sifat oportunis baik yg menyadari atau tidak…
    karena sifat oportunis timbul akibat desakan atau dari pengalaman hidup…
    sifat oportunis menurut saya tidak beda dengan sifat demokratis…
    orang yg memiliki sifat oportunis tidak memaksa orang lain untuk ikut dengan’y namun jika orang yg ikut dengan’y tidak menguntungkannya(orang yg bagai benalu), apa boleh buat dia meninggalkannya…
    jadi orang yg memiliki sifat oportunis itu lebih baik, dari pada orng yg bagai benalu…
    kebanyakan di Indonesia memiliki sifat bagai benalu, yg pengen’y enak saja…

    1. saya setuju dengan Anda, tapi terkadang ada seseorang yang memandang sebelah sifat oportunus, sehingga sifat itu dinilai negatif.

      1. BIarkanlah seseorang itu menilai kita apa,,,
        yg penting kita tidak merugikan orang lain,,,
        🙂

  22. aku nggak mau mempunyai sifat oportunis, namun sifat itu muncul tanpa aku sadari. bagaimanakah cara mengendalikan sifat yang demikian itu????

  23. saya sadari oprtunis terdpt dlm diri saya,,,tp menurut saya bagaimanapun karakter khas Qita dpt menjadi positif tergantung dari cara Qita menyiasatinya…

Tinggalkan Balasan ke Sariyatno Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *