Perlukah Pendidikan Politik Masuk Kurikulum?

kampanyeMenjelang Pemilu, atmosfer dunia pendidikan agaknya tak kalah seru. Jenjang pendidikan SMA, SMK, atau MA menjadi target untuk mendulang suara dari pemilih pemula. Naluri politik para politikus negeri ini agaknya telah mencium kalau dunia pendidikan bisa menjadi basis yang strategis untuk menaikkan pamor politik. Tak heran jika para caleg berupaya meraih simpati dari kalangan guru dan siswa. Meski sudah ada larangan berkampanye di lembaga pendidikan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008, mereka tetap melakukannya meski dengan cara sembunyi-sembunyi.

Apa pun wujudnya, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, kampanye politik merupakan bentuk propaganda yang telah mengarah pada politik praktis. Trauma politik selama rezim Orde Baru memang dinilai telah menciptakan luka politik bagi generasi masa depan negeri ini. Mereka sengaja dibutakan dari berbagai persoalan sosial-politik kebangsaan. Anak-anak masa depan negeri ini hanya diarahkan untuk menjadi robot-robot zaman yang harus menghamba pada sang pengendali kekuasaan.

Meski demikian, sejarah politik yang kelam semacam itu tidak harus dijadikan sebagai alasan pembenar terhadap politisasi pendidikan. Anak-anak negeri ini memang perlu melek politik. Mereka perlu belajar dan sekaligus memahami berbagai persoalan yang sedang dihadapi bangsa dan negerinya. Akan tetapi, pendidikan politik yang perlu diaplikasikan ke dalam lembaga pendidikan bukanlah dalam bentuk propaganda politik praktis yang akan mengarah pada proses pembusukan intelektual, melainkan pendidikan politik yang sehat dan mencerahkan.

Para siswa perlu diajak untuk memahami persoalan-persoalan kebangsaan melalui proses pembelajaran yang dialogis dan interaktif. Pendidikan politik juga tidak perlu dijadikan sebagai materi pelajaran tersendiri. Berhasil menanamkan nilai-nilai kearifan politik ke dalam ranah pemikiran siswa sudah merupakan sukses tersendiri bagi sebuah lembaga pendidikan. Melalui penanaman nilai kearifan politik semacam itu diharapkan kelak mereka mampu menjadi pemain-pemain politik yang cerdas dan elegan sehingga tidak mudah melakukan tindakan-tindakan konyol yang bisa merugikan bangsa dan negara.

Kita sungguh prihatin menyaksikan ulah kaum elite politik kita yang sudah kehilangan nilai kearifan dan fatsun politik. Mereka cenderung menghalalkan segala cara dalam mencapai ambisi dan keinginan. Yang lebih menyedihkan, mereka juga tak segan-segan menjatuhkan rival politik melalui praktik “kampanye hitam” yang sangat tidak cerdas. Saling klaim dan sekaligus memberikan stigma kepada lawan politik sudah dianggap sebagai strategi politik yang sah. Yang tidak kalah memprihatinkan, tak sedikit elite politik kita yang tersandung persoalan hukum akibat nihilnya nilai kearifan dan fatsun politik dalam ranah kehidupan politik mereka.

Sungguh, jika situasi semacam itu terus berlanjut dari generasi ke generasi, bukan tidak mungkin negeri kita hanya akan disuguhi permainan akrobat politik yang tidak masuk akal dan menjenuhkan. Imaji politik seolah-olah sama dan sebangun dengan permainan busuk dan kotor. Padahal, sesungguhnya politik merupakan bagian dari strategi kehidupan untuk mencapai tujuan. Jika dilakukan secara benar, jujur, cerdas, dan elegan, pasti akan mendatangkan kemaslahatan dan kesejahteraan buat rakyat.

Dalam konteks demikian, dibutuhkan penanaman nilai-nilai kearifan dan fatsun politik secara benar melalui dunia pendidikan. Dalam pandangan awam saya, hancurnya tatanan politik di negeri ini merupakan imbas dari minimnya dunia pendidikan politik kita dalam menyentuh nilai-nilai kearifan politik. Selama menuntut ilmu di bangku pendidikan, para siswa didik (nyaris) tak pernah mendapatkan pendidikan politik secara benar. Mereka belajar politik secara langsung di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang sudah sarat dengan pembusukan dan anomali politik. Imbasnya sudah bisa ditebak. Ketika terjun ke dalam ranah politik praktis, mereka menjadi abai terhadap nilai-nilai kejujuran, kearifan, dan kesantunan.

Sudah saatnya dunia pendidikan kita mengakomodasi berbagai persoalan yang langsung bersentuhan dengan hajat hidup rakyat banyak. Jangan sampai, dunia pendidikan kita berdiri di puncak menara gading kehidupan yang akan mengasingkan anak-anak masa depan negeri ini dari berbagai persoalan riil yang dihadapi bangsa dan negaranya. Dengan kata lain, nilai-nilai kearifan dan kesantunan politik perlu segera disentuh dan diaplikasikan ke dalam dunia pendidikan yang disajikan secara integratif ke dalam berbagai mata pelajaran yang relevan. ***

No Comments

    1. @Pencerah,
      hehehe … tujuannya memang begitu, mas pencerah. dg pendidikan politik yang sehat, kelak generasi masa depan negeri ini tak gampang melakukan tindakan konyol seperti yang sekarang sedang marak dilakukan olej para wakil rakyat kita.

  1. Saya kira perlu, Pak. Menurut sejarah yang saya pelajari di sekolah dulu, politik tabu di bawa ke dunia pendidikan karena pergantian panglima. Apabila sebelumnya politik menjadi panglima maka sejak Orde Baru berkuasa, ekonomilah yang sebagai panglima. Akibatnya, dunia kampus pun kena NKK/BKK.

    Untuk kembali mengingatkan kita akan ajaran Bung Karno mengenai nation and character building, saya kira sudah sepantasnya pendidikan politik masuk ke dalam kurikulum. Syaratnya, jangan sampai membebani murid. Kasihan juga sih kalau ditambahi materi baru. Masukkan saja ke PKN atau pelajaran apa gituu…

    Baca juga tulisan terbaru Moh Arif Widarto berjudul Presiden Dianggap Melakukan Perbuatan Tercela

  2. tanpa sekolah, saia yakin semua mampu meng-implementasikan di masyarakat, contoh kecil aja dalam pemilihan RT, juga sudah termasuk POLITIK…

    *itu pendapat saia lo pak… 😀 *

    Baca juga tulisan terbaru gajah_pesing berjudul switch hub

  3. penting banget pak, politik menurut say adalah seni meyakinkan orang lain dengan jujur dan bertanggung jawab. Oleh karena itu jika pendidikan politik yang beradab mampu kita hadirkan dari dini, maka kedepan kita akan melahirkan tunas bangsa yang mampu menghargai orang lain, meghargai perbedaan, mampu mengakui kemenangan orang lain serta mampu bekerjasama dengan siapa saja…tapi kapan ini terwujud ?

    Baca juga tulisan terbaru imoe berjudul …aborsi…

  4. dalam kacamata awam saya gak tahu apa yg diajarkan di FISIP. sptnya P nya adalah Politik. lha ini mau ditanamkan ke jenjang Pendidikan Sekolah. Bisa-bisa nanti jurusan lain semacam arsitektur, arkeologi, kedokteran, planologi, elektro pada ngiri semua. diskriminasi namanya, seakan Ilmu lain tidak penting. Lebih2 sekarang musim bencana, masukkan saja Geologi ke Korikulum 😉

    Kalau memang politik berisi pemahaman ttg Sejarah politik Indonesia kenapa tidak masuk dalam PPKN, Sejarah, atau semacamnya saja. Atau kalau mmg pengajaran tentang kampanye kenapa tidak memberdayakan OSIS saja. Dulu saya sekolah otomatis jadi ANGGOTA Osis tapi sampai lulus gak pernah diajak rapat. Adapaun MPK (majelis perwakilan Kelas) cuma segera formalitas. dia nggak pernah tanya kepada kami apa yang diharapkan teman2 sekelasnya.

    Ajarkan saja kejujuran dan kepekaan terhadap sekitar agar kelak seumpama jadi politikus bisa amanah.
    Ajarkan saja sejarah yg obyektif, tidak versi orla,orba,or or lainnya agar siswa bisa waspada dan tidak jadi korban politik lagi.

    Itu sekolah yg ngajarin politik cuma cari sensasi saja agar masuk TV. (doh)

    1. @novi,
      hehehe …pendidikan politik di sekolah menengah bukan diarahkan utk mencetak politisi, kok, mas novi. tapi lebih diarahkan pada upaya pembentukan karakter dan kepribadian sehingga kelak mereka ndak gampang melakukan tindakan2 konyol ketika hidup di tengah2 kehidupan mayarakat.

      1. @Sawali Tuhusetya,
        Baru mudeng maksudnya dari jawaban sini, setelah mbaca posting n komen satu-satu, Maklum wong ndeso 🙂
        Tapi kayaknya gpp kalo ada pembelajaran semacam, bagaimana menjadi caleg, bagaimana tata cara berkampanye, sampai meraih trik dukungan swara terbanyak… 🙂

  5. IMHO, untuk kurikulum bukannya politik teoritis sudah masuk ke dalam Kewarganegaraan? Politik praktis pun sudah diajari dengan berorganisasi (semisal OSIS) dan pemilihan ketua OSIS secara langsung.

    Baca juga tulisan terbaru Goen berjudul Jimbo

    1. @Goen,
      hehehe .., dalam pkn memang sudah ada, mas goen. tapi agaknya belum cukup, apalagi pkn juga masih dibebani dg berbagai pesan moral, sehingga perlu ada gerakan utk mengintegrasikan pendidikan politik yang sehat dan mencerdaskan lintasmata pelajaran yang relevan.

      1. @Sawali Tuhusetya, nah untuk pembelajaran politik itu (di sini yang dimaksud adalah teori politik, bukan politik praktis) apa sekolah sudah siap mejadi lembaga yang ndak ditunggangi ideologi politik apapun?

        Btw tadi di komen saya kok kedeteknya posting terakhir “Jimbo”, padahal itu sudah sejak Natal tahun lalu… 🙁

  6. Pak Sawali, pejabat tertinggi di tempatku beberapa hari lalu tertangkap video kamera sedang kampanye di sebuah sekolah. Video itu pun menyebar di media massa. Sang pejabat itu pun diprotes banyak orang. Panwas juga didemo agar menindak pejabat yang berkampanye ria itu. Tapi, anehnya, sang pejabat justru sibuk hendak menuntut orang yang merekam dan menyebarkan video itu. 👿

    1. @racheedus,
      wah, bener juga tuh, mas rache. saya juga membaca beritanya. padahal, kampanye di lembaga2 pendidikan jelas dilarang. tapi kenapa justru mereka yang terindikasi melakukan pelanggaran malah mau menggugat balik. duh, gimana toh ini? hiks.

  7. Saya kurang setuju kalau Politik dimasukkan ke dalam kurikulum, Pak.
    Alasan saya simple, politik menurut saya adalah imbas bukan pokok.
    Jadi lebih baik diperdalam pengetahuan tentang pemerintahan, moral, etika sehingga ketika para siswa nantinya berpolitik, ia tidak menggunakan politik itu sendiri sebagai landasannya.

    1. @DV,
      iya, memeng bener, mas dony, tapi sesungguhnya nilai-nilai politik yang diaplikasikan dg cara yang santun dan kearifan justru perlu dibudayakan sejak di bangku sekolah, agar mereka kelak tak gampang melakukan tindakan konyol ketika sedang berada dalam ranah kekuasaan, hehe ….

  8. sangat perlu pak Sawali, sehingga peserta didik bisa memahami secara gamblang, baik politik pendidikan, kekuasaan dan lain sebagainya, dan seharusnya sudah diwadahi dalam pelajaran civics atau kewarganegaraan, karena semakin mereka kritis maka semakin ada harapan untuk masa depan…

    Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul Internet Explorer 8 bisa dicopot di Windows 7

    1. @suryaden,
      idealnya memang begitu, mas surya. pendidikan politik tak harus menjadi mapel tersendiri. dalam pelajaran PKn konon sih sudah ada pembahasan masalah politik. tapi yang ada di mapel itu cenderung teoretis dan kognitif, bukan aplikatif.

  9. langsung menjawab judul: intinya sepakat sama suryaden…
    -bukankah seharusnya bisa diintegrasikan dalam mata pelajaran kewarga-negaraan pak?
    -hhmmm… untuk tingkat sekolah lanjutan atas sepertinya sudah perlu dipisah…

    Baca juga tulisan terbaru Andy MSE berjudul Tertembak di LORIN

    1. @Andy MSE,
      konon memang sudah ada, mas andy, tapi sepanjang yang saya tahu, lebih cenderung teoretis dan kognitif. padahal, anak2 justru perlu diajak berdialog dan berdiskusi bagaimana sesungguhnya nilai2 pendidikan politik yang lebih santun dan arif itu diterapkan dalam kehidupan.

  10. Bagus juga kalo pengetahuan politik sudah ditanamkan sejak masa didik. Setidaknya baik pelajar, mahasiswa, maupun orang awam lainnya mengetahui seluk beluk politik yang sehat itu seperti apa.

    Supaya kita tidak terus-menerus dibodohi oleh penguasa yang kurang arif.

  11. Neh nova Pak…Dengan blog baru saya
    Kalo saya Sutuju, berpolitik dengan baik itu lebih baik ditanamkan dari dini. sehingga sikap mental yang baik nantinya dapat benar-benar tertanam dari dini.
    gak kaya Sekarang semua Haus kekuasaan…tanpa perduli wong cilik… 🙂

    Baca juga tulisan terbaru nova berjudul Saya bangga menjadi calon guru

  12. mendin terang-terangan diajarin sih pak daripada sembunyi-sembunyi..
    masalahnya mindset anak muda itu masih gampang dibelok-belokin…
    kecuali yang model saya…
    hehehe…

    Baca juga tulisan terbaru moerz berjudul Hampir 12 Malam

  13. dimasukan dalam kurikulum kusus kayaknya pada tingkatan tertentu saja, tapi politik itu diajarkannya diselipkan dalam mata pelajaran lain…., nasih banyak pelajaran yang berhubungan dengan politik itu sendiri

    Baca juga tulisan terbaru alief berjudul Penyebaran Aliran Sesat

  14. sampai sekarang saya itu masih bingung dgn apa itu pendidikan politik. materinya apa ya? kenapa harus dilakukan? apakah biar orang tahu ttg politik atau supaya orang mau mau jadi politikus? lha kalo ketemu polikucing mlayuuu….

    Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul Nasi Godog

    1. @ciwir,
      pendidikan politik ini idealnya lebih mengarah pada upaya pembentukan karakter agar kelak mereka bisa memahami bagaimana memilih strategi yang santun dan arif di tenha2 kehidupan masyarakat, mas santri, hehe …

  15. Disadari atau tidak, setiap orang sudah berpolitik dalam kehidupan sehari-harinya.. tapi utk memasukkan politik ke kurikulum, aku sih nggak setuju.. sebaiknya isu/topik politik nggak usah dijadikan topik penting sehingga orang yg tidak berkompeten dibidang politik (misal artis, pelajar, mahasiswa, pengusaha, ilmuwan, tukang becak dsb) bisa fokus berkarya di profesinya masing-masing.. Materi politik cukup diajarkan dalam mata kuliahnya para calon politikus aja..

    1. @Fadhil,
      sesungguhnya nilai2 pendidikan politik yang diintegrasikan ke dalam materi pembelajaran tdk diarahkan pada politik praktis, mas fadhil, tetapi lebih pada upaya pembentukan karakter dan kepribadian agar kelak mereka bisa berpolitik secara elegan dan santun.

  16. Mungkin, Pak Sawali Tuhusetya perlu ngobrol dengan guru PKn di sekolah terutama SLTA.

    Yang saya tahu, pendidikan politik itu udah masuk dalam kurikulum pelajaran PKn.

    Misal untuk SMK/MA di semster genap kelas X ada:

    Standar Kompetensi : Menganalisis sistem politik di Indonesia

    Kompeteni Dasanya: Mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia

    Materi pelajarannya:
    1. supra struktur dan infra struktur politik
    2. pengertian sistim politik Indonesia
    3. cara berpolitik melalui Suprastruktur politik atau lembaga formal negara
    4. Infrastruktur
    5. kelompok kekuatan politik dalam masyarakat
    6. partai politik
    7. kelompok kepentingan
    8. kelompok penekan
    9. media komunikasi politik

    Kesimpulannya : pelajaran politik sudah masuk dalam kurikulum termasuk materi korupsi.

    Kegiatan siswa yang berbasis pembelajaran politik juga sudah biasa dilakukan seperti Pemilihan Ketua OSIS secara langsung, ada panitia pemilihan, ada debat, ada kampaye dan pencoblosan.

    Barangkali yang menjadi persoalan saati ini bahwa praktek politik di negara kita menurut saya tidak mendidik, tidak sehat dan tidak indah.

    Apa-apa harus pakai uang.
    Jabatan atau kedudukan seolah dan kebanyakan harus dibeli uang.
    Akhirnya ketika sudah menjabat yang dipikirkan hanya uang dan uang.

    Kasus terbaru menunjukkan, anggota DPR yang kena razia KPK karena suap. Sebenarnya tidak bisa disalahkan 100 % karenas sistem sekarang mendukung praktek seperti itu.

    Saat ini jangan harap tokoh yang mampu, jujur dan kredibel bisa menjadi pemimpin kalau tidak punya uang. Impossible…

    Maaf, komentarnya agak panjang…

    Baca juga tulisan terbaru Deni berjudul Reorientasi Sertifikasi Guru

    1. @Deni,
      wah, terima kasih banget tambahan infonya, pak deni. ternyata, sudah banyak materi politik yang masuk dalam mapel pkn. yang perlu dipikirkan adalah bagaimana agar materi2 yang berkaitan dg masalah politik semacam itu bisa lebih mengarah pada upaya pembentukan karakter dan kepribadian agar kelak mereka bisa berpolitik secara santun dan elegan.

  17. Kegiatan ekstra kurikuler seperti OSIS, Pramuka dsb itu sebenarnya sudah bisa jadi pendidikan politik sekelas pelajar. Yang kemudian perlu ditekankan adalah bagaimana nilai-nilai kearifan itu bisa menjadi kepribadian setiap siswa bukan hanya sebuah pelajaran. Saya lebih setuju jika sekolah lebih banyak mengeksplor/mempraktekan nilai-nilai budi pekerti dan kecerdasan emosional siswa. Sehingga sejak dini lebih aware akan mana yang benar mana yang salah. Begitu kira-kira pak Sawali

    Baca juga tulisan terbaru mascayo berjudul Alhamdulillah sudah seminggu saya tidak merokok

    1. @mascayo,
      utk siswa SD hingga SMP, agaknya memang perlu diutamakan utk penanaman nilai2 budi pekerti, mascayo. namun, utk SMA dan sederajat, agaknua juga perlu mulai diperkenalkan dg nilai2 kearifan yang berkaitan dg masalah politik (bukan politik praktis) agar kelak mereka bisa ikut berkiprah terhadap persoalan bangsa dan negerinya.

  18. menurutku sih perlu mas, walau nggak 100% pelajaran itu ngebahas ttg politik secara keseluruhan, mungkin bisa dimasukkan di dalam pelajaran sejarah, yg nantinya para tokoh2 muda, bisa lebih cerdas dan melek akan politik baik tempo dulu maupun tempo sekarang dan bgimana perkembangan kedepannya…

    Baca juga tulisan terbaru okta berjudul I Can`t Leave This One…

  19. beda dengan saya waktu sekolah dulu saat jaman orba. saya ingat betul guru pmp saya mengarahkan ke parpol tertentu. sekarang sudah bebas tapi jangan sampai kebablasan

    Baca juga tulisan terbaru endar berjudul Arti kehadiran

  20. Ya tentunya pihak yang brwenang juga harus menela’ah secara teliti bila pembelajaran politik dimasukan dalam kurikulum. apa positivnya dan apa negarifnya. itu saja pak dari saya 😉

    Baca juga tulisan terbaru arifudin berjudul 3gp Free download

  21. perlu sekali pak. ilmu sosial masih dianggap ilmu paria di republik ini. masih banyak guru ilmu sosial yang bilang: ilmu sosial adalah ilmu relatif. sehingga tak pernah ada nilai 10 di raport untuk pelajaran-pelajaran sosial. berbeda dengan matematika, fisika, kimia. guru tak ragu-ragu menulis nilai sempurna di raport.

    salam.

    Baca juga tulisan terbaru masmpep berjudul demi buku

    1. @masmpep,
      salam juga masmpep, saya kira memeng seperti itu idealnya. penanaman nilai2 kearifan politik idealnya juga perlu disentuh agar kelak generasi masa depan negeri ini bisa ikut memikirkan persoalan yang dihadapi bangsa dan negaranya.

  22. harapan kita adalah generasi penerus para putra putri bangsa jadi supaya beretika dan berpolitik dengan benar.biar ngak seperti sekarang politik saling tampar – menampar hanya untuk memperoleh suatu kedudukan. semoga kita semua diberikan petunjuk ke jalan yang benar. . . .

    Baca juga tulisan terbaru Bet berjudul Maulid

  23. Mungkin yang paling penting diperkuat di sekolah adalah pendidikan Civic atau ihwal hak dan kewajiban warga negara. Dengan sendirinya akan tercakup pula pendidikan politik, termasuk etika politik dan kenegarawanan.

    Sedangkan di tataran politik praktis, tanggung jawab utama untuk menyelenggarakan pendidikan politik adalah di pundak parpol. Itulah alasan utama mengapa partai politik penting dan merupakan aset bangsa. Kalau targetnya cuma buat merebut kekuasaan, itu namanya pedagang sapi, hehehe…

    Selamat berkarya Mas. Horas.

    Baca juga tulisan terbaru Raja Huta berjudul Menjual Keperawanan

  24. saya kira perlu Pak… tetapi pendidikan politik yang benar-benar menyadarkan anak didik untuk bisa berpolitik dengan baik dan berakhlak itu yang paling penting 🙂

    sekarang askese blog ini sudah cepat lagi (mungkin dulu speedy di t4 saya yang rada2 eror kali ya :mrgreen: biasa speedy 😀

    Baca juga tulisan terbaru hmcahyo berjudul Foto2 Writing School @ BBIB SIngosari #1

    1. @hmcahyo,
      yaps, saya setuju mas heri. nilai2 pendidikan politik yang disajikan dalam proses pembelajaran lebih diarahkan pada upaya menanamkan nilai kearifan dan kesantunan sehingga kelak mereka mampu memahami persoalan bangsa dan negaranya dg baik.

  25. ada baiknya politik dimasukkan dalam kurikulum, karena banyak sekali masyarakat yang buta politik walaupun sudah tamat pendidikan formal. pendidikan politik yang baik akan membekali siswa untuk bisa memilah praktik politik yang baik dan bersih (apa ada, ya? hehe!) dan pratik jahat dan kotor.

    dengan pengetahuan yang baik, mereka diharapkan akan menjadi generasi yang lebih santun bila akan terjun ke rahan politik, atau generasi yang tidak gampang dipecundangi sebagai rakyat.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Soal Libur Panjang

  26. Teruji bahwa pendidikan politik yang selama ini diberikan belum sepenuhnya efektif. Etika politik masih jauh dipraktikkan dalam dunia politik kita. Perangai para politikus masih mengutamakan kemenangan hasrat personal sang politikus dan kelompoknya, belum pada pencerdasan kehidupan masyarakat, kemajuan harkat hidup, dan nilai-nilai kejuangan bangsa. Perlu penataan ulang sosialisasi kehidupan politik yang esensial demi kemaslahatan bangsa ini.

    Salam hangat kebul-kebul, pak Sawali. 😛

    Baca juga tulisan terbaru Hejis berjudul Cerbung: Adinda, Kau Pasti Bangga Aku Mencintaimu

    1. @Hejis,
      salam hangat juga, mas hejis, makasih banget tambahan infonya yang mencerahkan, mas hejis. agaknya seperti itulah kualitas politisi kita. mereka lebih meletakkan kepentingan pribadi dan kelompok di atas kepentingan umum dan konstituennya, hiks.

  27. Bagi politikus, pemilih pemula adalah lahan bagus untuk disemai, karena itu mereka secara “kreatif” mencoba masuk ke sana..

    Dan soal pendidikan politik untuk mereka, secara nyata bagaimana cara yang arif untuk mereka ini ya Pak..saya lihat apatisme juga mulai merambah mereka…

    Baca juga tulisan terbaru icha berjudul Kitab Pemoeas Dahaga dan Empat Pengembara

  28. waduh menurut saya sdh cukup adanya pendidikan kewarganegaraan., kalau pelajaran politik yaa didapat dr universitas sajalah, yang memang ingin mau mempelajari politik. nanti kebanyakan pelajaran di sekolah, makin banyak yang malas sekolah. hehe
    .-= Baca juga tulisan terbaru karla berjudul "3 tahap buat robot sederhana" =-.

    1. hehe … meski tdk harus menjadi pelajaran tersendiri, pendidikan politik perlu juga diperkenalkan secara lintasmapel utk memberikan wawasan cara berpolitik secara arif, matang, dan dewasa.

  29. nGomomgin politik emang kadang bikin beda pendapat,
    emmm…..
    bner ndak each asumsi mengenai politik tu merupakan BARANG HARAM bagi masyarakat awam it bner???????? 🙂

Tinggalkan Balasan ke Moh Arif Widarto Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *