Haris Firdaus di Balik Misteri Nusantara

misteriJudul buku: Misteri-misteri Terbesar Indonesia
Pengarang: Haris Firdaus
Penerbit: Katta, 2008 (Solo)
Edisi: Cetakan pertama, Desember 2008
Tebal: 164 halaman

Selain kondang sebagai negeri subur dengan daya dukung potensi alam yang melimpah, negeri kita juga dikenal sebagai bangsa yang akrab dengan klenik dan mitos. Pertautan sinergis antara alam dan dinamika kehidupan bagaikan dua sisi dalam kepingan uang logam; sangat erat dan (nyaris) tak dapat dipisahkan. Tanda-tanda alam selalu dikaitkan dengan gerak dan denyut kehidupan masyarakat. Suara burung prenjak yang ngganter di sebelah rumah, misalnya, diyakini sebagai pertanda akan datangnya tamu agung. Demikian juga peristiwa gerhana atau bulan. Fenomena alam semacam itu diyakini akan memberikan tanda-tanda khusus tentang serentetan peristiwa yang bakal terjadi.

Konon, setiap manusia memiliki jagad mikrokosmos (jagad cilik) yang dijadikan sebagai media untuk mendapatkan pencerahan spiritual berdasarkan petunjuk Sang Khalik. Kekuatan-kekuatan rohaniah yang menyeruak dari jagad mikrokosmos itulah yang (konon) akan menjadi peta kehidupan manusia dalam menjalani kodratnya. Selain itu, setiap manusia (konon) juga tak bisa melepaskan diri dari kekuatan makrokosmos (jagad gedhe) yang tergelar di atas hamparan semesta sebagai manifestasi ayat-ayat Tuhan. Gunung, bukit, laut, lembah, ngarai, atau pepohonan, merupakan bagian dari kekuatan makrokosmos yang akan memberikan aura (positif/negatif) terhadap kehidupan umat manusia.

Dalam konteks makrokosmos, gejolak alam konon juga diyakini sebagai pertanda baru akan terjadinya sebuah perubahan. Gunung meletus, banjir bandang, gempa bumi, puting beliung, dan semacamnya, tak hanya sekadar dipahami secara harfiah sebagai gejala alam semata, tetapi juga menghadirkan banyak ragam penafsiran. Bahkan, di balik fenomena-fenomena alam yang terjadi di negeri ini masih tersimpan banyak misteri yang belum terungkap.

Nah, kehadiran buku karya Haris Firdaus ini agaknya dimaksudkan untuk menunjukkan kepada pembaca, betapa negeri gemah ripah loh jinawi ini –itu menurut penuturan orang-orang tua kita zaman dulu—menyimpan banyak misteri yang belum diketahui banyak orang. ”Kisah-kisah dalam buku ini tak serupa dengan cerita-cerita misteri yang bombastis, penuh horor, apalagi dengan bumbu seksualitas –seperti laiknya berita koran kriminal, sinetron, atau film misteri kita. Dalam buku ini, fenomena misterius adalah sesuatu yang berusaha untuk dibongkar, sebisa mungkin dengan sarana ilmu-ilmu yang ada, demi peningkatan pemahaman kita sebagai manusia yang dewasa –bukan untuk sensasi yang penuh banalitas,” tegas mahasiwa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo itu dalam pengantarnya.

Dengan memanfaatkan internet sebagai salah satu sumber informasi, Haris berhasil mengumpulkan 14 misteri terbesar di negeri ini yang masih menyisakan sejumlah tanda tanya. Dengan jeli, anak muda yang kini berusia 23 tahun itu berusaha menguak dengan menggunakan pendekatan intertekstualitas yang berhasil ia dapakan dari berbagai sumber. Judul-judulnya pun terkesan ”provokatif”, seperti: Krakatau yang Meledakkan Dunia (hal. 6), Hobbot Flores dan Konroversi Genus Homo (hal. 18), Tambora, kekalahan Napoleon, dan Tahun Tanpa Musim Panas (hal. 28), Danau Toba dan Ledakan yang Nyaris Memusnahkan Manusia (hal. 38), Sangiran: ”Tambang” Fosil Manusia Purba (hal. 50), Dieng, Anak Bajang, dan Segepok Miseri Lain (hal. 68), Kelimutu dan Warna-warni yang Misterius (hal. 76), Candi Borobudur: Bunga Teratai di Tengah Telaga? (hal. 84), Senggama ”Ngalap Berkah” di Gunung Kemukus (hal. 95), Sangeh, Persinggahan Terakhir Prajurit Kera (hal. 108), Pulau Komodo: Rumah Satwa Purba yang Tersisa (hal. 116), Jalan Raya Pos: Jalan Darah, Jalan Air Mata (hal. 127), Perbudakan dan Pemenggalan Kepala: Masa Lalu yang Getir di Nias (hal. 138), atau Fiksi dan Fakta Laut Selatan Jawa (hal. 150).

Judul-judul yang terkesan ”provokatif” semacam itu memang tidak dimaksudkan untuk mencari sensasi di balik peristiwa dan misteri besar yang mewarnai peradaban negeri ini. Namun, lebih dimaksudkan untuk memberikan pencitraan awal, betapa di balik fenomena alam itu masih banyak muncul beragam penafsiran yang jauh dari sentuhan akal sehat, cenderung berbau klenik, dan sarat dengan mitos. Melalui pendekatan intertekstualitas semacam itu agaknya Haris bermaksud untuk mendekati berbagai peristiwa dan misteri besar itu dengan sentuhan yang lebih masuk akal dan manusiawi.

Dalam membidik misteri Nyi Roro Kidul, misalnya, dengan merunut pemikiran Irwan Ghailan (penulis buku Salah Paham tentang Setan, Jin, Roh, Hantu, dan Sihir), Haris menyatakan bahwa Nyi Roro Kidul sebenarnya bukan benar-benar merupakan istri-istri raja Mataram. Mitos tentang Ratu Kidul hanyalah sekadar ”kreasi” dari raja Mataram yang ingin mengukuhkan kekuasaannya. Dengan mengarang cerita tentang sosok gaib penguasa Laut Selatan yang juga menjadi istri mereka, raja Mataram berharap bahwa rakyat yang ada dalam teritori kekuasaannya tetap akan tunduk pada titahnya (hal. 155).

Ya, ya, ya, sebuah buku yang mencerahkan kembali hadir. Yang pasti, kehadiran buku ini makin melengkapi khazanah perpustakaan Indonesia dengan bacaan-bacaan bermutu. Mereka yang ingin menyelusuri jejak-jejak peristiwa yang sarat misteri layak memiliki buku ini. Sayangnya, buku yang bagus ini kurang diimbangi dengan lay-out dan ilustrasi yang mantab. Gambar-gambar yang ada terkesan asal tempel. Demikian juga pengaturan font dan space-nya; terlalu rapat dan monoton sehingga membuat mata pembaca gampang lelah.

Meski demikian, buku ini layak direkomendasikan sebagai salah satu referensi dalam melacak jejak peristiwa masa silam yang masih menarik untuk terus diselusuri. Apalagi, ditulis anak muda kreatif yang masih sangat berpeluang untuk menjadi seorang intelektual masa depan dengan melahirkan buku-buku yang mencerahkan dan mencerdaskan. ***

103 Comments

  1. ya, saat mata saya pertama kali terarah pada cover buku, memang kurang menarik. Terkesan kaku karena kurang ada sentuhan kreativitas cover buku. Namun saat saya baca hasil resensi tulisan bapak, isinya memang menarik. Seharusnya, isi buku menarik diimbangi dengan perwajahan yang menarik sehingga dapat menyedot perhatian.
    Sebab banyak isi buku yang bagus namun kurang laku di pasaran karena perwajahannya tidak menarik untuk dilihat.Sebaliknya, banyak buku yang isinya biasa-biasa saja, namun menarik untuk dibeli karena cover bukunya yang menarik.

    Baca juga tulisan terbaru lutfi berjudul Saat Maut Menjemput di Senin Siang

  2. Saya harus ngejar buku ini Pak.
    Kira-kira kalau sampe Februari depan saya datang ke Indonesia, apa buku ini masi belum tandas terjual ya?

    Istri saya gemar membaca yang beginian..:)

    Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Ibu

    1. @zee,
      kalau masalah cover sebenarnya sudah agak lumayan, mbak zee. saya luhat lay-out dan fotn-nya yang bisa membuat pembaca gampang lelah membacanya, hehehe … itu kalau menurut saya loh, mbak, hehehe…

  3. salah satu sekian dari tanda kiamat adalah tersibaknya misteri demi misteri. hadirnya buku ini bisa jadi menjadi penyambut kiamat yang konon kurang beberapa puluh tahun lagi.

    Baca juga tulisan terbaru novi berjudul Gentho Ulang Tahun

    1. @balladona,
      waduh, kalau soal harga, sungguh saya ndak tahu, mbak donna. buku ini juga merupakan hadiah langsung dari mas haris, hehehe … yang pasti harganya sangat terjangkau, apalagi buat mbak donna.

  4. Buku yang sangat bermanfaat kayaknya… perlu saya miliki.
    saya juga berharap pada Sinetron dan Film Indonesia yang mendidik sifatnya.. cerita misteri tetapi dikupas dengan pemikiran yang nalar dan mendidik, bukan malah menakut nakuti atau malah semakin membodohi Masyarakat pemirsanya…
    Salam dari jauh…….

    Baca juga tulisan terbaru Michael Siregar berjudul Kelirumologi….

    1. @Michael Siregar,
      silakan dicari, bung michael, semoga berhasil mendapatkannya. wah, itulah yang mewabah saat ini, bung. film dan sinetron kita cenderung menjual cerita misteri tanpa didekati dg seinematografi yang sehat dan mencerahkan. duh, makin repot!

    1. @Ongki,
      begitulah, mas ongki, semoga pada edisi berikutnya sudah ada perbaikan dari sisi lay-put dan ilustrasinya, hehehe … ini juga hanya sekadar masukan dari pemahaman awam saya, kok, mas.

  5. Isi buku yang menarik jika tidak dibungkus dengan cover dan lay out yang menarik, membuat sebuah buku menjadi kurang diminati pembaca. Mungkin si penulis buku tersebut mempertimbangkan bagaimana buku itu yang penting terbit dulu. Persoalan, cover dan layout kurang diperhatikan. Tapi, untuk sebuah upaya kepenulisan dan penyebaran ilmu, kita perlu mengapresiasinya.

    Baca juga tulisan terbaru racheedus berjudul Nadya Suleman: Ibu 14 Anak Bayi Tabung

  6. wah pak sawali ikut me-review juga ternyata…
    sudah dapat bukunya kah pak?
    kalo belum saya pinjami tapi difoto kopi… 😆 😆 😆

    Baca juga tulisan terbaru ciwir berjudul PEMILU

  7. manusia yang berpikir dikatakan dalam alquran adalah manusia yang bisa membaca tanda-tanda kekuasaan Allah. entah peristiwa-peristiwa klenik dan mitos ini termasuk dalam tanda-tanda yang musti dibaca, wallahu a’lam. tapi saya pikir jangan sampai mempercayai hal-hal semacam ini mengalihkan kepercayaan kita kepada qada dan qadar yang masih bersifat rahasia.

    tapi tak urung membaca resensi ini membuat saya penasaran akan bagaimana hal-hal mitos dikaji secara ilmiah. mungkinkan mengawinkan kedua dunia itu, pak?

Tinggalkan Balasan ke Donny Reza Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *