Politik, Demokrasi, dan Anarki

Dinamika politik dan demokrasi di negeri ini, dengan nada sedih harus dikatakan, (hampir) tak dapat dipisahkan dari anarkisme. Sebagai sebuah aliran, anarkisme merupakan teori politik yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para Anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Atau, dalam pandangan Bakunin dikenal melalui adagium: “kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, dan sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan dan kebrutalan”.

Dalam sejarahnya, kaum anarkis dengan berbagai gerakannya kerapkali menggunakan kekerasan sebagai metode yang cukup ampuh dalam memperjuangkan ide-idenya, seperti para anarkis yang terlibat dalam kelompok Nihilis di Rusia era Tzar, Leon Czolgosz, grup N17 di Yunani. Bahkan, dalam menjalankan aksinya, para anarkis di Spanyol selalu meneriakkan slogan: “Terkadang cinta hanya dapat berbicara melalui selongsong senapan”. (Wikipedia).

Disadari atau tidak, praktik anarkisme itu pun sudah mulai menggerus nilai-nilai kesejatian diri kita yang telah lama dikenal sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat. Dalam menggapai ambisi dan tujuan, tak jarang cara-cara anarki menjadi siasat jitu untuk memaksakan kehendak kepada pihak lain melalui cara-cara purba yang jauh dari nilai-nilai kesantunan. Kelompok dan perserikatan sudah dikendalikan oleh aksi-aksi kerumunan yang lebih mengedepankan okol ketimbang akal-budi. Maka, hancurlah fatsun kehidupan bangsa kita yang sudah lama dikagumi dunia dan berabad-abad lamanya menyandang predikat sebagai bangsa Timur yang santun. Bangsa kita tak lagi ramah. Yang tampak dalam berbagai kerumunan adalah pedang, pentungan, parang, atau peti mati. Slogan-slogan yang diteriakkan tak jauh berbeda dengan idiom-idiom kekerasan yang acapkali dikumandangkan oleh para pengikut anarkisme di Spanyol.

Persoalannya sekarang, mengapa negeri kita yang sudah lama dikenal sebagai bangsa yang berperadaban tinggi bisa demikian mudah tereduksi oleh unsur-unsur anarkisme dalam ranah politik dan demokrasi? Mengapa banyak orang yang bisa demikian mudah mengatasnamakan demokrasi dengan menggunakan cara-cara anarkis dalam menggapai tujuan dan ambisi?

Secara teoretis, anarki bisa dibilang sebagai reaksi terhadap merebaknya nilai-nilai kapitalisme yang berupaya menihilkan entitas sosial sebagai prinsip kebersamaan dalam hidup dan kehidupan. Dalam prinsip kapitalisme, nilai-nilai individualisme menjadi demikian kuat dan dominan sehingga dikhawatirkan akan membunuh “roh” sosial sebagai salah satu ciri paguyuban masyarakat secara komunal. Dalam upaya membendung gerakan kapitalisme, para pengikut anarkisme berupaya menggunakan aksi kerumunan dengan mengedepankan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan. Namun, dalam perkembangannya, ajaran anarkisme dianggap telah jauh berubah menjadi ajaran “sesat” yang menghalalkan darah sesamanya. Melalui aksi kerumunan, mereka berupaya menciptakan situasi “anomali” dan chaos sehingga tujuan yang mereka harapkan bisa terwujud.

Anarkisme yang menggunakan jalan kekerasan pun tak jarang menyusup ke dalam pori-pori politik dan demokrasi di negeri ini. Lihat saja berbagai aksi kerumunan yang mengatasnamakan demokrasi yang tergelar di atas panggung sosial kita. Ibarat sebuah adegan teater, mereka bisa demikian mulus menjalankan peran sebagai algojo-algojo demokrasi yang tak henti-hentinya berteriak, menghujat, dan meneriakkan yel-yel pemaksaan kehendak yang tampil melalui ekspresi wajah yang beringas dan liar. Sifat-sifat individualistik mereka telah melebur ke dalam karakter kerumunan yang bengal dan tak terkendali. Demikian juga dalam berbagai aksi politik yang dengan sengaja membangkitkan sentimen-sentimen kelompok untuk mendapatkan simpati publik. Massa dan kerumunan telah berubah menjadi “penguasa” dadakan yang bisa demikian mudah melakukan tekanan dan aksi-aksi vandalistis.

Sungguh disayangkan kalau ranah politik sebagai seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan harus ternoda oleh aksi-aksi anarki dengan mengatasnamakan demokrasi yang dikendalikan melalui massa dan kerumunan. Berserikat dan berkumpul memang menjadi hak setiap warga negara untuk menyampaikan pendapat dan aspirasi. Namun, sungguh naif kalau lantas dimanfaatkan oleh segelintir orang atau kelompok guna menggapai ambisi kekuasaan tertentu dengan menjadikan darah dan nyawa sebagi tumbalnya. Dengan dalih dan motif apa pun penggunaan aksi massa dan kerumunan yang mengandung aroma fasisme dan anarkisme, sungguh, tak bisa ditolerir. ***

No Comments

  1. Suatu tragedi yang pernah terjadi di derah saya mas, dan saya coba ungkapkan dalam tulisan di blog saya itu. Bahkan sampai saat ini kalau ingat detik-detik saat kejadian saya ga bakal kuat makan… konon peristiwa itu pun ditunggangi, tapi entah oleh siapa :cry:.

    ngomong-ngomong saya pertamaxxx ya?

    Baca juga tulisan terbaru sandyagustin berjudul Ngayau-Ngayau Penda Mentaya (4)

    1. @sandyagustin,
      duh, itulah yang bikain situasi peradaban kita “sakit”, mas sandy, kalau mash muncul para petualang yang suka mengumbar situasi chaos dan keruh. ujung2nya, tragedi dan anarki seringkali tak bisa dihindari.

  2. banyak variabel yang harus dipertimbangkan, mengapa sedemikian mudahnya kekerasan muncul, latar belakang saat ini mungkin sudah tidak bisa dianggap logis karena fakta sudah ada korban, tinggal salah dan menyalahkan saja jadinya, dan anarkisme sebagai mimpi yang cukup indah kata saya tujuannya, sudah tidak dihiraukan dan dicap sebagai kekerasan itu sendiri… bukankah praktek anarki terbesar adalah pada pasca tragedi 65, itu sudah dilupakan…
    untunglah bangsa ini sangat mudah lupa kejadian kemaren, dan dengan berjamaah mereka menganggapnya sebagai angin lalu saja… 🙁

    Baca juga tulisan terbaru suryaden berjudul kita, petani dan pensiun

    1. @suryaden,
      hiks, jadi bangsa pelupa dalam konteks ini ternyata ada untungnya juga, mas surya, hhehe … bisa melupakan tragedi yang pernah mengoyak bangsanya. konon awalnya anarki memang dimaksudkan utk melawan nilai2 kapitalisme. namun, dalam perkembangannya ternyata dimanfaatkan juga utk menciptakan chaos dan aroma kekerasan.

  3. Masalah ini memang lumayan rumit. Saya sempat ngomong2 sama Polisi terkait demo2 di Jakarta. Demo anarki itu memang menyebalkan. Tetapi suara rakyat yang tidak didengar itu juga sama menyebalkannya. Lha bahayanya justru di situ. Karena suatu kelompok melihat bahwa anarki itu efektif untuk mwujudkan keinginannya, karena kalo tidak anarki terbukti tidak didengar, maka jadilah anarki. Anarki itu sendiri nggak bener tetapi kalo pake cara yang bener kok ya nggak ada yang ngurusi. Pola pikirnya kan gicu.

    Baca juga tulisan terbaru lovepassword berjudul Balada Dukun Cilik

    1. @lovepassword,
      bener banget, mas love. anarki muncul pasti juga ada sebab2 dan latar belakangnya. kalau suara rakyat tak didengar, emosi massa dan kerumunan memang gampang tersulut, sehingga kekerasan pun sering tak sanggup dihindari, bahkan tak sedikit yang memakan korban.

  4. Anarki mengindikasikan “kesehatan” masyarakat dalam menyambut hal yang bernama politik, Pak Sawali.

    Dan sayangnya, memang baru segitu kemampuan rakyat kita, tapi saya optimis bisa membaik, meski tak tahu kapan 🙂

    Baca juga tulisan terbaru DV berjudul Kue Lapis

  5. Salam Pak Sawali..

    Pemahaman | Pendidikan | Provokasi | Trend — Ego | Picik | Alasan Pembenar | Prvokatif.

    Kalau dari 100 orang yang berkerumun, 60 orang memiliki pemahaman seperti Bapak, saya yakin anarkisme pelan tapi pasti teranulir dari daftar script perbabak dalam pementasan lakon politis.

    Tapi saya pribadi salut dengan para anarkis, Pak. Aksi yang dilakukan adalah cermin komitmen terhadap apa yang diyakini, teraktualisasi lewat penggunaan energi pemikiran dan tindakan yang teramat besar dan berlipat-lipat. Namun, dari itu semua belum tentu memiliki konsekuensi positif bagi pelaku anarki.

    Sementara saya sebagai penonton aksi anarkis begitu capeknya, bahkan bosan dan akhirnya sesekali cuma bilang,”Halah! Gituan lagi.” Ganti channel atau mungkin gak juga saya baca. Simpati dan rasa ingin tahu sering kalah dengan hal2 demikian tadi.

    Baca juga tulisan terbaru any farikhah berjudul Kiprah Cupang Betina

    1. @any farikhah,
      wah, makasih banget tambahan infonya, mbak any. anarki pada awalnya memang utk menggugat kemapanan, khususnya sebagai reaksi terhadap kapitalisme. namun, dalam perkembangannya, anarki ternya sangat rentan terhadap kekerasan. ini yang perlu diwaspadai agar tak jadi preseden.

  6. Mungkin karena sejak merdeka hingga reformasi kita tidak pernah mengalami yg namanya demokrasi yg sesungguhnya. Ketika kebebasan itu datang, yg terjadi adalah politik massa. Shg kepentingan yg lebih besar (nasional) kalah oleh kepentingan segelintir org yg mengerahkan massa yg besar. Semoga artikel ini kembali menyadarkan kita agar menjalankan demokrasi scr baik dan benar.

    Baca juga tulisan terbaru waw berjudul Nyamannya Terbang Dengan Mandala

    1. @waw,
      nah, itu dia yang jadi persoalan, mas dewanto. politik masaa dan kerumunan di negeri ini ternyata sudah menjadi trend. dalam situasi seperti itu memang sulit dibedakan antara tuntutan aspirasi murni dan palsu.

  7. Benarkah di masa lalu kita ini adalah bangsa yang beradab dan bermartabat? Saya sendiri kadang-kadang merasa bahwa apa yang ditunjukkan dalam berbagai aksi anarkis selama ini justru mencerminkan jati diri kita yang sesungguhnya. Katakanlah saya bicara ngawur. Namun, sejarah kita tentu akan dapat memberikan penjelasan. Contohnya, lihat keruntuhan Demak. Arya Penangsang yang merasa berhak menerima tahta tetapi tidak diberi tahta memaksakan kehendaknya melalui pembunuhan-pembunuhan sehingga akhirnya pecah perang antara Pajang dan Jipang.

    Lihat pula betapa Ken Arok mengambil alih kekuasaan dengan membunuh Akuwu Tumapel sehingga seterusnya terjadi pembunuhan balas-berbalas. Singasari tumbuh dari pembunuhan. Singasari runtuh melalui perang. Kertanegara diserang oleh Jayakatwang. Peristiwa yang akhirnya mengantarkan Raden Wijaya untuk mendirikan Majapahit. Pada akhir masa Majapahit hingga munculnya Demak juga ditandai dengan kekerasan.

    Menurut saya, demokrasi itu bukan nafas kita sehingga kita harus mengajarkannya pelan-pelan dan dalam jangka waktu yang lama. Amerika bisa seperti saat ini karena negara itu sudah lebih dari seratus tahun umurnya walaupun Obama mengatakan bahwa Amerika masih merupakan bangsa yang muda.

    Sekarang, bagaimana mengajarkan kepada masyarakat agar lebih mengedepankan dialog daripada tinju dan mengajarkan kepada pemimpin untuk mau dialog dengan rakyatlah yang harus kita pikirkan. Saya kira pemimpin tidak perlu perantara hanya untuk berdialog dengan rakyat. Para perantara justru akan membuat apa yang seharusnya sampai ke telinga pemimpin jadi tidak sampai dan apa yang tidak disampaikan oleh rakyat justru disampaikan.

    Saya kira, kita semua akan setuju bahwa kita harus membenahi ini semua agar anarki yang saat ini sudah menginjak usia balita tidak berkembang menjadi dewasa.

    Baca juga tulisan terbaru Moh Arif Widarto berjudul Harga Minyak Goreng Turun Karena Diturunkan Pemerintah Atau Karena Harga CPO Turun?

    1. @Moh Arif Widarto,
      terima kasih tambahan infonya, mas arif. sejatinya predikat sbg bangsa yang terhormat dan bermartabat itu, terlepas dari ekses kekerasan yang muncul, pada masa dulu, bangsa kita masih memiliki nilai kearifan lokal yang mengedepankan nilai2 kesantunan. namun, seiring peradaban yang terus berkembang, nilai2 kesantunan dan fatsun kehidupan itu sdh mulai luntur.

  8. “… aroma fasisme dan anarkisme, sungguh, tidak dapat ditolelir”. Sebuah frase hiperbolik, patriotik, nasionalis banget. Saya cukup optimis kalau buah pemikiran Pak Sawali Tuhusetya ini bisa kita jalankan, sangat mungkin kembali kita temukan identitas kita sbg bangsa yg merdeka, berdaulat, ramah, santun, dan demokratis. Semoga Alloh meridloi bangsa kita. Amin.

  9. Bagi saya, anarki mengindikasikan bahwa masyarakat kita sedang LAPAR..lapar akan kekuasaan, lapar akan pengaruh, lapar akan gengsi, hingga memang lapar sebenar lapar….jadi sebelum lapar tersebut hilang…anarkis selalu mendampingi setiap perjalanan demokrasi di negeri ini…

    Baca juga tulisan terbaru imoe berjudul …hobby baru pejabat dinas pendidikan…

    1. @imoe,
      duh, repot banget, mas imoe, kalau anarki itu muncul karena lapar. orang lapar tuh konon gampang sekali marah. kalau dalam tingkatan massa dan kerumunan, aksi mereka bisa benar2 di luar kendali.

  10. memang ranah politik di negeri ter cinta ini sudah jauh dari faedah yng sebenarnya terkadang saya malah berfikir ini indonesia tercinta apa bukan sih ko carut marut ke gini tanpa ada penanganan yng berarti,memang para penguasa dan antek -anteknya tuh dah terbius untuk memikirkan diri sendiri tampa mau menimbang efek samping nya bagi masyarakat luas
    buat aku birokrat DLLnya busuk

    1. @Sawali Tuhu setya fans holick asli ga boong beneran,
      walah, usernamenya jadi makin unik dan panjang, hehehe ….. nah, itulah efek yang muncul kalau sikap narsis dah merasuki politisi kita. demi gengsi dan kekuasaan, mereka rela menempuh cara2 ala machiavelli.

  11. Anarki jalan terakhir yg di tempuh sehingga akan menghasilkan suatu akibat.Karena selama ini Anarki identik dengan kekerasan ,pembunuhan (baca:negatif).Saya sendiri kalau ada demo2 sampai tindakan anarki takut amit ..mendingan menjauh daripada kena peluru nyasar

    Baca juga tulisan terbaru Diah berjudul Mungkin Cek Adsense Terakhir

  12. anarki itu menurut saya adalah wujud keputusasaan menggunakan cara-cara yang santun. memang susah merubah kebiasaan yang sudah membudaya ini. solusinya harus membuat perubahan dari diri sendiri dan secara bertahap merubah orang di sekeliling kita…

    Baca juga tulisan terbaru budiOno berjudul $75 dari AW Surveys

  13. ada sebuah parodi yang agak ngeres,

    seorang guru memberi PR pada muridnya untuk mendefinisikan Demokrasi.
    sepulangnya di rumah, murid itu bertanya pada ibunya tentang arti demokrasi. Ibu menjawab, “Demokrasi adalah Ayahmu sebagai Pemimpin Eksekutif, Ibu sebagai Pemimpin Legislatif, Bibi Pembantu sebagai Pengusaha yang mengatur keuangan, Kamu dan Adikmu sebagai rakyatnya”.

    pada malam harinya, si murid yang kedinginan karena hujan deras, terbangun oleh tangisan adiknya yang pastinya juga kedinginan. kemudian dia keluar kamar untuk memberitahu Ibunya. ketika masuk ke kamar Ayah-Ibu, ternyata ibunya sedang tidur dan bapaknya tidak ada. maka diapun mencari bapaknya, mungkin ada di toilet yang ada di dekat dapur. sebelum dia sampai ke toilet, dia melewati kamar pembantu yang tidak tertutup rapat. diapun iseng mengintip, dan ternyata sang Ayah sedang berhubungan badan dengan Bibi Pembantu. 😉 Dia diam saja tak berani apa-apa.

    akhirnya ketika keesokan harinya di sekolah dia ditanya pak guru, dengan mantap dia menjawab, “Demokrasi adalah ketika Legislatif hanya tidur, dan Eksekutif bermain-main dengan Pengusaha, sementara Rakyatnya menderita”.

    Baca juga tulisan terbaru denologis berjudul Plurk

    1. @denologis,
      wah, sebuah analogi yang mantab, mas deno. agaknya seperti itulah gambaran demokrasi di negeri ini. rakyat sengsara, sementara pihak eksekutif berselingkuh dg pengusaha, sementara pihak legislatif cuek.

  14. Yah namanya juga buntu, agar bisa menembus kebuntuan itu harus didobrak, tak dapat dengan cara halus, cara kasar juga dimainkan. So, apanya yang salah dalam penyelenggaraan kehidupan masyarakat kita dalam bernegara ? Apakah semua perangkat dan systemnya berjalan pada fungsinya ? Kayaknya inilah yang menajadi pemicu timbulnya anarchi itu. Bagaimana rakyat ini memilih wakilnya yang tidak bersifat amanah di lembaga yang disebut DPR, baik dalam Orba maupun zaman Reformasi ini. Semua-semua terpilih bukan karena hatinurani. Tapi dengan cara dagang sapi. Yang namanya dagang ya itu, hanya sebatas dagang, tanggung jawab moral tak ada. Bagaimana pengusaha memperoleh ijin usahanya yang harus berlikaliku dengan berdasarkan suka dan tidak suka. Banyaknya manipulasi disana sini yang ujung-ujungnya merugikan masyarakat banyak. Demikian banyak permasalahan yang ada dan jalannnya buntu, akhirnya akan menimbulkan anarchi itu sendiri

    1. @amat,
      iya, bisa jadi bener, mas amat. munculnya anrki bisa dianggap sbg reaksi terhadap komunikasi yang buntu. meski demikian, fenomena anarki dalam demokrasi dan politik bisa jadi preseden kalau tak ada solusi jitu utk menghentikannya.

  15. kayanya hal tersebut sudah membudidaya alias keturunan yah mas, segala sesuatu harus dipecahkan dengan anarkis, lah wong kalah main bola aja berantem gimana jika masuk dunia politik? yang ada sudah pasti gampang sekali dihasut

  16. Hm, ternyata anarki itu artinya ketiadaan aturan yah?
    Anarki bukan kekerasan itu sendiri tapi dalam prakteknya telah menyimpang dan menggunakan cara-cara kekerasan. Gitu yah pak?
    Mohon koreksi kalau pemahaman di atas keliru.
    Kalau pemahaman di atas benar berarti saya dapat pemahaman baru dan pemahaman tentang anarki selama ini salah. :mrgreen:
    Hm, lagi ngomongin kasus meninggalnya Ketua DPRD Sumut yah pak?
    Salah seorang atasan saya di kantor pernah bertutur, “Demokrasi kita terlalu cepat 100 tahun. Kita belum siap dengan demokrasi seperti ini.”
    Mungkin itu penyebab dari masalah yang timbul dalam demokrasi kita. Kita terlalu memaksakan demokrasi tanpa memastikan edukasi tentang demokrasi sudah menyentuh setiap lapisan masyarakat.
    Coba aja iseng nanya sama orang yang berdemo,”Mas, mengaspirasikan apa?”
    Mungkin akan banyak jawaban, “G tau. Cuma ikut2an.” Atau “Saya dibayar 5rb trus disuruh demo mas.”

    Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Lilly Allen – Him

    1. @Adi,
      iya, mas adi, konon awlnya anarki memang dimaksudkan utk memberikan reaksi terhadap menguatnya gejala kapitalisme atau yang lain. namun, ternyata anarki telah berubah jauh menjadi ajang kekerasan. agaknya, situasi seperti itu tak luput dalam mewarnai perjalanan demokras di negeri ini. mereka sering ndak tahu ketika ditanya ttg keikutsertaannya dalam deo. mereka hanya mengikuti alur massa dan kerumunan.

  17. Saya melihat anarkisme sebagai tanda kegagalan proses pendidikan “memanusiakan” manusia. Mungkin akibat guru yang hanya bisa mengajar tanpa bisa mendidik.

    Setiap hari hanya sibuk menjejali peserta didik dengan ilmu pengetahuan tapi lupa membekali mereka dengan nilai-nilai dan filosofi hidup agar menjadi manusia yang bermoral.

    Baca juga tulisan terbaru syamsuddin.ideris berjudul Daftar Kenaikan Gaji PNS 2009

    1. @syamsuddin.ideris,
      wah, bisa jadi memang benar seperti itu, pak. pembudayaan nilai2 kepada siswa seringkali diabaikan sehingga ketika mereka terjun ke masyarakat gagal menginternalisasi nilai2 luhur baku itu.

  18. Selamat malam Pak Sawali hehehe.

    Benar Pak, orang-orang anarkis itu berjenis HA (Homo Anarkienses) inilah yang selalu mengedepankan cara-cara anarkis untuk memuaskan ego. Mereka menganggap paling benar dan paling beradab, tapi sesungguhnya berwatak infantil. Katanya menegakkan demokrasi, kog mukulin orang. Katanya menegakkan kebenaran, kog kriminal. Katanya menciptakan ketentraman batin, kog ngajarin membunuh. Jenis-jenis spesies HA inilah dapat dengan mudah ditemui di Indonesia :mrgreen:

    1. @laporan, selamat malam juga, pak aryo, terima kasih banget tambahan informasinya, pak. baru tahu ada istilah homo anarkienses, hehehe …. manusia jenis begini agaknya merepotkan juga bagi perjalaan demokrasi dan politik, ya, pak?

    1. @edratna,
      iya, bener banget, bu enny. kalau kita lihat tayangan TV, sebagian besar demonstran tak tahu pasti apa yang menjadi tujuan mereka berdemoa. agaknya demi mencar sesuap nasi, mereka sering ikut2an larut dalam massa dan kerumunan.

  19. Seakan anrkisme tidak bisa dilepaskan dari demokrasi pak.. sejarah peradaban dunia diseluruh negara demokrasi selalu terjadi aksi anarkisme.. karena bagaikan satu paket antara emokrasi dan anarkisme.

    tapi saya satuju, bagaimanapun juga anarkisme tidak dapat ditolelir….

    STOP ANARKI!

    *gambarnya keren pak 😉

    Baca juga tulisan terbaru azaxs berjudul Terjadi Genocide di Indonesia

    1. @azaxs,
      nah itu dia yang jadi persoalan, mas azaxs. kalau demokrasi diwarnai aksi2 anarki semacam itu agaknya justru bisa menjadi bumerang buat rakyat. mereka sering tak berdaya ketika menyaksikan aksi2 massa dan kerumunan yang seringkali memaksakan kehendak.

  20. orang bilang politik itu kejam. Tapi semua itu kan kembali ke orangnya, ya tho pak???

    anarkisme itu suatu saat pasti akan menjadi pembelajaran, dan pasti akan berubah, ntah itu kapan…..

    sing penting optimis ajah, bahwa bangsa ini pasti akan berjalan mnuju arah yang lebih baik..

    *akan berjalan???????

    Baca juga tulisan terbaru alief berjudul Monyet Itu Menampar Tepat di Muka dan Hatiku

    1. @casual cutie,
      walah, kalau ditujukan utk kemaslahatan umat dg cara yang bener, agaknya ndak ada yang salah, mbak cutie. repotnya, anarki kan sering digunakan utk memaksakan kehendak melalui tekanan massa dan kerumunan. nah, ini agaknya yang ndak bener, mbak, hehehe ….

    1. @boyin,
      duh, jadi makin repot, mas boyin, kalau anarki sudah terskenario. mereka pasti sdh memperhitungkan aksi2 mereka, sehingga sulit terlacak. di mana2, aksi anarki memang ada dalang yang menyusun skenarionya, mas, hehehe ….

  21. pak sawali, harus dipisahkan antara anarkisme sebagai paham yang mengusung ketiadaan aturan, dengan “anarki” yang sering kita acu pada tindak kekerasan. para “anarkis” yang sejati, yang menolak keberadaan negara dan sistem pengaturan apapun, saya kira sebenarnya juga tak menyukai kekerasan. “anarki” dlm pengertian kita sehari2 kan lbh banyak mengacu ke soal kekerasan, bukan sikap politik yang diturunkan dari “anarkisme”. kayaknya sih begitu, pak:)

    Baca juga tulisan terbaru haris berjudul Ponari dan Ronald Reagan

    1. @haris,
      iya, bener banget tuh, mas haris. anarki yang menggunakan kekuatan massa sesungguhnya masih bisa dimaklumi ketika sekat2 formal sulit didobrak. namun, agaknya anarki telah dimanfaatkan utk kepentingan golongan tertentu. ini yang sudah jelas2 menyimpang, hiks. *duh, kok jadi sok tahu saya, hehehe *

  22. Anarkis sekarang di lakukan hampir seluruh lapisan masya di negara kita ini entah siapa yang salah, karena mahasiswa yang selama ini kita gadang-gadang menjadi agen perubahan ternyata mereka juga berbuat anarkis dalam menjalankan aksi dan keinginannya

    Baca juga tulisan terbaru Achmad Sholeh berjudul Antara Fakta Dan Klaim Politik

    1. @Achmad Sholeh,
      wah, perjalanan demokrasi dan politik di negeri ini memang sarat dg konflik dan kekerasan, pak sholeh. sepertinya memang dibutuhkan reformasi jilid II, khususnya utk mereformasi kultur bangsa secara menyeluruh, hehe ….

  23. masayarakat indonesia betah dan membiasakan diri jadi follower, baik soal kebudayaan, trend, sampai apapun. Kebiasaan2 dari masing2 individu begini tebawa juga ketika melakukan aksi. jadi gampang tersulut ketika ada oranglain ngamuk, makar,sampai bakar2an… maka jadilah anarkis

    Baca juga tulisan terbaru novi berjudul Nikmatnya NgeFLY bersama AirAsia

  24. Sepertinya tak lain karena kurangnya kepedulian akan struktur budaya (suprastruktur), yang bisa diibaratkan roh peradaban. Sebagai roh peradaban, struktur budaya biasanya melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai membentuk kebiasaan (usage). Dan kebiasaan inilah, yang kemudian membangun berbagai prosedur, segenap mekanisme dan sederet aturan formal. Struktur budaya itulah yang pada akhirnya membentuk prosedur, mekanisme, dan pelembagaan formal. Suprastruktur yang demokratis jelas akan melahirkan kelembagaan formal yang demokratis, BUKAN sebaliknya—seperti negara tercinta bernama Indonesia ini.
    .
    Kita hendak maju dan beradab. Kita mau demokrasi. Tapi yang dibangun terlebih dahulu bukan struktur budayanya, bukan rohnya, melainkan raganya dulu: prosedurnya, mekanismenya, dan aturan mainnya. Sementara struktur budayanya,
    rohnya, tak disentuh sama sekali, dibiarkan tetap saja seperti dulu:
    feodal dan patrimonial. Makanya, demokrasi kita kedodoran :mrgreen:
    .
    Yah, setidaknya itulah yang pernah saya dapatkan dari salah satu bacaan. Memprihatinkan… 😐

    Baca juga tulisan terbaru ariss_ berjudul Usulan 17 Fatwa “Calon-Haram” Kepada MUI

    1. @ariss_,
      iya, saya sepakat dg mas ariss. ketika reformasi dibangun, substansi reformasi itu sendiri tidak mengakar hingga ke dalam. ruformasi kultural nyaris tak tersentuh. padahal sesungguhnya, di situlah makna reformasi yang sesungguhnya. demokrasi saya kira juga mesti demikian. makasih info tambahannya, mas.

  25. ya sudah selayaknya anrkis dihilangkan dari negeri ini yang nota bene sebagai negara yang mempunyai adat ketimuran. memang kita semua mungkin sudah dijajah oleh paham kebarat-baratn dengan pelan-pelan menhipnotis kita, sehingga kita lupa akan adat budaya kita sendiri.

    banayak masyrakat yang hanya dijadikan korban oleh segelintir orang hanya untuk berdemo yang katanya itu adalah demokrasi. tapi apakah harus berdemo turun kejalan-jalan berteriak-terian dibawah teriknya matahari?. masih banyak cara penerepan demokrasi sehari-hari, contohnya ngeblog. betulkan pak? he..he..

    stop anarkisme!

    Baca juga tulisan terbaru arifudin berjudul Adakah blogger instan?

    1. @M Shodiq Mustika,
      walah, saya kira bukan propaganda, pak shodiq. kalau kita buka referensi klasik, predikat seperti itu sesungguhnya memang pernah ada. sayangnya, seiring perkembangan peradaban, predikat mulai seperti itu mulai luntur. Guru, saya kira, ndak pernah mempropagandakan nilai2 yang sesungguhnya semu kepada para siswa didik.

    1. @dhoni,
      hehehe … kalau kita buka referensi klasik, predikat sbg bangsa yang beradab *menurut saya memang benar sekali penggunaan isitlah ini* itu bener ada, mas dhoni, sehinga ndak perlu ada pro dan kontra, hehehehe ….

    1. @Nyante Aza Lae,
      wew… loh kok bisa begitu, mas kurnia? kalau yang dimaksud guru itu identik dg tokoh2 masyarakat atau elite politik di negeri ini bis jadi bener, mas, hehe … tapi kalau yang dimaksud guru di sekolah, wah, apa memang ada sih guru yang mengajarkan paham anarki pada muridnya?

    1. @arton,
      hmmm …. politik memang identik dg kepentingan, mas arton, repotnya, para politisi dg mengatasnamakan demokrasi seringkali memanfaatkan cara2 anarki utk memenuhi ambisi dan kepentingannya.

  26. politik itu kejam

    kata itulah yang saya dapatkan dari orang-orang ketika saya ingin memperdalam pengetahuan tentang politik. namun bagi saya itu kembali kepada diri pribadi masing-masing. apakah dalam dunia yang penuh dengan tipu muslihat mereka bisa mengendalikan ego mereka atau tidak.
    saya akan berpositif tinking bahwa dunia perpolitikan Indonesia sedang belajar untuk menjadi lebih baik.
    bagaimanapun berfikir positif tidak membuat kita menjadi orang yang skeptis
    :mrgreen:

    Baca juga tulisan terbaru dafhy berjudul Valentine days

    1. @dafhy,
      hmmmm … politik itu kejam, ya, ya, mas dafhy, fenomena yang tampak memang membenarkan tesis itu. meski demikian, saya juga masih punya keyakinan dan optimisme kalau di negeri ini masih ada politisi yang memiliki kearifan dan kesantunan dalam beraksi.

  27. Hmmm.. bicara soal politik jadi teringat perjuangan bangsa Indonesia dulu untuk merdeka..

    Tapi sepertinya udah ga merdeka lagi.. politik sekarang yang menjajah Indonesia..
    Bukannya parpol untuk rakyat, malah rakyat untuk parpol..

    Huff

    Baca juga tulisan terbaru Danta berjudul Ikutan Internet Sehat Yuk..

  28. Lama nggak komentar,
    Tak komentar ah….
    Patut disayangkan bahwa anarki seolah menjadi bagian tidak terpisahkan dari reformasi. Sepertinya tidak ada reformasi tanpa anarki.

    Baca juga tulisan terbaru Rochman berjudul BANJIR

  29. Kita harus melihat sejarah ini, Pak. Sejarah bangsa yang selalu tak pernah lepas dari kungkungan politik jajahan. Orde Baru juga telah ikut banyak berperan dalam merepresi kebebasan anak-anak bangsa. Setelah bubar, kita semua seperti baru keluar dari bawah tanah, menghirup udara segar yang sayangnya tak diikuti oleh kesejahteraan yang ikut meningkat. Rakyat marah dan jengkel. Kemarahan itu sayangnya banyak diwujudkan dalam wajah anarkisme. Kita sedang belajar, Pak….dan semoga menjadi lebih baik di depan sana..

    Baca juga tulisan terbaru icha berjudul madeinINDONESIA (02)

    1. @icha,
      terima kasih tambahan infonya, mbak icha. memeng benar, mbak, sejarah negeri ini nyaris tak bisa dipisahkan dari kekeraan ke kekerasan. semoga kita bisa belajar dari sejarah yang kelam dan pahit itu.

    1. @cebong ipiet,
      wah, biasanya kalau sudah masuk ke dalam kerumunan dan massa, sifat indiviualistisnya jadi hilang, mbak ipiet. makanya, di manapun terdapat massa dan kerumunan, nyali mereka jadi tumbuh berlipat-lipat, hiks

  30. Tak jelas benar akar politik yang dijadikanseagai penyangga perilaku politik petinggi kita. yang sangat jelas terdengar adalah bunti jargon yang selalu mengatakan bahwa mereka berpolitik adalah panggilan jiwa.
    jika memang karena alasan panggilan jiwa. maka kesimpulan yang sy ambil ini semoga tdk terdengar naif: ” bahwa jiwa para petinggi politik kita memang berakar pada perilaku (1) rojo selak lan semoyo, (2) waton iso kuoso lan ngudoparipekso, ”
    nuwun
    salam hormat saking semarang

    Baca juga tulisan terbaru gus berjudul Mohon Dukungan atas dimulainya usaha printing and Advertising Sekolah darurat kami

    1. @gus,
      wah, makasih tambahan infonya, gus. saya mulai prihatin dg sikap latah yang mulai merasuki para caleg, gus. mereka ingin jadi caleg bukan lantaran ingin membangun daerah atau negara, tapi seringkali lebih difokuskan sekadar utk mencari nama, jabatan dan kekuasaan.

  31. demo dan anarki dimedan itu………biasa aja lagi !!! jangan terlalu di dramatisir.sebab sesuatu itu terjadi pasti ada sebabnya, jangan menilai sesuatu secara subyektif la………. mati ma ajal.

    1. @ucok,
      wah, saya ndak membahas kasus di medan, mas ucok, hehehe …. saya hanya melakukan refleksi aja terhadap berbagai fenomena anarki yang terjadi di negeri ini. saya juga dah membaca postingan khusus ttg protap itu dari tulisan bung susuhunan situmorang.

  32. ah, tulisan ini mengingatkan saya akan tragedi hitam politik sumatera utara baru-baru ini, pak. secara seloroh saya pernah bilang kepada teman-teman kalau efek pemanasan global ternyata tak hanya menyerang bumi, namun turut pula memanaskan kancah politik.

  33. Tuhan berkarya dalam diri manusia, manusialah tangan dan kakiNya
    senada dengan geguritan terbaru saya Pak *halah promosi* seumpama sangkar burung yang kosong ditinggal penghuninya demikian pula kesejatian manusia telah kehilangan jatidirinya koncatan rasa kamanungsannya :mrgreen:
    Setiap pribadi telah dianugrahi talenta bukan untuk digenggam erat namun untuk saling berbagi
    Tiada yang paling hebat namun kebersamaan membuat kuat
    Dengan tulus menerima dan merayakan talenta yang ada pada orang-orang disekitar kita & dengan rendah hati mempersembahkan (melepas) talenta kita hidup semakin dipenuhi dan digenapi
    Karena kita seumpama untaian bunga, untaian batang-batang lilin yang menyala
    Malampun benderang berpendar cahaya
    Atmosfer dipenuhi harum wangi bunga

    Baca juga tulisan terbaru tomy berjudul PADUPAN KENCANA, titip pesan buat para pemuda dan calon pemimpin bangsa

  34. Assalamu`alaykum
    mw tnya2 ya,
    1. bagaimana pelaksanaan sistem politik di Indonesia saat ini?
    2. sistem politik antar negara kan berbeda-beda, bagaimana negara2 tersebut mengadakan hubungan dagang dengan perbedaab sistem politik tersebut?

    ditunggu segera jawabannya ya maz…

    1. memang benar, mas, bisa jadi ini sebuah risiko bagi sebuah negeri yang sedang belajar berdemokrasi. anarkhi agaknya telah menjadi sebuah kelatahan sikap dalam menyampaikan sebuah aspirasi dan opini.

  35. anarki bukanlah tindakan brutal atau tindakan pengrusakan dijalan. anarki adalah paham yang berarti tanpa negara. anarki pada saat ini diartikan sebagai paham yang menentang otoritas. anarki lebih dari sekedar anti negara. anarkisme terutama adalah gerakan yang melawan hierarki. Mengapa? Karena hierarki adalah struktur organisasional yang mewujudkan kekuasaan. Karena negara adalah bentuk “tertinggi” dari hierarki, kaum anarkis, sesuai definisi, adalah anti negara; namun definisi ini tidak cukup untuk menjelaskan anarkisme. Artinya kaum anarkis yang sesungguhnya melawan semua bentuk organisasi hierarkis , tidak hanya negara. Kaum anarkis adalah orang-orang yang menolak semua bentuk pemerintahan atau kekuasaan koersif, semua bentuk hierarki dan dominasi. Namun kaum anarkis juga berusaha menegakkan atau memunculkan, dengan berbagai macam cara, suatu kondisi anarki, yaitu masyarakat yang terdesentralisasi tanpa institusi koersif, suatu masyarakat yang diatur melalui federasi asosiasi-asosiasi sukarela. selama ini media membahasakan anarki sebagai tindakan brutal massa dijalan. sedangkan term yang lahir dari yunani ini pahamx sangat luas, lebih dari sekedar pengertian menghancurkan seperti kata kawan. kaum anarko adalah kaum yang anti otoritas, kapitalisme, feudal, neliberal dan menjunjung tinggi nilai kesetaraan.
    .-= Baca juga tulisan terbaru anarcho berjudul "Nyanyian-nyanyian Binatang di Negeri Manusia" =-.

    1. terima kasih infonya tentang hakikat anarki. sebelumnya saya hanya bisa memaknai anarki secara leksikal seperti yang tercantum dalam kamus, yakni:

      anar·ki n 1 hal tidak adanya pemerintahan, undang-undang, peraturan, atau ketertiban; 2 kekacauan (dl suatu negara)

      1. @Sawali Tuhusetya, nah itu dia mas, itu kamus indonesia. istilah ini disalahgunakan atau dijelekkan lewat media. ini dimulai daridunia barat yang anti terhadap aksi perlawanan kaum anarko mereka kemudian mempropaganda atau menggiring paham massa sebagai aksi brutal melalui media, indonesia kemudian mengadopsinya dan memakainya sebgai gambaran aksi butal massa.. ok salam anarchy

  36. coba baca lebih tentang metode anarkisme bung. lebih luas dan g subjektif.. trus buat bung yang menilai orde baru lebih bagus dari sekarang,, masa iya sih bung? kita dibungkam bung, bahkan menulis atau berbicara tentang kemiskinan dan pertentangan kelas saja kita uda dianggap pembangkang. masalahny pada saat orba, pemerintah bergerak sangat lihai, menutup mulut setiap warga yang kira-kira dianggap membangkang. media pada saat itu juga di intervensi oleh pemerintah, dijadikan alat propaganda dan mesin-mesin pendukung pemerintah dalam segala hal. media menyiarkan berita yang dimaui pemerintah saja, bahkan media mebuat berita bohong demi menegakkan kekuasaan yang ada. ada protes juga pada saat itu tapi dilenyapkan, ada aksi massa juga sampai pada tindakan brutal (bukan anarki, tolong jgn pakai kata ini) tapi dibungkam oleh tindakan militer, mahasiswa pun di normalisasikan melalui Unit kegiatan Mahasiswa. sekali lagi anarkisme bukan sifat brutal atau aksi merusak. dia adalah paham anti hirarki. salam

    1. terima kasih masukannya, mas. saya tdk mengatakan bahwa orba lebih bagus dari sekarang. saya hanya ingin memberikan sebuah ilustrasi bahwa maraknya kekerasan yang terjadi pascareformasi bisa menjadi sebuah preseden dan memberikan pencitraan yang kurang bagus buat rakyat seolah2 hidup di era reformasi justru jauh lebih buruk ketimbang ketika orba berkuasa kalau kekerasan itu terus terjadi.

      1. @Sawali Tuhusetya, ok kawan sawali, benar juga, tapi mari kita lihat akar masalahnya juga, kekerasan marak terjadi karena apa? ada ketidakpuasan dari masyarakat (kalo kekerasan itu dari masyarakat) apa pemerintah uda slesein tanggungjawabnya sebagai pelayan? sedangkan kekerasan yang marak akhir2 ni juga lebih banyak dan lebih kejam dilakukan oleh aparat (polisi, satpol pp, brimob) lebih kejam dan tak tersentuh hukum, kalo iya pun, mereka tetap dilegalkan dengan istilah “itu bukan dari instansi, itu oknum aparat”.. bah. masyarakat sekarang bebas menilai, pascareformasi ini kejahatan sistem tidak lagi terselubung, dia terbuka dan merajalela dan dibantu oleh hukum. otoritas negara dalam bentuk apapun tetap sama, membagi-bagi kelas masyarakat dan membuat jurang dalam, salam bung,, blogx tetap bagus
        .-= Baca juga tulisan terbaru anarcho berjudul "Nyanyian-nyanyian Binatang di Negeri Manusia" =-.

  37. cukup heran juga dengan orang-orang yang berpikiran mau nya selalu anarkis.

    padahal setiap persoalan bisa di selesaikan dengan baik-baik jika dikomunikasikan dengan baik

    Nice posting bang

  38. Memang orang2 sekarang tidak bisa menyelesaikan masalahnya
    dengan kepala dingin,,,…

    Padahal kalau saja mereka itu bisa mengendalikan emosinya ,,,
    pasti sekarang juga tidak akan ada kejadian seperti pengeboman lach,
    penyiksaan dalam RT ,DLL..

Tinggalkan Balasan ke any farikhah Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *