Sang Guru dan Tanah Kelahiran

Entah, menjelang Hari Guru, 25 November 2008 ini, tiba-tiba saja ingatan saya jatuh ke masa silam. Ingin mengenang tanah kelahiran, tempat sang guru menempa para cantrik menjadi insan peradaban yang diharapkan dapat mengenal dinamika zaman beserta pernak-perniknya.

Ya, ya, ya! Saya masih ingat, sekitar tahun ’70-an, tanah kelahiran saya bukanlah tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk hidup. Secara geografis, lokasinya hanya bisa dijangkau kendaraan ketika musim kemarau tiba. Saat musim hujan jatuh, tanah kelahiran saya tak lebih seperti sebuah perdikan yang dikelilingi tanah berlumpur. Nyaris tak ada jalan alternatif yang memungkinkan kaum pendatang untuk bisa sampai dalam keadaan bersih. Sebaliknya, jika kemarau tiba, sejauh mata memandang hanya tampak kegersangan di sana-sini. Kerusakan hutan akibat pembakaran hutan makin menyempurnakan derita di musim kemarau. Air jadi sulit didapat.

dsdsdsds

Dalam kondisi seperti itu, saya masih beruntung bisa ikut mengenyam pendidikan di SD bersama teman-teman sebaya. Dari situlah saya mulai menyimpan banyak kenangan terhadap figur guru-guru saya. Merekalah yang telah memperkenalkan saya terhadap angka dan aksara, hingga akhirnya saya bisa mengenal calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Sungguh, tak bisa saya bayangkan kalau tanah kelahiran saya yang gersang dan tandus seperti itu tak ada guru; tak ada gedung sekolah. Meski nyaris ambruk, gedung SD yang atapnya bocor di sana-sini dengan dinding-dindingnya yang mulai keropos itu, telah menjadi tempat yang “nyaman” untuk belajar.

Saya juga beruntung sempat belajar kepada para guru yang total mengabdikan diri dalam dunia pawiyatan dengan penghasilan pas-pasan saat itu. Dari sinilah saya mendapatkan pendidikan formal untuk yang pertama kalinya. Masih jelas terbentang dalam layar memori saya, betapa sang guru harus berjalan kaki sekitar 15-an km untuk bisa tiba di sekolah. Jika musim hujan, mereka harus menenteng sandal jepit sambil mengepit tas butut. Namun, mereka tak pernah mengeluh. Bahkan, mereka masih bisa dengan fasih mengajak saya dan teman-teman sekelas untuk menyanyi lagu wajib bersama-sama, meski batin mereka sedih memikirkan asap dapur yang belum tentu bisa mengepul setiap saat.

Di mata saya, seorang guru SD adalah seorang “ilmuwan” general. Mereka mampu menyajikan semua mata pelajaran dengan fasih. Jelas, bukan tugas yang ringan, apalagi yang mereka hadapi adalah anak-anak antara usia 6-13 tahun. Usia yang masih terlalu dini untuk mengenal hidup dan kehidupan.

Saya sangat menghormati dan mengapresiasi sang guru di tanah kelahiran saya yang telah membukakan mata anak-anak untuk mencintai ilmu pengetahuan. Merekalah status pengabdi yang sesungguhnya; menganggap siswa didiknya sebagai anak-anak ideologisnya. Terlalu murah kalau status mereka mesti diganti dengan predikat profesional yang seringkali mengukur kerja dan keringatnya dengan uang, penghasilan, dan kesejahteraan.

Agaknya, kini telah terjadi pergeseran status guru; dari shi fu menjadi tenaga profesional. Di ladang dunia pendidikan saat ini, setiap tetesan keringat sang guru harus ada imbalannya. Sungguh kontras dengan kinerja sang guru di tanah kelahiran saya. Merekalah yang layak disebut pahlawan dalam arti yang sesungguhnya.

Terima kasih sang guru; semoga sang ibu pertiwi senantiasa memancarkan cahaya kasih sayang dan belaian lembutnya atas pengabdianmu yang tulus; tanpa pamrih!. ***

No Comments

  1. Sungguh mulia guru-guru yang total mengabdi di dunia pendidikan walau dengan penghasilan pas-pasan. Mereka benar-benar pahlawan bagi anak didik bangsa. Semoga Allah memberikan rahmat dan hidayah-Nya bagi mereka karena ketulusan pengabdian tak kenal lelah mereka.

  2. Semoga pergeseran cara pandang seorang guru menjadi suatu profesi tidaklah mengorbankan nilai-nilai luhur yang harus dimiliki oleh seorang pendidik dan pamomong tunas-tunas bangsa. Semoga para guru masih teringatkan bahwa imbalan finansial hanyalah sebagian kecil dari imbalan non-finansial yang luar biasa yang akan diterimanya sebagai balas jasa atas pengabdiannya. Yang lebih penting, semoga para anak didiknya menjadi orang yang sangat tahu berterimakasih dan bisa membalas jasa setimpal dengan jasa dan pengabdian sang guru dalam mendidik dan menjadikannya manusia. Dan, tidaklah menyia-nyiakannya….
    Selamat hari guru, pak guru. Lama nian ulun nggak sowan di teras rumah panjenengan

    Baca juga tulisan terbaru Nayantaka berjudul Wisanggeni Gugat 4: Pembelotan Batara Bromo

  3. Selamat hari guru… untuk semua guru diseluruh indonesia…
    Semoga kedepan nasib guru lebih diperhatikan, walaupun guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa…tapi jasa guru tidak bisa digambarkan sekedar dengan kata-kata…..

  4. Untuk menjadi sosok penulis blog ini mungkin memang harus dilalui dari pengalaman seperti di atas, banyak orang sukses yang berasal dari lingkungan yang penuh keterbatasan. Selamat pak sawali, selamat hari Guru juga. Terimakasih telah mengingatkan akan keprofesionalan.

  5. masing-masing orang sudah pasti rindu akan dimana tempat kelahiran nya mas, meskipun tanah kelahiran sudah tidak seindah dulu yang pernah kita rasakan dulu, termasuk saya 🙂

    1. duh, bunda! makasih apresiasinya, tapi jangan berlebihan dong, buda, jadi malu saya, hiks, makasih juga ucapan selamatnya bunda, selamat hari guru juga buat bunda, semoga makin bersemangat dalam mencerdaskan anak2 bangsa masa depan.

    1. terima kasih ucapan selamatnya, mas joko, semoga menjadi ilham bagi saya dan teman2 sejawat utk meningkatkan semangat dalam mencerdaskan anak2 bangsa masa depan. duh, ttg blog saya juga banyak belajar dari teman2, termasuk dari blog mas joko.

    1. wah, akhirnya mas tomy jadi tahu betapa toh tugas dan pekerjaan guru, hehehe …. apa yang diungkap mas tomy juga bukti bahwa mas tomy seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tua. birrul walidaini, kata pak kyai.

  6. Selamat hari guru ya pak….
    Tulisan2 p.sawali sangat bermanfaat di blog ini bisa menjadi contoh dan acuan untuk semua guru2 di seluruh Indonesia ,untuk terus maju

    1. terima kasih ucapan selamatnya, mbak diah, semoga mengilhami saya dan teman2 sejawat utk terus meningkatkan semangat dalam mencerdaskan anak2 bangsa. duh, ttg tulisan, saya juga banyak belajar dari temen2, mbak.

    1. terima kasih ucapan selamatnya, mas thimbu, btw, momentum setahun sekali ini agaknya kok ndak enak kalau tdk ikut upacara, hehehe … yang pasti saya ikut upacara, tahun ini yang menjadi petugas upacara di sekolah saya guru semua, mas. saya kebagian jatah membacakan eks pembukaan UUD’45, hehehe ….

  7. Selamat hari guru, Pak.
    Semoga nasib guru kian sejahtera adanya.
    Sebaliknya, guru tidak elok juga selalu melihat imbalan dalam mengajar.
    Tanpa imbalan yang memadai, guru harus membuktikan bahwa mereka memang teladan yang patut ditiru dan digugu.
    Kalau tidak kuat, ya mohon tidak mendaftar jadi guru.
    Benar nggak Pak?
    Tapi saya percaya, Pak Sawali salah satu contoh guru yang sangat berdedikasi dengan tugasnya yang mulia mencerdaskan anak bangsa.
    Halah…komentarnya muluk2 ya Pak…

    Baca juga tulisan terbaru Hery Azwan berjudul Duo Travelers

    1. terima kasih, mas azwan, ucapan selamatnya. betul juga tuh seperti yang disampaikan, mas azwan. hanya saja, situasi sekarang agaknya telah banyak terjadi perubahan paradigma dalam memandang tugas dan fungsi guru. semoga saja saya dan rekan2 sejawat tetep bersamangat dalam mencerdaskan anak2 bangsa masa depan, mas.

  8. begitu berat perjuanganmu wahai guru, tapi berbahagialah wahai para guru, karena amal ibadahmu itu mengalir lah selalu pahala hingga akhir zaman. Dan karena tugasmu adalah mulia, yaitu membangun peradaban ini.

    Baca juga tulisan terbaru Alex berjudul GURU DAN PERADABAN

  9. pak sawali masih beruntung…
    saya belum pernah ngampung sejak kelas 4 sd…
    ke kampung bapak malah cuma sekali, itu juga balita gak inget apa-apa…
    kondisi ekonomi keluarga saya begitu… hehe…
    tapi saya sekarang sudah kerja…
    ngumpulin uang buat pulang, sekeluarga…

    *jadi curhat*

    Baca juga tulisan terbaru moerz berjudul Proletar

  10. Wahhh saya jadi ingat pak betapa sabarnya seorang guru yang menghadapi Gelandangan yang bandel ini waktu itu. saya kini berfikiran apakah seorang guru itu tidak mempunyai arti di mata pemerintah kita yang dari dulu sering di kucilkan dan di permainkan 🙁

    Selamat hari Guru Pak Sawali. Semoga Guru-guru di indonesia menciptakan generasi baru yang betul2 mengerti atas penderitaan guru dan masyarakat luas 😀

    1. bandel? walah, jangan2 sampai sekarang masih tersisa, mas maulana? kekeke …. *bercanda* perhatian pemerintah agaknya sudah mulai muncul, mas, hal itu terlihat dg adanya tunjangan profesi sebesar 1x gaji pokok bagi mereka yang sudah bersertifikat.

  11. angkat topi tanda salut saya sama guru…
    semoga di hari guru ini menjadi yang terbaik…
    oia saya sepakat juga kalo guru SD disebut ilmuan general 🙂
    mereka mengetahui segala hal…. bayangkan satu guru harus mengajarkan semua pelajaran 🙂

    1. terima kasih apresiasinya, mas arul. dalam pandangan saya begitu, mas arul. para guru sd benar2 menguasai semua disiplin ilmu, meski baru dasar2nya saja, tapi justru di sinilah arti penting keberadaan merekam bisa menanamkan dasar keilmuan kepada siswa didiknya,

  12. apalagi yang kasus-kasus tentang guru memaksakan ganti buku setiap tahunnya sesuai pesanan para penerbit…. jaman kecil saya dulu mah gak pernah ada kekeke

  13. Selamat hari guru pak… Semoga eksistensi guru kedepannya dapat lebih baik lagi…. Amin

    Ngomong2, lama juga pak gak kesini,,, banyak yang berubah… maksudnya tampilannya…he Link back ya pak…

  14. telat mbuka blog sampeyan sehari, komennya udah banyak banget, mau komen mbok udah ada yang komennya sama. mau membaca semua komentar udah mau berangkat kerja….
    ibu saya guru sd lho pak.

    Baca juga tulisan terbaru endar berjudul Mengumpulkan PR

  15. iya Pak.. ngajar anak-anak ternyata lebih susah… tapi kalo muridnya orang dewasa kalo mbeling ya di suruh kelura 😀

    ===
    Pak Kalo ke Malang di tunggu kopdar sama Pak Husnun [ http://husnun.wordpress.com ] kalo sempat panjenengan mampir di blog beliau 🙂

    ini komen beliau di blog saya 🙂
    @Pak Sawali : Kayaknya kopdar di Malang asyik tuh, kapan ke Malang ? saya tunggu

    Baca juga tulisan terbaru heri berjudul ibsn: berdamai dengan masa lalu

    1. bener banget, mas heri, makanya bapak/ibu guru sd sangat besar jasanya dalam menanamkan pengetahuan dasar kepada siswa. btw, sampaikan salam saya buat pak husnun. wah, belum bisa memastikan, kira2 bisa ke malang atau tidak, mas heri. salam saja buat beliau.

  16. Membaca tulisan Pak Sawali ini, saya kok jadi teringat kisah ibu saya yang juga adalah guru SD yang dulunya juga ada didaerah terpencil, kalau musim hujan harus berjalan menyeberangi arus sungai yang sedang banjir, ketika saya ada dikandungan kegiatan tersebut masih terus dilakukan untuk bisa mengajar dan bertemu dengan anak didiknya. Pada waktu itu, ibu bercerita mempunyai keinginan untuk membeli sepeda pancal gaji tidak cukup, jadi perjalanan memang harus dilakukan dengan jalan kaki atau berharap ada belas kasih dari orang-orang yang lewat, bahkan tak jarang dalam kondisi perut besar, harus rela “nggandhol” pick up yang penuh sesak dengan penumpang.
    Ketika saya berumur 3-4 tahun, saya pernah diajak ke sekolah tersebut, dimana jalan yang dilalui sudah lebih manusiawi, tetapi anak-anak bersekolah masih banyak yang tanpa mengenakan alas kaki. Kubangan air yang ada dihalaman, digunakan sebagai kolam renang jika waktu istirahat tiba.
    Trenyuh dan merinding saya membacanya, jadi ingat ibu yang sedang dirumah sendirian, tidak ada teman.
    Ah sudah, kaca bening dan dingin itu mulai terasa penuh dimata…

    Selamat Hari Guru untuk seluruh pengajar dan pendidik yang ada di Indonesia. Dimanapun Anda mengajar, ilmu yang telah tertanam kepada semua anak didik akan tetap terpatri dan dibawa kemanapun mereka pergi. Terimakasih juga saya ucapkan kepada seluruh guru yang telah rela bersusah payah dan membagi ilmunya dengan ikhlas.

    1. wah, kisahnya mengharukan juga, mas sapimoto. itulah pengabdian yang sesungguhnya, mas. jasa mereka sungguh tak bisa diukur dg apa pun. salam buat bunda mas sapimoto, yak. terima kasih ucapan selamatnya, semoga mengilhami saya dan teman2 sejawat agar makin bersemangat dalam menjalankan tugas.

  17. kita semua selalu mendambakan
    sosok guru dari tanah kelahiran mas Sawali itu
    yang cuma mengenal satu tekad mengabdi
    demi mencerdaskan anak didiknya
    benar, guru2 sekarang sdh bnyk
    yg ogah2an mengajar, walaupun
    kesejahteraan guru sdh jauh meningkat 😕

    Baca juga tulisan terbaru mikekono berjudul Semua Terserah Ketua !

  18. Tulisan-tulisan pak Sawali senantiasa menggugah pemikiran yang mendalam, terutama profesionalitas. Untuk itu ada award yang bisa diambil di blog saya pak. Semoga berkenan dan sukses selalu. :d/

    Baca juga tulisan terbaru Hejis berjudul MENDAPATKAN AWARD

  19. iya niy..slamat hari guru dulu deh…
    Menarik..itulah yg ada dalam pikiran dq setiap membaca n merenungkan butiran kata-kata yg dituangkan mas sawali..Dq skrg berdiri..sembari mempersembahkan standing applaus kepada mas! Walaupun memang masih ada ulah2 sebagian kecil oknum guru yg tidak sepatutnya..Terus semangat dan pertahankan idealisme mas!

    Baca juga tulisan terbaru Nyante Aza Lae berjudul Membeli Penipu !

  20. Guru SD menurut saya adalah kunci dari segalanya, karena pembentukan pribadi seorang anak adalah pas anak itu di SD. Ibaratnya Kertas kosong yang udah bergaris, tinggal ngasih tulisan dan gambar aja di lembar kosong itu…jadi bagaimana selanjutnya nasib si anak sedikit banyak ditentukan di pendidikan dasarnya, ya SD itu tadi. Tapi sayang kesejahteraan seorang guru SD, apalagi di daerah masih cukup memprihatinkan. Dengan Jam kerja yang 1 minggu full dan mengampu semua mata pelajaran, gajinya bisa terbilang kecil. Ya semoga dengan pemerintahan yang baru tahun depan kesejahteraan para pahlawan tanpa tanda jasa itu bisa ditingkatkan…amiinn…

    Baca juga tulisan terbaru Tukang Nggunem berjudul Pawartos Lelayu

  21. jadi inget salah satu episode di “Kick Andy” dimana ada seorang Kepala Sekolah yang merangkap jadi pemulung 🙁

    Andai kata peran Guru masih sama dengan jaman eyang kakung dulu ya, pak…mungkin beliau-beliau ini akan mampu membangun image Guru yang dihormati tanpa perlu ditakuti 🙂

    Baca juga tulisan terbaru darnia berjudul Atonement

  22. Kondisi kampung Mas Sawali enggak jauh beda dengan kampung saya Mas…
    Namun saya bersyukur Justru Kondisi itulah yang menjadikan Kami selalu bersemangat untuk ” Mari Budayakan Kinerja Tinggi”
    Salam

  23. Selamat hari Guru tanggal 25 Nopember 2008.

    Sama pak Sawali, guru SD lah yang meletakkan dasar-dasarnya. Saya menyukai tanaman (padahal ayah ibu tidak), karena setiap kelompok murid mendapat sepetak tanah di depan dan belakang sekolah untuk ditanami. Disini ada guru yang melatih menanam, menyiram, memupuk…dan betapa senangnya wajah2 kecil kami ketika tanaman tumbuh dan berbunga. Guruku kelas 4 SD, rajin memeriksa gigi dan juga meminta para murid memeriksa badannya…dan para murid yang korengan dll diberi pengantar, dan diijinkan ke RS Umum, tanpa membayar.

    Juga kami diajak latihan pramuka, dan jika anak-anak itu membantu orangtuanya, maka guru mendatangi ortu agar hari Minggu anaknya dibolehkan ikut latihan, dengan catatan si anak bangun lebih pagi dan telah menyelesaikan tugasnya, seperti menyapu lantai, membantu memasak, mengisi bak kamar mandi (maklum saat itu dikampung kan mengambil airnya pake timba). Mengisi bak mandi juga menyenangkan, karena sambil mengisi, mencuci peralatan makan sambil bernyanyi.

    Dan setelah hidup di Jakarta,saya malah sulit menerapkan pola ini…jam 6 pagi(saat SMP/SMA) anak-anak mesti mengejar bis ke sekolah. Masih beruntung SD nya dekat, dan karena SD inpres, setiap sore/malam saya masih mengecek pelajaran anak-anak….tapi ternyata SD inpres dilingkungan rumah ku hebat, hanya 2 murid yang tak diterima masuk di SMP, yang saat itu no.1 untuk SMP di wilayah Jakarta Selatan.

    Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Foto jepretan Toni Wahid memang beda

  24. mungkin pak sawali hebat bisa seperti ini karena, bukan saja dididik oleh guru-guru yang hebat di tanah kelahiran, juga karena sangat menghargai jasa-jasa mereka.
    selamat hari guru, pak guru sawali. maaf terlambat karena saya baru bisa jalan-jalan di dunia maya lagi. tapi bagi saya penghormatan terhadap guru dan jasa-jasa mereka tak sekadar satu hari dalam setahun saja, jadi tak masalah kalau terlambat toh, pak? *hehe! pembenaran*

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Port Stephens from Dawn to Dusk

  25. Tidak dipungkiri kadang orang seperti saya ini sering lupa pada bapak/ibu guru yg telah mengajar saya di masa lampau duh… hati ini jadi treyuh :(( setelah membaca postingan bapak,maaf kan saya buat bapak/ibu guru saya atas kekilafan anak didikmu ini… walauapun terlambat Saya mengucapkan
    “SELAMAT HARI GURU”

    Baca juga tulisan terbaru unting berjudul Cpd… 2 printer canon seri IP is macet…!!

Tinggalkan Balasan ke inos Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *