Membangun Semangat Berbagi dan Bersilaturahmi melalui Blog

Kategori Blog Oleh

Juli 2007 merupakan saat yang tidak bisa saya lupakan dalam aktivitas ngeblog. Saat itulah saya pertama kali berkenalan dengan dunia blog. Awalnya, hanya iseng. Sekadar mencari dan menemukan media yang tepat untuk menuangkan pemikiran-pemikiran “usil” dan “slengekan”. Sekaligus juga merupakan bentuk “katharsis” dari kegelisahan saya yang selama ini selalu terkekang oleh otoritas redaktur media cetak (koran) jika ingin memublikasikan pemikiran-pemikiran “usil” dan “slengekan” itu. Sebelum ngeblog, saya memang sudah sering menulis di media cetak, seperti Kompas, Republika, Media Indonesia, Suara Merdeka, Wawasan, Solopos, dan sebagainya, baik berupa artikel opini, esai, maupun cerpen.

Karena tak mau terjebak dalam rutinitas dan aktivitas penulisan yang statis dan stagnan, saya berusaha mencari dan menemukan media lain yang bebas saya kelola secara mandiri. Akhirnya, saya pun membuat blog dengan menggunakan engine blogspot (blogger.com) dengan url: http://jalan-mendaki.blogspot.com. Lantaran sepi pengunjung dan tak mau terjebak dalam penggunaan engine blog tertentu, tiga bulan kemudian saya beralih menggunakan platform wordpress.com dengan url: http://sawali.wordpress.com. Saat itulah saya mulai intens melakukan aktivitas ngeblog. Blog bertitel Jalur Lurus itu agaknya mulai disukai pengunjung. Terbukti dari trafik yang tercatat dalam statistik.

blog1bloger

Saya mulai menemukan kenyamanan ketika banyak teman bloger yang merespon secara positif kehadiran blog itu. Saya jadi makin bersemangat dalam melakukan aktivitas blogwalking; berbagi informasi dan bersilaturahmi dalam suasana demokratis; tanpa dibatasi sekat-sekat geografis, latar belakang sosial-budaya, atau sekat-sekat primordial lainnya. Dari situlah saya mulai banyak mendapatkan “sahabat maya” dari berbagai latar belakang. Saya juga banyak belajar dari sahabat-sahabat bloger yang kebetulan memberikan respon terhadap setiap tulisan yang saya publikasikan, terutama berkaitan dengan dunia pendidikan, bahasa, sastra, dan budaya, sesuai dengan “misi” blog yang saya angkat sebagai tagline. Web dan blog sahabat-sahabat bloger yang menjalin silaturahmi dengan saya itulah yang menjadi “favorit” saya.

Enam bulan ngeblog bukannya membuat saya jenuh, melainkan justru semakin bersemangat. Bukan hanya artikel opini, esai sastra, cerpen, atau persoalan-persoalan pendidikan yang saya angkat sebagai tema tulisan, melainkan juga berbagai persoalan sosial, semacam korupsi, budaya instan, involusi budaya, atau berbagai pernik-pernik kehidupan lainnya yang seringkali menggelisahkan saya. Agar postingan lebih “berwarna” dan memiliki kekhasan, saya sengaja mengangkat tema-tema serius, tetapi dengan kemasan bahasa populer dan gampang dicerna. Banyak sumber yang bisa saya gunakan untuk memperkaya tulisan. Selain pengalaman-pengalaman reflektif dan buku-buku rujukan, saya juga memanfaatkan aktivitas surfing lewat search engine di internet. Dari sisi ini, agaknya tidak ada alasan seorang bloger jadi kehilangan ide-ide kreatif untuk membuat sebuah tulisan.

Karena ingin ngeblog lebih serius, pada 5 Januari 2008, saya memutuskan untuk membuat blog dengan domain sendiri. Engine yang saya gunakan masih sama, yaitu wordpress dengan url: sawali.info. Titel blognya adalah Catatan Sawali Tuhusetya dengan tagline “tentang dunia pendidikan, bahasa, dan sastra Indonesia”. Semboyan yang saya gunakan untuk melengkapi tagline tersebut adalah “hanya berupa kumpulan catatan ringan seorang guru tentang dunia pendidikan, bahasa, sastra, dan budaya. Sesekali menyentil peradaban yang “sakit” dengan gaya slengekan dan seadanya.”

Semula memang muncul rasa khawatir, jangan-jangan saya kehilangan sahabat-sahabat maya setelah beralih ke domain sendiri. Namun, justru komunitas dunia maya saya makin meluas. Pengunjung makin banyak, komentar pada setiap postingan pun makin mengalir hingga mencapai jumlah puluhan.

Saya juga baru saja membuat blog dengan domain baru atas layanan fasilitas hosting gratis untuk guru atas jasa baik Mas Budiono. Dalam waktu yang bersamaan, saya juga membuat lagi satu blog pribadi dan satu blog untuk Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia SMP/MTs Kabupaten Kendal atas fasilitas gratis dari webhost. Semoga kehadiran blog tersebut ada manfaatnya buat pengunjung.

Dari aktivitas ngeblog, saya pernah “didaulat” untuk mendampingi rekan-rekan sejawat guru dari Kabupaten Banyumas sebanyak 4 angkatan yang diikuti sekitar 330-an guru TIK untuk membuat blog bersama-sama di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Semarang (Jawa Tengah) pada bulan Januari 2008. Ini sebuah “blessing in disguise” yang tak pernah saya duga. Dari situlah saya punya kesempatan untuk menyampaikan pengalaman-pengalaman saya tentang aktivitas ngeblog dan manfaatnya kepada rekan-rekan sejawat.

Banyak pertanyaan menarik yang dilontarkan oleh rekan-rekan sejawat. Selain mempertanyakan terbatasnya akses dan koneksi internet, mereka juga menanyakan efektivitas ngeblog untuk mendukung kemajuan dunia pendidikan. Apakah guru yang melakukan aktivitas ngeblog dengan sendirinya mampu “menyulap” siswa didiknya jadi generasi masa depan yang hebat dan cerdas? Wah, pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Saya cenderung berpendapat, ada banyak faktor yang menentukan hebat atau tidaknya generasi masa depan negeri ini. Guru hanya ibarat skrup dalam sebuah mesin raksasa. Sekokoh apa pun lilitan skrupnya, kalau mesinnya bobrok, tetap saja hancur.

Lalu, apa untungnya ngeblog dari sisi keilmuan dan kemajuan dunia pendidikan? Ngeblog, dalam pemahaman awam saya, merupakan media untuk melakukan aksi-aksi kreatif dan reflektif melalui tulisan dengan basis semangat berbagi dan bersilaturahmi. Dari sisi finansial, saya memang tidak mendapatkan apa-apa. Namun, dari sisi yang lain, selalu saja ada hikmah tersembunyi di balik aktivitas ngeblog itu. Yang jelas, dari sisi keilmuan, ngeblog akan terus memacu kita untuk tidak pernah berhenti belajar. Dari situlah pengetahuan dan ilmu kita akan terus berkembang seiring dengan makin banyaknya tulisan yang kita publikasikan sehingga akan melahirkan pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif untuk ikut memberikan sumbangsih pemikiran terhadap dinamika dunia pendidikan.

Lantas, bagaimana membagi waktu antara aktivitas ngeblog dan mengajar? Dari sisi waktu, guru termasuk profesi yang cukup “menguntungkan”. Tugas mengajar dalam sehari hanya sekitar 8 jam. Ini artinya, masih banyak waktu luang yang tersisa, sehingga bisa dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas lain yang bermanfaat, termasuk ngeblog. Dengan kata lain, aktivitas mengajar tidak akan terganggu aktivitas ngeblog yang dilakukan oleh seorang guru.

Ada pengalaman kreatif yang tak bisa saya lupakan setelah saya serius menekuni aktivitas ngeblog. Selain bisa melakukan aksi melalui tulisan, menumbuhkan semangat berbagi dan bersilaturahmi, cerpen-cerpen saya yang selama ini berserakan di media cetak dan hanya terpublikasikan di blog berhasil diterbitkan menjadi sebuah buku kumpulan cerpen Kumcer) berjudul “Perempuan Bergaun Putih”. Kumcer itu bisa terbit berkat bantuan seorang teman bloger yang kebetulan memiliki kepedulian terhadap dunia sastra. Yang lebih menarik bagi saya, proses peluncurannya yang berlangsung di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin, Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta pada Jumat, 16 Mei 2008, bersamaan dengan diskusi buku puisi “Kembali dari Dalam Diri” karya penyair Malaysia, Dr. Ibrahim Ghaffar. Hal ini juga berkat jasa baik Pak Maman S. Mahayana (dosen FIB UI Jakarta) yang kebetulan berkenan memberikan kata pengantar untuk Kumcer saya itu. Peristiwa ini jelas hanya akan menjadi sebuah mimpi jika saya tidak ngeblog.

Dunia maya agaknya akan makin dinamis dengan hadirnya banyak blog yang penuh “warna”, gaya, dan muatan isinya. Apalagi, kini juga banyak web yang memberikan layanan gratis. Dunia pendidikan yang diyakini menjadi “kawah candradimuka” peradaban, juga akan makin dinamis dan berkembang pesat jika banyak guru yang bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan aktivitas ngeblog. Bahkan, bukan tidak mungkin, blog akan menjadi media interaktif dalam sebuah pembelajaran elektronik yang menarik dan menyenangkan untuk peserta didik.

Sudah saatnya blog menjadi “piranti” dan media strategis untuk melakukan aksi, berbagi, dan bersilaturahmi di tengah peradaban yang kini dinilai sedang “sakit”. Melalui blog, kita bisa memberikan “pencerahan” kepada publik akan pentingnya makna kearifan hidup sehingga tidak mudah terangsang untuk melakukan tindakan-tindakan konyol dan tak terpuji yang bisa menodai citra keharmonisan hidup.

Rekan-rekan sejawat guru atau siapa saja yang masih memiliki semangat untuk beraksi lewat tulisan, berbagi, dan bersilaturahmi, tak ada salahnya untuk mulai mengakrabi dunia blog. Mungkin ada baiknya hal-hal berikut ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan sebelum memutuskan untuk menjadi seorang bloger.

  • Jangan jadikan blog sebagai media untuk mencari ketenaran atau sensasi. Fakta sudah banyak membuktikan hal itu. Seleksi alam yang akan membuktikan bahwa blog semacam itu tak akan berumur panjang.
  • Tetapkan pola dan desain isi blog yang akan dibuat agar kita sendiri tidak merasa kesulitan dalam melakukan update tulisan.
  • Khusus untuk rekan-rekan sejawat guru, budayakan aktivitas ngeblog di luar jam-jam mengajar di sekolah. Jam kerja guru saya kira masih terlalu pendek jika dibandingkan dengan waktu luangnya. Nah, akan lebih bagus jika waktu luang tersebut kita manfaatkan untuk melakukan aktivitas ngeblog yang sangat bermanfaat untuk membangun tradisi keilmuan.

Nah, sudah saatnya kita menjadikan blog sebagai media yang cerdas dan mencerahkan dalam membangun aksi, berbagi, dan bersilaturahmi ketika dunia sudah menjadi satu atap dalam sebuah perkampungan global. Kalau bukan sekarang, lantas kapan lagi? Yaps, salam kreatif dan salam ngeblog! ***

Penggemar wayang kulit, gendhing dan langgam klasik, serta penikmat sastra. Dalam dunia fiksi lebih dikenal dengan nama Sawali Tuhusetya. Buku kumpulan cerpennya Perempuan Bergaun Putih diterbitkan oleh Bukupop dan Maharini Press (2008) dan diluncurkan di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada hari Jumat, 16 Mei 2008 bersama kumpulan puisi Kembali dari Dalam Diri karya Ibrahim Ghaffar (sastrawan Malaysia).

41 Comments

  1. sudah saatnya kita menjadikan blog sebagai media yang cerdas dan mencerahkan dalam membangun aksi, berbagi, dan bersilaturahmi ketika dunia sudah menjadi satu atap dalam sebuah perkampungan global…
    tiada bantahan, tiada sanggahan…manut n manggut2..!

    Baca juga tulisan terbaru Nyante Aza Lae berjudul Ban Bocor !

  2. wah ini dia,. membuat saya lebih bersemangat untuk ngeblog… padahal seharusnya disela-sela kerjaan…:D ngga boleh kan.. heh e h hehe

    Yah, memang banyak ide bersliweran untuk topik menulis dan memang harus segera dituangkan, jika memang belum bisa dalam postingan mungkin dalam coretan tinta…

    semangat ngeblog dan memberi motivasi seharusnya memberikan masukan positif bagi yang membaca.. dan itulah yang saya peroleh disini.. moga postingannya tetap memacu dan memberikan semangat..

    HIDUP nge BLOG

Tinggalkan Balasan

Your email address will not be published.

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Tulisan terbaru tentang Blog

Setelah 9 Tahun Ngeblog

Juli 2007 merupakan saat pertama saya belajar ngeblog (=mengeblog). Sering berganti-ganti engine,

Enam Purnama Tanpa Jejak

Sudah enam purnama, saya tidak meninggalkan jejak di blog ini. Sejatinya, enam
Go to Top