Kecerdasan Paripurna Menggapai Kesejatian Diri

Daniel Goleman berhasil mengubah opini dunia. “Mitos” Intelektual Quotient (IQ) yang berabad-abad lamanya konon “dipuja” banyak orang lantaran dianggap sebagai penentu kesuksesan hidup, kini seakan-akan telah “runtuh”. Lewat tesisnya yang menggemparkan, Emotional Intelligence (EI) (dialihbahasakan oleh T. Hermaya, Gramedia Pustaka Utama: 1996), Goleman berhasil meyakinkan publik dunia bahwa EI justru memiliki peran yang jauh lebih penting ketimbang IQ.

Temuan Goleman ini, tampaknya mengilhami para pemikir dari berbagai belahan dunia untuk mengkaji ulang apa makna kecerdasan yang sesungguhnya. Di Indonesia, misalnya, Ary Ginanjar Agustian tampil lewat konsep ESQ (Emotional Spiritual Quotient)-nya. Menurut dia, ESQ merupakan konsep universal yang mampu mengantarkan seseorang pada “predikat yang memuaskan” bagi dirinya sendiri dan orang lain. ESQ pula yang dapat menghambat segala hal yang kontraproduktif terhadap kemajuan umat manusia.

syekh Kini, ada pula konsep Kecerdasan Milyuner yang mengungkap tentang pentingnya mengembangkan kecerdasan Sepia (Spiritual, Emosional, Power, Intelektual, dan Aspirasi) secara seimbang sebagai “way of life” dalam upaya mewujudkan kebahagiaan hidup secara utuh dan “paripurna”. Konon, para milyuner memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang baik. Mereka adalah orang-orang yang tangguh, ulet, sabar, mampu mengendalikan diri, bermasyarakat dengan baik, memiliki keluarga harmonis, dan berbagai hal lain yang membuktikan bahwa mereka memiliki kecerdasan emosional (EI) yang baik. Selain itu, mereka juga meyakini Tuhan sebagai sumber pemberi rizki sehingga kebanyakan dari mereka menyumbangkan penghasilan 10 persen atau lebih dari pendapatan kotor. Hal ini menunjukkan bahwa mereka juga memiliki tingkat kecerdasan Spiritual (SQ) yang baik.

Konon pula, para milyuner ternyata memiliki lebih dari sekadar IQ-EQ-SQ. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa para milyuner tidak hanya memiliki kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual semata, tetapi juga memiliki dua kecerdasan yang lain, yakni kecerdasan Aspirasi (memiliki mimpi besar, tujuan yang jelas, teguh memegang impian) dan kecerdasan Power (mampu memanfaatkan kekuatan yang ada dalam dirinya maupun di sekelilingnya). Ini artinya, untuk meraih sukses hidup dibutuhkan pengembangan kecerdasan Sepia secara seimbang dan “paripurna”.

Dalam buku SEPIA: Kecerdasan Milyuner, Warisan yang Mencerahkan Keturunan Anda (Khairul Ummah, Dimitri Mahayana, Agus Nggermanto, September 2003), misalnya, dijelaskan bahwa Kecerdasan Sepia pada hakikatnya merupakan refleksi dari karakter (Aspirasi, Spiritual, Emosional) dan kompetensi (Intelektual, Power) manusia. Hubungan kelima kecerdasan tersebut dilambangkan dengan ikon Matahari Sepia. Di tengah bulatan matahari adalah keseimbangan karakter dan kompetensi yang dilambangkan dengan C-C (Character-Competence) dalam bentuk lingkaran Yin-Yang. Menurut penulis buku tersebut, kecerdasan spiritual merupakan kemampuan manusia untuk memberi makna atas apa yang ia alami dan jalani. SQ bukan sekadar agama (religi). Karena manusia dapat merasa memiliki makna dari berbagai hal, agama (religi) mengarahkan manusia untuk mencari makna dengan pandangan yang lebih jauh; bermakna di hadapan Tuhan. Wujud dari SQ adalah sikap moral yang dipandang luhur oleh sang pelaku., misalnya selalu beryukur atas karunia Tuhan, kemurahan hati yang tulus, kerendah-hatian untuk tidak cepat menilai terhadap sesuatu, atau berupaya mencari makna hidup.

Kecerdasan emosi (EI) merupakan kemampuan mendeteksi dan mengelola emosi diri sendiri maupun orang lain. Sebagai tips bagi mereka yang ingin meningkatkan kecerdasan emosi, penulis memberikan kerangka kerja 4 P, yakni Peka, Peduli, Positif, dan Partisipatif. Pada bab ini juga dibeberkan tentang pentingnya kecerdasan ketangguhan — Adversity Quotient yang pernah diperkenalkan oleh Paul Stoltz – yaitu kemampuan seseorang untuk menghadapi kesulitan-kesulitan hidup.

Power Intelligence (PI)? Hemm, PI sering ditafsirkan sebagai kemampuan mengelola semua potensi kekuatan, baik dari dalam diri maupun dari lingkungan. Kemampuan yang utama ialah mengenali seluruh potensi dan menggunakannya untuk meraih tujuan. Dalam segala zaman, PI memegang peran yang sangat penting dalam mencapai kesuksesan. Pengelolaan kekuatan muncul dalam bentuk strategi, penciptaan peraturan, pemaksaan, negosiasi, intrik, persekutuan, pengelolaan informasi, energi, material, serta kekuatan binatang dan alam. Semakin mampu seorang manusia memanfaatkan kekuatan-kekuatan di luar dirinya, semakin efisien dan efektif ia dalam mencapai tujuan. Erat kaitannya dengan PI adalah kecerdasan finansial (kecerdasan dalam mengelola masalah uang dan kekayaan) dan kecerdasan politik (kecerdasan mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan).

Tentang Kecerdasan Intelektual (IQ)? Istilah yang lebih dahulu lahir ini sering dipahami sebagai kecerdasan yang berhubungan dengan kemampuan belajar dan penciptaan. Orang yang cerdas mampu belajar dengan cepat dan mampu menciptakan sesuatu. IQ merupakan elemen yang sangat penting dari kompetensi manusia. Dengan pengelolaan yang baik atas bakat-bakat penciptaan yang dikaruniakan Tuhan, manusia dapat mewujudkan kebudayaannya.

Masih ada satu kecerdasan lagi, yakni Aspiration Intelligence (AI). AI merupakan kecerdasan manusia dalam mengenali dan mengelola keinginannya, sehingga mampu menjadi sumber daya gerak yang hebat. Orang-orang besar yang berhasil mendaki sampai puncak kontribusi, yang telah berhasil melewati berbagai rintangan adalah mereka yang tetap teguh dengan aspirasinya – Paul Stoltz menyebutnya sebagai Climber. Para Climber ini memiliki kecerdasan emosi yang hebat dan kesetiaan untuk tetap membela mimpi-mimpinya (kecerdasan aspirasi).

Agar sanggup menggapai kesejatian diri agaknya diperlukan kemampuan untuk mengelola kecerdasan Sepia secara simbang dan “paripurna”. Keseimbangan menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan modern. Kehilangan salah satu elemen Yin-Yang ini akan menyebabkan bencana kegagalan. Ibarat mobil yang berjalan dengan mesin yang sangat kuat, berlari dengan kencang, tapi tiba-tiba sadar bahwa remnya blong, sehingga tidak dapat menghentikan laju mobil. Pedal gas tanpa pedal rem pastilah sebuah kekonyolan!

Berkaitan dengan konsep tersebut, bagaimana pendapat Sampeyan kalau ada seorang milyarder yang ingin mengawini gadis di bawah umur sebagaimana yang dilakukan seorang Syeikh yang menghebohkan itu? Apakah sang Syekh juga telah menerapkan konsep kecerdasan Sepia? Pernah dengar beritanya, kan? Kalau belum, silakan ketikkan kata kunci ”syekh puji” pada search engine, pasti Sampeyan akan ditunjukkan berita-betita heboh tentang ”sensasi” yang dibuat oleh pengusaha yang bergerak di bidang kaligrafi dari kuningan di bawah PT Sinar Lendoh Terang itu. ***

No Comments

  1. Dalam kasus si tukang kawin anak kecil ini jelas saya tidak melihat hubungan yang signifikan diantara EQ & IQ apalagi prinsip ~awalnya saya salah persepsi dan mengaitkannya dengan lagu dari Sheila On 7~ Sepia, karena yang saya lihat adalah keinginan yang lain dari yang lain, sedikit menyenggol kalau tidak sudah mengena di dalam prinsip perbuatan kaum pedhopilia. Maaf kalau terlalu kasar …

    Baca juga tulisan terbaru bisaku berjudul Ambil Judul Tulisan Teman Dengan Google Reader

    1. walah, lagu “sepia” sheila on seven, hiks, memang bukan ke situ jurusannya, mas toni, hehehe …. tulisan ini terinspirasi dari buku “SEPIA: Kecerdasan Milyuner …” yang ditulis oleh Khairul Ummah, Dimitri Mahayana, dan Agus Nggermanto yang kemudian saya kaitkan dg syeh puji yang “menghebohkan” itu.

  2. Pak, saya justru jadi tertarik untuk mengajukan sebuah pertanyaan. Mengenai kecerdasaan Sepia itu, manusia yang memiliki keseimbangan bisa disebut sebagai manusia paripurna. Pertanyaan saya, kecerdasan itu sudah bakat atau bisa dipelajari sampai mumpuni? pertanyaan lebih besarnya lagi, seorang tokoh, pemimpin, milyader atau apa pun sebutannya, mereka dilahirkan (bukan harafiah) atau diciptakan ya?

    maaf ya pak pertanyaanya jadi ngelantur…

    Baca juga tulisan terbaru icha berjudul Mengenang Sebuah Tempat Yang Terhapus Dari Peta

    1. pertanyaan mbak icha ini agaknya dijawab juga oleh Pak Ersis dalam komentarnya di postingan ini juga, hehehe … menurut saya sih, kecerdasan itu bisa dikembangkan melalui proses pendidikan, baik di bangku formal maupun nonformal. punya kecerdasan, tetapi kalau tidak pernah dikembangkan, agaknya juga akan sia2.

  3. Menurut saya pak puji itu hanya ingin menunjukkan bahwa dia bisa berkuasa atas diri Ulfa, tujuan utamanya mungkin saja bukan menjadikannya sebagai istri. Dari situlah kepuasan didapatnya, menurut saya ada suatu perilaku menyimpang yang harus didalami lebih lanjut, mungkin bisa dengan menggunakan pendekatan ilmu Psikologi forensik. Saya pernah mendapat sedikit pelajaran tentang Psikologi forensik.

    1. psikologi forensik? hmmmm … saya sendiri sangat awam dengan disiplin ilmu semacam itu, mas sejutaasa. terima kasih masukannya, mas. semoga para pakar di bidang psikologi forensik bersedia mengkajinya lebih jauh.

  4. Nggak begitu berkomentar tentang syeh Puji, yang jelas dia bertindak tentunya sudah dipikir, dan punya alasan yang mungkin kita tidak tahu atau belum tahu. Jika salah Dia kan harus siap mempertanggungjawabkan di Pengadilan Akherat nanti.
    Tentang kecerdasan, lama-lama tak pikir kok semakin banyak macamnya, mungkin suatu saat pak Sawali menemukan konsep BI(Blog Intelegence), kayaknya belum ada pak … kan jadinya Sepia menjadi SEPBIA, BIPESA atau … BE SAPI he he

    Baca juga tulisan terbaru wahyubmw berjudul Muhasabah #2

  5. Setiap orang punya kecerdasan masing-masing yang kadang tidak dimengerti oleh orang lain. Selama tidak merugikan orang lain, ya biarin aja dia bercerdas ria dengan dirinya sendiri hehehe.

  6. di luar klangenannya yang aneh (bagi saya), saya kagum sama pak puji…sampai sekarang saya masih bingung dengan kemampuannya mengangkat dirinya yang (katanya) berawal dari kernet dan penjual buku di jakarta, hingga bisa menjadi milyarder.
    mungkin SEPIA-nya sudah sip, karena kemampuannya yg seperti itu, juga untuk masalah spiritual secara kasat mata, it’s ok. tapi mungkin masih ada poin lain selain yg di atas, yg seharusnya membuat orang menjadi baik dan mumpuni dunia akhirat. nah, untuk masalah itu ada baiknya kita ikut merenungkan lagi saudara2….atau menunggu penelitian para ahli ?
    sugeng sonten, mas Sawali…saya mau meneruskan minum kopi…. 😀

    1. sosok syeh puji pada sisi kesuksesannya sebagai seorang wirausahawan memang layak dikagumi, mas goenoeng. konon, dia sukses benar2 merangka dari bawah, bukan dg cara yang instan. yang jadi pertanyaan kan perilakukanya yang sempat membuat “heboh” itu, hiks. ssemoga saja ada pakar yang tertarik utk mengkajinya.

  7. waduh, dah lama ga’ berkunjung postingannya mkin mantab aja pak., maaf belum sempet baca., lagi ngejar target blogwalking., karena belum sempet dibales., n saya mengumumkan, im come back

    Baca juga tulisan terbaru hendra berjudul im come back

  8. Hehe… dah lama nggak “nyampah” di sini.

    Konseptual yang Pak Sawali sampaikan menarik. Saya malah baru tahu tentang 2 kecerdasan yang lainnya selain IQ-EQ-SQ dari tulisan ini.

    Mengenai konteks yang disodorkan pada bagian akhir, saya no comment deh.
    Nyaris mustahil buat tahu apa yang ada di benak orang lain. Cuma kalo dilihat secara kasat mata manusia sih saya cenderung nggak setuju yah.

    1. hehe .. gpp, mas dhan, mungkin mas dhan sedang sibuk dalam urusan offline. betul juga pernyataan mas dhan, sulit utk mengetahui apa yang ada dalam benak seseorang, termasuk dalam benak syekh puji.

  9. Paripurna di dunia tercapai saat kiamat tiba. Di atas langit ada langit. Paripurna yang ada lebih seperti tamat sesaat, yang akan tergantikan oleh paripurna jilid 2, jilid 3, … dan jilid n. Sidang Paripurna juga istilah ngawur dan asal, karena ada sidang paripurna berikutnya dan berikutnya.

    Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Nonton TV

  10. artikel ini pantas di puji 😡

    biasanya pak guru g suka pujian 😕
    tp utk x ini, bolehlah 😉

    *yg muji rada jual mahal, tp is okelah :d*

    NB: saya senang dg senyam senyumnya `avatar` di atas komen (alah ribet ngungkapinnya). pokoknya top deh. selamat berkarya utk Pak Sawali.

    1. waduh, saya tidak bisa menjawab pertanyaan bung michael nih, hiks, maklum saya juga masih ragu, sesungguhnya saya punya kecerdasan itu apa tidak, kekeke … yaps, salam juga dari indonesia, bung michael.

  11. Sudah pas meletakkan gambar Syekh Puji pada artikel ini. Bagamanapun beliau mempunyai kecerdasan yang sungguh luar biasa, tentunya lepas dari kekurangannya sebagai manusia. Kita bisa mengupgrade kecerdasan kita dengan belajar dari beliau. Contohnya perjuangan beliau mulai dari nolder, puluhder, ratusder, ribuder, jutader dan akhirnya sekarang bisa menjadi milyarder.

    1. bener juga tuh, pak jaitoe. dari sis kesukesasan berwirausaha, syekh puji layak diteladani. saya malah tertarik dg penggunaan pak jaiote ttg istilah noler sampai milarder itu, haks, ada2 saja!

  12. Potensi cerdsa itu sudah dititipkan Allah SWT bersamaan kelahiran, tugas manusialah memindai dan mengembangkannya. Celakanya, teori-teori kecerdasan seolah-olah milik Barat. Padahal, kalau mau membaca dan mengkaji Al-Quran fundamentalnya sudah termaktub. Tapi, orang Barat itu memang pintar membuat otaknya terjaga dan tergunakan, kita … terbiasa mencerna dan mengangung-agungkan. Lucu ya. Jangankan ilmu kedokteran, psikologi … Ajabar sampai Kimia berasal dari kembangan Islam (Arab); istilahnya saja dari bahasa Arab he he. Mari kembangkan aneka kecerdasan, karena memang sudah kita punyai.

    Baca juga tulisan terbaru Ersis Warmansyah Abbas berjudul Buku Virus Menulis Zikir Menulis

  13. Salam…
    Apa kabar Pak?
    Yang paling membuat saya tertarik dari aktivitas blog walking… setelah membaca tulisannya adalah membaca komennya…
    Dari komen-komen itu kita bisa tahu gimana style orang yang komen….
    Hehehe…
    Soalnya komen dari tulisan ini beraneka ragam…
    :d
    Kembali ke pertanyaan Pak Sawali….
    Kalo membaca berita-berita tentang syekh ini…dari awal sampe jadi pengusaha sukses begitu….tentunya sang syekh telah memiliki kecerdasan Aspirasi, , Emosional, Intelektual, dan Power yang baik. Spirituil? Kalo sekilas punya. Wong dia pendiri pesantren lho… Begitu kan pemikiran kita…
    Tapi… ketika dia mengambil keputusan menikahi anak yang belum lulus sekolah dasar begitu…Dimana sisi intelektualnya. Dari segi kesehatan… seorang wanita siap berumah tangga itu usia 18-20 (begitu kata temen saya yang dokter).. Dia berdalih, bahwa sang isteri kelak akan diamanahi sebagai pemimpin perusahaannya. Gimana mau mimpin kalau SD saja tak lulus. Mungkin mau dihomeschoolingkan? atau ikut ujian persamaan? atau apalah itu…. Dalam ‘memintarkan’ seseorang itu tak cukup hanya dijejali ilmu-ilmu pengetahuan kemudian ujian dan mendapatkan ijazah… tapi dia butuh pergaulan dengan teman yang selevel. Dia butuh dunia sekolah yang disana akan banyak sekali pembelajaran yang akan didapat.
    Itu baru dari satu sisi…
    Wah… ini saja sudah kepanjangan…
    Saya cukupkan saja Pak…. pendapat saya..

    Baca juga tulisan terbaru ‘Nin berjudul Tamsil untuk Luqman-Ikan Cupang

    1. terima kasih banget tambahan info dan sharing pendapatnya, mbak nin. komentar mbak nin semakin melengkapi “fenomena” tentang sosok syekh puji. dalam proses pendidikan, apa yang disampaikan mbak nin itu benar adanya. kecerdasan dan pengembangan kompetensi seseorang tak cukup di-upgrade lewat jejalan ilmu pengetahuan, tapi juga butuh di-upgrade dengan berbagai pengalaman hidup. sekali lagi terima kasih, mbak nin.

  14. Mohon maaf buat Pak Anang…..
    Bukannya mau mengurusi wilayah pribadi orang nikahi anak kecil…
    Tapi kasusnya memang keterlaluan sekali…
    Saya hanya kasihan pada Ananda Ulfa….
    Dia masih terlalu kecil…
    Kalo masalah ini tidak diurusi akan banyak ulfa-ulfa yang lain…

    Baca juga tulisan terbaru ‘Nin berjudul Tamsil untuk Luqman-Ikan Cupang

  15. Salah dan benar tergantung dari mana dilihat dan dari sisi yang mana juga siapa yang melihat, mungkin kalo dari pikiran kita sebagai manusia perbuatan Beliau memang nyeleneh, tapi bukankah Muhammad menikahi gadis berumur 13 tahun, apakah itu salah?? apakah mungkin utusan Tuhan itu salah..?? Saya rasa Tidak…

    Baca juga tulisan terbaru Catatan Muslim berjudul HALLOWEEN Day ..!!

  16. Baru tahu pak,kalo ternyata jadi milyuner itu ternyata banyak ‘modalnya’:d,kalo masalah syekh pudji,emang bikin aku geleng-geleng kepala,Pak..tapi denger-denger sekarang katanya pernikahannya dibatalin ya pak sesudah banyak yang protes? 🙂

    Baca juga tulisan terbaru Nenad Mohamed berjudul Aku kangeeeeeeeen……

  17. nambah lagi neh pengetahuan tentang kecerdasan hehehe
    hmm ujian buat seseorang itu sungguh sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing2 tentang bentuk kapan dan bagaimana itu hak preogatif sang pencipta.

    Baca juga tulisan terbaru ontria berjudul Berbagi ilmu dengan blog

  18. Komentar saya tentang Syeh Puji (maaf Pak Sawali, harusnya ini komen tentang tulisan Anda tapi saya tergelitik dengan sentilan di akhir tulisan soal Syeh)… ini adalah perkara yang semakin hari semakin lumrah di Indonesia.

    Semua tampak semakin memfasilitasi terjadinya hal-hal seperti ini.
    Semoga saya salah…

    1. hehehe …. sebenarnya pernikahan dengan anak di bawah umur, konon sudah menjadi hal yang lumarah, mas donny. tapi lantaran menyangkut figur seorang syekh yang milyarder itu, beritanya jadi demikian menghebohkan.

    1. teori howard garder bagus juga, mas boyin. dia menunjukkan beberapa kecerdasan majemuk yang ada dalam diri manusia. kecerdasan sepia, agaknya secara khusus menyoroti kaitan antara milyarder dan potensi kecerdasan dalam diri seseorang.

    1. hehehe … kan bisa dibaca pada paragraf terakhir itu, mbak daun, justru saya bertanya, apakah seorang milyarder seperti syekh puji juga memiliki kecerdasan sepia setelah tersiar kabar menikahi si ulfah yang baru berumur 12 tahun.

  19. Melihat gambarnya, saya jadi tidak “ngeh” untuk berkomentar, pak Sawali! maaf ya! hehehe…
    *narsis: walaupun saya tidak milyarder, saya masih merasa bahwa saya mempunyai kecerdasan Sepia yang cukup baik… wakakakakakaka

  20. hmmm..saya punya kecerdasan sepia gak ya?
    Saya taunya sepia itu lagunya sheila on seven itu. hehehe…..
    kok saya ngerasa IQ saya makin lama makin turun ya pak, sekarang saya kalo mikir suka lambat. Susah nangkep kuliah yang diajarin dosen. Kalo ujianpun gampang lupa. kenapa ya?

  21. salam
    he..he.. Syekh yang nikah yang geger semua oranmg ya Pakde 😀 so Pakde pertanyaanku adalh hakikat kecerdasan itu sebenrnya apa yak apakah yang cerdas secara akademis, atau yang terlihat dari materi yang berlimpahan atau orang bijakkah atau perpaduan ketiganya, kok ya susyah yak klo begitu 🙂

    1. salam juga, mbak ney. memang ada banyak kok beragam kecerdasan. ada versi howard gardner dg multiple intelegence-nya, ada juga yang versi sepia ini. sepanjang yang saya tahu, kecerdasan tak hanya bisa diukur secara nateriil, tapi juga diukur berdasarkan kecerdasab seseorang dalam merespon situasi di sekelilingnya atau kemampuan me-manage diri.

  22. salam hormat saya sangat setuju dengan paparan di atas
    namun kenapa tak banyak yang bisa mengambil maanfat secara baik dari buku atau tulisan orang ,dibuktikannya masih banyak orang rebutan kekuasaan untuk kekayaan ,kan bukti tak memahami ESQ dan buku yang banyak membimbing kita hidup secara benar bahkan banyak sekedar membaca ,seperti menghafal ,begitu juga nasib kitab suci….?masih menjadi aplikasi ….kapan menjadi Implementasi ya pak
    salam masih dari seberang

    1. salam hormat juga, mas totok. idealnya, kecredasan tak cukup hanya dipahami secara kognitif, tapi juga maujud ke dalam sikap dan tindakan. kalau hanya tahu teori, tapi miskin ptaktik ya, repot, mas, hehehe … btw, mas di tanah seberang juga, mas? ok, sukses selalu buat mas totok.

  23. kita semua sdh dianugerahi kecerdasan intelektual,
    tp seringkali tak diimbangi dengan kecerdasan emosi,
    sehingga meraih kecerdasan paripurna menuju
    kesejatian diri, sprtinya sangat berat
    bahkan bs jadi impossible 😕

    Baca juga tulisan terbaru mikekono berjudul Berbohong bukan Dosa ?

  24. agaknya memang bukan hal yang mudah utk memadukan berbagai kecerdasan itu ke dalam diri seseorang, mas agus. teorinya memang terkesan gampang dirumuskan, tapi biasanya tak semudah utk diimplementasikan.

    1. hehehe … hanya kebetulan saja yang sedang “heboh” kok syeh puji, pak sumintar, hehehe …. makanya, saya iseng bertanya, kira2 syeh puji memiliki kecerdasan sepia apa tidak, begitu, pak, hiks.

  25. Wah dapet berkah banyak ni pak guru Sawal :)>-
    Kalo di blog saya ini namanya manusia yang paripurna. ya kira-kira pengertiannya sama dengan yang bang sawal tulis “memanfaatkan dengan optimal” segala potnsi yang ada pada diri.
    BTW, heee napa photonya jadi itu. Wah Pak, itu warga kampung halaman saya-Jambu Ambarawa kab Semarang, tempat mbah saya.
    saya jd ikutan ngenes plus malu, ada to yang kek gitu [-(

    1. wew… ternyata mbak ningrum dari jambu, toh, hehehe … foto itu hanya kebetulan saja kok, mbak, yangs edang “heboh” kan syeh puji itu. sekalian saya iseng bertanya, kira2 syeh puji memiliki kecerdasan sepia apa nggak, gitu loh, hehehe ….

  26. sempat heran, apa hubungan artikel sama foto Syekh Puji, ternyata jawabannya ada dibawah :d
    kalau kata ibu saya, kasus ini ibaratnya simbiosis mutualisme, menguntungkan kedua belah pihak.
    satu dapat istri, yang satu dapat harta 🙂

    Baca juga tulisan terbaru indahjuli berjudul Stand For You

  27. Hi, hi, hi teori yang ruuar biasa memang,saya setuju tentang dalil keseimbangan. Saya cuma penasaran kata sahibul hikayat yang ada didunia itu titipan (nyawa, harta dll) yang harus dipertanggung jawabkan kelak, sedangkan SEPIA bukankah itu ridhoNya. Sudah usaha setengah muati kalau takdirnya kere kok ya tetap kere juga, usaha bangkrut (diapusi terus).Mungkin ujud materi itu kepuasan hidup kalau kita mau berbagi/peduli sesama/selalu bersyukur sehingga Nur Illahi datang melalui sepia itu, ya nggak, ya nggak ❓ 😎

  28. Sebuah fenomena yang sangat menarik ketika sebuah kecerdasan berpadu menjadi satu dalam diri seseorang sehingga menjadi insan Kamil, adakah itu terjadi pada manusia sekarang.

Tinggalkan Balasan ke ontria Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *