Perhelatan sepak bola yang menyita perhatian jutaan pasang mata itu hampir mendekati masa-masa puncak. Sudah dipastikan, empat kesebelasan yang bakal tampil di semifinal, yakni Jerman-Turki, dan Rusia-Spanyol. Banyak hasil terawangan dan prediksi para pemerhati dan pengamat bola yang meleset. Siapa menduga Tim Oranye Belanda yang tampil perkasa, ternyata harus babak-belur dihajar Tim Rusia dengan skor 1-3 di perempat final. Siapa juga yang menduga kalau Tim Turki yang tak diperhitungkan justru melenggang ke semifinal setelah menghancurkan impian Croatia. Begitulah sepakbola. Lapangan hijau telah menjadi tumpahan emosi, semangat, romantisme, bahkan juga nasionalisme. Namun, atribut-atribut semacam itu, mau atau tidak, harus mengikuti “takdir” si kulit bundar yang tak jarang memunculkan banyak kejutan.
Tim Jerman
Tim Turki
Tim Spanyol
Tim Rusia
(Gambar dimabil dari sini)
Eropa, bukanlah kawasan yang memiliki ikatan batin dan emosi dengan bangsa kita. Bahkan, secara historis dikenal sebagai kawasan yang tersohor semangat imperialisnya. Peradaban sejarah bangsa kita pun pernah terkoyak oleh kehadiran meneer-meneer Belanda hingga 3,5 abad lamanya. Namun, luka-luka sejarah itu agaknya telah menjadi beban masa lalu. Ketika Tim Oranye itu tampil di lapangan hijau dengan gaya “total football-nya”, kita seperti kena sihir. Demikian juga, ketika tim-tim Eropa yang lain hadir di layar gelas. Betapa orang-orang kulit putih itu begitu kita sanjung dan kita puji tatkala mampu tampil atraktif dan memikat dalam memainkan si kulit bundar. Bahkan, nama pemain dan atribut yang mereka kenakan sangat bersahabat dan mudah sekali kita hafal. Sungguh, sangat berbeda kesannya ketika Tim PSSI tampil. Nama-nama mereka justru tenggelam di balik nama-nama Eropa yang secara artikulatif amat sulit kita lafalkan.
Bisa jadi, itulah sebagian dari fenomena budaya massa yang, disadari atau tidak, telah mengalir dalam sekat-sekat dan sendi-sendi keseharian hidup kita. Lihat saja, betapa banyaknya di antara kita yang rela menahan kantuk sekadar menanti saat-saat Euro 2008 dimulai. Lihat juga, semangat para pengelola stasiun TV yang menggelar acara “Nonton Bareng”. Belum lagi terhitung komunitas tertentu yang menggelar acara serupa. Bahkan, tak jarang yang menjadikan event Euro 2008 sebagai pasar taruhan; entah sekadar iseng dan basa-basi atau dikemas secara lebih rapih dalam bisnis perjudian. Sungguh, Euro 2008 telah menyihir gaya hidup dan kebiasaan keseharian kita.
Rabu dan Kamis, 25 dan 26 Juni nanti, kita akan kembali disuguhi atraksi bola dari tim semifinalis dalam ajang Euro 2008. Perhelatan ini, menurut hemat saya, justru akan lebih seru dan menarik dibandingkan pertandingan final. Emosionalisme, nasionalisme, romantisme, dan yel-yel fanatisme akan terasa lebih menggema. Sihir pun akan lebih fantastis dan teatrikal.
Di atas kertas, semifinal Euro 2008 itu akan menyuguhkan pertandingan “berat sebelah” dilihat dari sisi tradisi dan sejarah. Jerman dikenal sebagai keturunan bangsa “Arya yang Agung” yang memiliki tradisi kompetisi lokal yang lebih hebat dibanding dengan Turki. Demikian juga halnya dengan Spanyol. Sejarah bola di negeri ini lebih ngedap-edapi ketimbang Rusia yang bertahun-tahun lamanya tersekap dalam kungkungan rezim komunis sebelum era Glasnost dan Perestroika.
Namun, Euro 2008 juga memiliki “sihir kemanusiawian” yang tak kalah menarik. Betapa nama besar dan tradisi sejarah bola yang hebat belum bisa menjadi jaminan untuk menaklukkan tim-tim “gurem”. Siapa tahu, justru nanti yang akan berlaga di final adalah Turki vs Rusia yang dalam sejarah bola pamornya (nyaris) tenggelam oleh kebesaran Jerman dan Spanyol, untuk selanjutnya mengantarkan Turki sebagai Juara Euro 2008. Nah, prediksi Sampeyan bagaimana? ***
akhirnya turki keok juga ama jerman saya prediksi piala euro tahun ini jatuh ke tangan jerman he…he…
Nhaa, kalau yg satu ini sih baru bener sebagai pengalih perhatian (sebagian) besar kita akan setumpuk masalah kontemporer. Ya tho, Pak?

.
Omong2 soal Euro, sampeyan njagoin yg mana, Pak. Turki harapan saya kalah sama Jerman, yao wis, saya pilih Jerman ae…
.
Monggo…
Note: de’wingi kulo sempet nulis komentar, nanging gagal ae i pak, nopo servere enten masalah? Kulo pikir plugine yo dadi penyebape lho… mohon diperbaiki, demi kelancaran silaturahmi…
ngaturaken salam
ariss_s last blog post..Sebuah Gugatan Ahmadiyah, Berusaha Merubah Sudut Pandang
Bentar Pak Dhe ya, saya lihat-lihat dulu mana diantara kesebalasan itu yang dominan pemainnya cuakep-cuakep, baru deh saya jagoin he..he.. *genit mode:ON* eh kita tarohan lagi yu Pak Dhe *dipentung Pak Dhe*
nenyoks last blog post..Demo Anarkhis
Iya nih, heran waktu Gus Hiddink menangani Indonesia, koq ngga keliatan hasilnya ya?
prediksi saya? teteupppp… persela… laskar jaka tingkir je..
eh.. euro ya? π .. salah kamar rupanya ..
yainals last blog post..Entrepreneurship Training for Santri, Mau?