Bos Buku Datang, Sekolah Meradang?

Sekretaris Jenderal Depdiknas, Dodi Nandika, sebagaimana dilansir oleh harian Pikiran Rakyat, (13/4/2006) pernah mengungkapkan bahwa Depdiknas akan meluncurkan sembilan program utama tahun 2006. Salah satunya adalah bantuan operasional sekolah (BOS)…

Penjara

Cerpen: Sawali Tuhusetya

Pelupuk mata Badrun mengerjap-ngerjap seperti klilipan. Berat dan pedas. Sudut-sudut matanya masih digerayangi sisa-sisa mimpi. Ia tidak tahu, sudah jam berapa sekarang. Sel tempat ia disekap memang sangat tidak memungkinkan untuk mengetahui dengan pasti pergantian setiap detik, menit, jam, bahkan hari. Ia pun tak ingat lagi, sudah berapa lama menjadi penghuni penjara terkutuk yang sumpek, pengap, dan bau ini.

Yang menjengkelkan, ia harus sering bergaul dengan para penghuni penjara berperangai kasar. Ia sering dijadikan sasaran amarah dan ledakan emosi para pesakitan yang sudah kebelet ingin mencium bau kebebasan di luar tembok penjara. Gertakan, makian, sumpah-serapah, ancaman, pukulan, bahkan ludah bacin tak jarang harus ia terima, tanpa perlawanan. Sangat konyol jika harus melawan mereka. Di penjara ini, hanya okol dan nyali yang berbicara. Makin kuat okol dan nyalinya, mereka malah disegani dan bisa dengan bebas memperlakukan napi lain seenak perutnya.

Pertunjukan Tayub di Grobogan

Biar Jelek Asal Mau Mendekat Tampil dengan kostum yang kontras sebatas dada dihiasi make up yang medhok-merok dan bau parfum yang menyengat hidung, kemudian berlenggang-lenggok di atas gelaran tikar merupakan…

Refleksi “Narcis” Menjelang Akhir Tahun

Tanpa terasa, tahun 2007 hanya tinggal beberapa hari lagi. Banyak sudah peristiwa dan kejadian saling bergesek dan beradu, menemani keseharian kita, bagaikan mozaik kehidupan. Sudah banyak pula dalam setahun ini nilai-nilai kearifan dan kebajikan hidup menyusup melalui pori-pori kalbu kita.

Ada baiknya kita *halah* sejenak melakukan refleksi untuk menata hidup kita ke depan sambil menengok masa lalu. Rendra pernah bilang, kemarin adalah hari ini. Hari ini dan esok sama saja. Artinya, visi dan misi hidup kita ke depan perlu juga dikaitkan dengan masa lalu. Masa depan perlu kita rajut berdasarkan peristiwa hari ini. *Walah, retorik banget!*

Pendidikan dan Moralitas Kaum Terpelajar

Tulisan S Bayu Wahyono berjudul "Pendidikan Humaniora Dalam Era Industrialisasi" (Pembaruan, 22/7/96) menarik dan menggelitik untuk ditanggapi. Menurut hemat penulis, setidaknya ada tiga persoalan mendasar yang ingin digarisbawahi dalam tulisan…

Tak Perlu Bersikap Reaktif!

Beberapa hari belakangan ini banyak teman bloger yang terusik oleh kehadiran blog I hate Indon. Pasalnya, kehadiran blog ini dianggap makin memperkeruh suasana panas yang sudah lama terpicu oleh arogansi negeri jiran kita yang sudah berkali-kali menjadi tukang stempel budaya kita dengan branding Malingsia. Walhasil, tensi kita yang sudah lama memuncak ke ubun-ubun makin tak sabar untuk melakukan tindakan emosional berbau dendam –juga dibalut sikap nasionalisme– sebagai bukti bahwa kita bukan bangsa “bekicot” yang gampang dipermainkan. Hampir tak ada sisa 1/1000 space pun bagi I hate Indon untuk sedikit berbaik hati dengan bangsa kita. Simbol-simbol negara semacam Sang Saka Merah Putih atau Burung Garuda pun diembatnya juga. Bahkan, juga mengaitkannya dengan Polandia yang –bisa jadi– dimaksudkan untuk menghasut bangsa berbendera putih-merah itu. Berikut ini skrinsut-nya.

ganyang-indon.gif

*Makin mendidih darah di ubun-ubun.*

Tak Perlu Bersikap Reaktif!

Beberapa hari belakangan ini banyak teman bloger yang terusik oleh kehadiran blog I hate Indon. Pasalnya, kehadiran blog ini dianggap makin memperkeruh suasana panas yang sudah lama terpicu oleh arogansi…

Kecemasan Menjelang UN

JIKA tidak ada aral melintang, Mei nanti semua siswa SMP/MTsdan SMA/MA/SMK yang duduk di kelas terakhir akan menempuh Ujian Akhir Nasional(UAN). Namun, Standar Prosedur Operasional (SPO) UAN sebagaimana tertuangdalam Keputusan…

Sekolah Bukan Ajang Indoktrinasi

Seiring dengan perubahan dan dinamika masyarakat yang terus bergerak menuju arus globalisasi, problem dan tantangan yang harus dihadapi oleh dunia persekolahan kita makin rumit dan kompleks. Sekolah tidak hanya dituntut untuk mampu melahirkan generasi-generasi yang cerdas secara intelektual, tetapi juga diharapkan dapat menciptakan generasi bangsa yang cerdas secara emosional dan spiritual.

Dengan kata lain, sekolah dituntut untuk mampu melahirkan generasi yang “utuh” dan “paripurna”. Namun, melahirkan generasi yang “utuh” dan “paripurna” semacam itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan “kemauan politik” para pengambil kebijakan untuk menjadikan dunia pendidikan sebagai “panglima” peradaban, sehingga negeri ini mampu menjadi bangsa yang terhormat dan bermartabat dalam percaturan dunia internasional pada era global. “Kemauan politik” tersebut harus diimbangi dengan semangat dan motivasi segenap komponen dan stakeholder pendidikan, sehingga tidak hanya sekadar menjadi slogan dan retorika belaka.

Kelas Unggulan dan Akselerasi, Sebuah Tragedi

PROSES penerimaan siswa baru baik di tingkat SD, SLTP maupun SMU segera digelar. Bahkan sudah ada sekolah tertentu yang mendahuluinya. Proses penerimaan siswa tersebut akan segera dilanjutkan dengan penataan kelas…