Terima kasih dan Mohon Maaf Pengunjung
Dengan berat hati, saya terpaksa ingkar janji. Polling yang seharusnya masih kubuka saya buka hingga 17 Agustus 2007, terpaksa saya akhiri, tepat hari Minggu, 5 Agustus 2007, pukul 12.25 WIB.
Politik, Budaya, dan Sastra Indonesia
Dengan berat hati, saya terpaksa ingkar janji. Polling yang seharusnya masih kubuka saya buka hingga 17 Agustus 2007, terpaksa saya akhiri, tepat hari Minggu, 5 Agustus 2007, pukul 12.25 WIB.
Gaung 17-an telah menggema di seantero tanah air, mulai dari pedalaman, pesisir, pegunungan, hingga ke dusun-dusun yang nyaris tak pernah tersentuh kemajuan. Semua anak bangsa saling berlomba merayakannya, mulai dari baca puisi, karnaval, hingga upacara-upacara. Namun, seringkali kita lupa menyentuh roh dan maknanya. 17-an hanya sebatas dimaknai bagaimana agar suasana yang dibangun tampak rame, meriah, dan gemebyar. Semangat juang yang terkandung di dalamnya nyaris terlupakan.
Padahal, 62 tahun yang silam, para pejuang negeri ini mengorbankan jiwa dan raganya demi menjaga kehormatan dan martabat sebuah bangsa. Mereka yang telah tenang di alamnya, tentu akan merasa sedih menyaksikan kondisi Indonesia yang kini masih silang sengkarut. Korupsi makin menjadi-jadi bagaikan gunung es –jika tutupnya dibuka mungkin seperti kotak pandora– angka kriminal tak juga drop, kemiskinan hampir mencapai 50 juta jiwa, pengangguran masih menguasai sebagian besar kaum muda kita. Quovadis bangsa kita pasca 62 tahun merdeka?