Gempa Bumi dan Rahasia Sang Pemilik Kehidupan

Kita memang tak bakal sanggup menangkap tanda-tanda dan rahasia Sang Pemilik Kehidupan di balik rentetan bencana yang beruntun melanda negeri ini. Dalam situasi seperti ini, kita juga tidak mungkin saling menyalahkan atau mencari kambing hitam di balik fenomena alam yang (nyaris) meruntuhkan semangat dan etos kebangsaan itu. Namun, stigma negeri “Sejuta Bencana” yang secara mendadak menghapuskan citra negeri “Jamrut Khatulistiwa” itu tak urung memaksa kita untuk melakukan refleksi dan introspeksi diri.

Merindukan “Para Pencari Tuhan” Pasca-Ramadhan

Di tengah maraknya gaya hidup konsumtif dan hedonis yang terus menggerus nilai-nilai kebersahajaan dan kejujuran, kita sangat merindukan hadirnya desain sinetron ala PPT III ini pasca-Ramadhan. Artinya, ia tidak hanya hadir sekadar “asesoris” hiburan religi selama bulan puasa, tetapi juga pada saat-saat lain ketika layar TV di rumah kita sudah berlumuran darah, hantu, mistik, perselingkuhan, kemewahan, dan mimpi-mimpi indah tentang gebyar keduniawian.

Air Kehidupan

Konon, kerusakan hutan di negeri ini sudah mencapai stadium yang amat parah dan mengancam eksistensi bumi sebagai hunian manusia, hewan, dan tumbuhan. Pelan tapi pasti, manusia modern sedang melakukan pemusnahan terhadap eksistensi hutan. Hutan yang berfungsi menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi kehidupan di muka bumi ini telah gagal menjalankan perannya akibat ulah tangan jahil manusia yang tidak memiliki kepekaan terhadap eksistensi hutan. Indikator kerusakan hutan yang berdampak amat parah terhadap keseimbangan lingkungan hidup adalah maraknya praktik Illegall Logging, pembakaran hutan, atau penebangan hutan yang dilakukan secara liar. Hal ini menjadi penyebab banjir serta tanah longsor di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau.