Karnaval Budaya Menjelang Ramadhan 1432 H

Catatan Sawali Tuhusetya

Oleh: Sawali Tuhusetya

Kamis, 28 Juli 2011, Kabupaten Kendal genap berusia 406 tahun. Usia yang sudah pasti tak bisa dibilang muda lagi. Bahkan, lampauan usia lebih dari empat abad bisa dimaknai sebagai simbol sebuah kematangan sebuah kabupaten di tengah dinamika kehidupan global yang kian sarat tantangan. Salah satu puncak acara Hari Jadi ke-406 Kabupaten Kendal adalah Karnaval Budaya sebagai salah bentuk revitalisasi untuk mengakrabkan masyarakat Kendal pada nilai-nilai kearifan lokal yang, disadari atau tidak, kian terabaikan akibat gerusan nilai-nilai global yang terus kencang melaju dan menerobos sendi-sendi kehidupan masyarakat global.

Sebagai bagian dari masyarakat global, warga masyarakat Kabupaten Kendal jelas tak bisa terhindar dari proses “infiltrasi” budaya dari berbagai penjuru dunia yang dengan mudah menerobos masuk melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik. Dalam konteks demikian Karnaval Budaya 2011 bisa dipahami sebagai upaya simbolik untuk menghadirkan kembali semangat peradaban berbasis budaya lokal yang diharapkan mampu memperkokoh nilai-nilai kesejatian diri masyarakat Kendal yang Bersih, Indah, Barokah, Damai, Aman, dan Tertib (Beribadat). Motto semacam itu diharapkan tidak lagi sekadar slogan dan retorika, tetapi benar-benar mewujud dalam perilaku keseharian masyarakat Kendal yang plural bagaikan “Pelangi Mutu Manikam” sebagaimana tergambar dalam tema Hari Jadi ke-406 itu.

Sebagaimana ditulis Dwi Setyaningsih dalam Kompasiana, dalam Karnaval Budaya juga diperkenalkan logo baru Kabupaten Kendal. Logo baru ini diharapkan mampu membawa kota Kendal ke arah kemajuan dalam segala bidang.

Kendal Carnival dibuka dengan Drumb band Gita Kencana MTs Negeri Brangsong Kendal, diikuti oleh Pasukan Pembawa Bendera dan Lambang Negara Garuda Pancasila serta Gambar Presiden dan Wakil Presiden. Di belakang Pasukan Pembawa Bendera Pasukan Prajurit yang mengawal Bupati Kendal, dr. Hj. Widya Kandi Susanti, MM. didampingi oleh Wakil Bupati, H. M. Mustamsikin. Bupati nampak cantik dan anggun duduk di atas Kereta Kencana mengenakan pakaian kebesaran Senopati berwarna merah. Sementara, Wakil Bupati mengenakan pakaian kebesaran keraton berwarna hitam.

kbkbkbKereta kencana Bupati diikuti Pasukan Prajurit berkuda. Di belakangnya ada punokawan dan para dayang (mbok mban) yang setia mengikuti Bupati beserta Pasukan Prajurit Srikandi. Rombongan selanjutnya adalah para penari cilik, diikuti rombongan Karabat Karaton Wewengkon Kendal yang menampilkan pasangan pengantin dalam pakaian daerah khas kota Kendal. Selanjutnya adalah Kelompok Pesisir yang menampilkan aneka hasil laut dalam rupa-rupa dandanan yang cantik dan menawan, ada bermacam ikan dan putri duyung. Rombongan berikutnya Kelompok Hasil Bumi yang juga menampilkan aneka hasil bumi, buah dan sayuran dalam rupa-rupa tampilan desain yang cantik menawan. Di belakangnya mengikuti Kelompok Pelestarian Budaya. Dalam kelompok ini ditampilkan desain batik yang membalut para seniman seniwati dalam pakaian kesenian Warok dan Wayang Orang.

Usai rombongan Kelompok Pesisir, Hasil Bumi dan Pelestarian Budaya di belakangnya menyusul rombongan perwakilan kecamatan se Kabupaten Kendal. Penampilan pertama adalah Kecamatan Kaliwungu Selatan dengan Pendidik PAUD yang berpakaian desain batik dan rumbai-rumbai dengan riasan wajah dan penutup kepala berhias bulu-bulu indah. Para ibu-ibu pendidik PAUD ini menampilkan tari kreasi baru dengan iringan lagu daerah “Cublak-cublak suweng”.

Tampilan berikutnya dari Kecamatan Kaliwungu adalah Drumb Blek, yaitu semacam drumb band yang menggunakan blek dan drum bekas sebagai alat musiknya. Penampilan kelompok ini tidak kalah menarik perhatian, yaitu ala badut dengan hidung merah. Pada awalnya kelompok Drumb Blek ini adalah sekelompok pemuda yang ngangklang (membangunkan orang sahur di bulan puasa), tetapi berlanjut dengan profesional menjadi grup andalan dalam setiap karnaval, terutama di kota santri Kaliwungu.
Penampilan Kecamatan-kecamatan berikutnya didominasi oleh Jaran Kepang dan Barongan. Kesenian tradisional ini memang sudah mendarah daging di masyarakat dan mendapat tempat tersendiri dalam setiap perayaan karnaval.

Karnaval Budaya 2011 di Kabupaten Kendal dalam rangka memeriahkan Hari Jadi ke-406 memang melibatkan seluruh kantong seni rakyat yang hingga kini masih hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat yang tersebar di 20 kecamatan. Group-group kesenian rakyat yang tampil membawa bendera Komisariat Dewan Kesenian Kendal (DK-2) yang mendapat dukungan sepenuhnya dari Dewan Kesenian Kendal sebagai “induk”-nya.

Sungguh mengharukan! Di tengah gerusan budaya global yang demikian kencang, seniman-seniman tradisi yang tersebar di 20 kecamatan masih menunjukkan kesetiaan dan kecintaannya terhadap kesenian rakyat yang hidup menyatu dalam keseharian hidup masyarakat Kendal. Tanpa mengharapkan imbalan finansial, masing-masing group yang didominasi oleh seni barongan dan jaran kepang berusaha tampil maksimal dengan mengerahkan semua pemain terbaiknya. Di bawah terik matahari, 20 group (setiap group didukung sekitar 50 pemain dan penabuh gamelan) dari setiap komisariat, mereka berusaha memberikan suguhan terbaik yang disaksikan ribuan masyarakat Kendal yang menyemut sejak pangkalan Pom Bensin Batas Kota Kendal sebelah Barat hingga finish di alun-alun Kabupaten Kendal.

Karnaval Budaya dalam rangka Hari Jadi ke-406 Kabupaten Kendal yang tergelar menjelang hadirnya bulan suci Ramadhan 1432 H, bisa jadi menyadarkan kita betapa pentingnya penguatan nilai karakter dalam dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bulan suci Ramadhan juga mengisyaratkan akan pentingnya nilai-nilai spiritual dalam membangun integritas kepribadian yang berlandas tumpu pada semangat religius untuk total mengabdikan hidup kita kepada Sang Pencipta. Semoga Peringatan Hari Jadi ke-406 Kabupaten Kendal menjelang Ramadhan 1432 H benar-benar bisa menjadi momentum yang tepat untuk melakukan refleksi dan evaluasi diri agar mampu membangun Kabupaten Kendal menjadi lebih terhormat, bermartabat, berperadaban, dan berbudaya.

Nah, Dirgahayu Kabupaten Kendal dan selamat menunaikan ibadah puasa! Mohon maaf lahir dan batin! ***

No Comments

  1. Selamat ulang tahun Kendal, saya selalu suka ketika daerah merayakan dirgahayunya itu dengan pentas budaya daerah… great 🙂

  2. Logo barunya terlihat elegan dan semoga Kendal semakin jaya dengan nilai-nilai budaya yang ada.
    Marhaban ya Ramadhan, semoga ramadhan kali ini lebih berkah ya saudara2. Amin

  3. Sudah beberapa tahun saya ngga pernah lagi melihat karnaval menjelang puasa. Ngga tau kenapa ko’ masyarakat pinggiran pun sepertinya sudah terisolasi budaya kota. Padahal, acara seperti ini juga bisa meneduhkan hati sebelum melaksanakan ibadah bulan suci 🙂

    1. kebetulan saja karnaval budaya dalam rangka hari jadi kendal digelar menjelang ramadhan, mas. jadi terasa benar perpaduan antara semangat hari jadi dan momen menjelang ramadhan, hehe …

  4. yg membuat ramadhan menjadi asyik di Indonesia adalah masuknya cara-cara lokal dalam merayakan bulan tersebut. sangat beragam dan punya makna banyak 🙂

  5. Karnaval budaya ini pasti menarik karena dilaksanakan dalam rangka peringatan
    hari ulang tahun Kabupaten Kendal dan menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
    Selamat menjalankan ibadah dibulan suci Ramadan, Mas Sawali.

  6. Perayaan untuk menyambut Bulan Ramadhan saya rasa ada baiknya juga apabila tidak meninggalkan arti dari Bulan ramadhan sebagai bulan yang suci yang tidak kita nodai dengan dosa.

  7. Selamat Hari Jadi Kota Kendal. Suatu acara yang dapat mempromosikan budya dengan suatu nilai dari sautu daerah. Semoga acara tersebut dapat dilestarikan sebagai upaya menggali postensi masyarakat setempat dalam berkarya dan juga sebagai sarana promosi pariwisata.

    Sukses selalu
    Salam
    Ejawantah’s Blog

  8. Selamat Menunaikan Ibadah Ramadhan 1432 H dan Selamat Ulang Tahun Kabupaten Kendal
    keliatannya rame juga acaranya, apakah ini juga termasuk dari bagian “bersih desa” pak?

  9. jadi teringat kota kendal tempat kelahiran sy, wLupun skrg jauh nun berada di belitung tapi ku akan melupakanmu…miss u.

  10. jadi teringat kota kendal tempat kelahiran sy, walaupun skrg jauh nun berada di belitung tapi ku tak akan melupakanmu…miss u.

  11. sepertinya karnaval seperti ini tidak perlu dilakukan karna menghambur2kn uang, bukannya ramadan mengajarkan kita buat berhemat, alangkah lebih baik klo diadakan pengajian ato hal serupa

Tinggalkan Balasan ke priax Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *