Pesona Uang dan Kekuasaan

uangKalau mau jujur, siapakah yang tidak tergiur dengan kemerincing dhuwit? Siapa pula yang tak ingin hidup serba enak-kepenak di atas kursi kekuasaan yang dielu-elukan banyak pengagumnya? Bisa jadi, retorika semacam itu tak berlaku bagi seorang rohaniwan suci yang sudah tak mau lagi bersentuhan dengan soal-soal duniawi. Sisa-sisa hidup mereka semata-mata hanya untuk mengabdikan diri kepada Sang Pemilik Kehidupan. Namun, bagi orang awam, lebih-lebih saya, yang masih terdiri dari roh dan daging, punya keluarga, punya setumpuk kebutuhan duniawi, jujur saja, masih sangat tergiur oleh pesona uang dan kekuasaan. Uang dan kekuasaan, konon bisa membuat hidup menjadi lebih terhormat dan bermatabat. Uang dan kekuasaan bisa membuat jari-jari tangan menjadi lebih leluasa untuk memberikan komando dan aba-aba. Uang dan kekuasaan konon bisa menciptakan “syurga” di tengah gemerlapnya duniawi yang makin hedonis dan konsumtif.

“Menjadi miskin di Indonesia itu tidak bermakna. Orang miskin dianggap tidak ada. Yang ada dan bermakna itu adalah uang dan kekuasaan. Mereka yang memiliki banyak uang dapat berbuat apa saja, termasuk membeli kekuasaan. Dan kekuasaan untuk mendera mereka yang miskin. Mereka yang miskin adalah orang-orang usiran. Mereka adalah orang-orang kalah,” tulis Jakob Sumardjo suatu ketika dengan nada pedih.

Ya, ya, ya! Kalau kita sejenak melakukan refleksi, hampir-hampir tak ada sebuah kekuasaan yang bisa ditegakkan tanpa campur tangan uang. Lihat saja pilkades di kampung-kampung yang sunyi dan terpencil. Mereka tak jarang menggunakan uang untuk menghipnotis massa dalam upaya menggapai ambisi kekuasaan. Demikian juga pada level pilkada atau pilgub. Yang tak kalah seru, tentu saja pemilu 2009. Pesta demokrasi yang tak lama lagi akan tergelar itu bisa jadi juga akan menyuguhkan pesta “perkawinan” antara uang dan kekuasan yang lebih dashyat. Politisi berkantong tebal mungkin akan berubah menjadi dermawan secara mendadak. Mereka yang selama ini berdiri di atas “menara gading kehidupan” pun tak segan-segan “turba” (turun ke bawah) untuk melakukan interaksi politik dengan massa. Tabur pesona politisi juga akan menjadi sebuah pemandangan yang menarik.

Namun, uang dan kekuasan juga bisa menciptakan “neraka”. Selalu saja muncul sejarah tragis ketika uang dan kekuasaan ini “dikawinkan” dalam membangun sebuah singgasana. Darah dan kekerasan seringkali muncul karena uang dan kekuasaan sebagai biangnya. Orang tega menghilangkan nyawa sesamanya juga karena uang dan kekuasaan. Imperialisme dan kolonialisme yang telah menghilangkan banyak nyawa sebagai tumbal pun tak lepas dari imbas uang dan kekuasaan. Sungguh, uang dan kekuasaan jika tidak dikelola dengan penuh wisdom dan kearifan bisa menjelma menjadi elemen kekejaman dan kebiadaban terhadap nilai-nilai kemanusiaan.

Merebaknya korupsi hingga membuat bangsa dan negeri ini bangkrut, konon juga bersumber dari pesona uang dan kekuasaan. Mungkin ada benarnya kalau Sejarawan Inggris, Lord Acton, menyatakan bahwa kekuasaan pada dasarnya cenderung korup, dan kekuasaan absolut hampir pasti korup secara absolut pula. Ya, ya, ya! Orang yang sedang berkuasa, memang bisa berbuat apa saja. Hukum yang lurus bisa dibengkok-bengkokkan, orang yang benar bisa disalah-salahkan atau sebaliknya, sejarah pun bisa diputarbalikkan sesuai dengan selera penguasa.

“Kisah Naga Baru”, sebagaimana diceritakan dalam Wikipedia, menunjukkan betapa kekuasaan bisa membuat seseorang menjadi “mabuk” dan lupa akan kesejatian dirinya. Alkisah pada suatu hari seorang pendekar perguruan silat yang sangat sakti dibujuk oleh murid muridnya untuk masuk ke dalam sebuah goa dan mengalahkan seekor naga yang menghuni goa tersebut. Sudah ratusan pendekar yang masuk dan berusaha membunuh naga tersebut, tetapi mereka tak pernah keluar dari goa dengan selamat.

Karena merasa tertantang, sang pendekar guru segera masuk ke dalam goa. Ternyata sang naga sama sekali tidak sakti. Dengan sekali tebasan pedang saja sang naga langsung tersungkur mati. Sang pendekar segera melihat sekeliling goa. Ternyata penuh dengan bongkahan emas permata yang kemilau sangat memesona. Sang pendekar guru tergiur untuk mengambil beberapa genggam permata sebagai oleh-oleh kepada murid-muridnya sekaligus sebagai bukti bahwa dia telah berhasil mengalahkan sang naga.

Namun, apa lacur? Begitu meraup harta permata, seketika sang pendekar guru menjelma menjadi seekor naga. Karena merasa malu, sang pendekar guru memilih tetap tinggal di dalam goa dan menjadi Naga Baru. Murid-murid di luar goa merasa cemas dan menyangka gurunya telah tewas diterkam sang naga, padahal sang guru telah menjelma menjadi naga yang baru.

Meski hanya sebuah fiksi, kisah ini menunjukkan sebuah ilustrasi betapa dekatnya kekuasaan itu dengan hal-hal yang berbau busuk dan korup. Orang-orang idealis bisa hancur martabatnya setelah masuk dalam lingkaran kekuasaan. “Wong milik nggendhong lali”, kata orang Jawa. Betapa menggiurkannya kekuasaan itu sehingga tak sedikit orang yang rela mengeluarkan banyak duwit untuk “membeli”-nya.

Nah, apakah Pemilu 2009 nanti akan menciptakan “Kisah Naga Baru” yang lebih seru, atraktif, sekaligus menengangkan dalam upaya meraih pesona uang dan kekuasaan? Nah, kita tunggu saja! ***

—————-

Catatan OOT:

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Mas Mantan Kyai yang telah berkenan meluangkan waktu membuatkan header untuk blog ecek-ecek ini. Bagaimana, jadi keren, bukan?

No Comments

  1. bakalan ada container berisi full cash lagi gak ya ntar di pemilu 09?
    bukan duit berkarung lagi maenannya ternyata di negeri ini, tapi containeran!

  2. Kalau udh bcara pltik ma kkuasn,. Duit yg bicara..klemhn kt jg kok bnyk yg mw dpt duit kyak gt? Tp ia mw gmana lg..duit emg sush dcari.

  3. Di tempat saya ada spanduk yang bertuliskan begini “ambil uangnya, jangan pilih orangnya”
    seperti cerita diatas, apa nantinya saya akan jadi naga juga pak guru ?

  4. Benar pak sawali, saya bahkan sulit mencari celah agar uang tidak berperan dalam menentukan sang pemimpin. Yang tragis di daerah saya rakya mau mau saja dititup oleh oktum Pilkada padahal okum tersebut sumber mala petaka baru yang lebih ngeri dari pada uang yang telah rakyat kecil terima.

    Masa Ampun,

    Jadi orang biasa saja ah, yang selalu bersyukur.

    Baca juga tulisan terbaru Sumintar berjudul Soempah Pemoeda 80 Tahun Sumpah Pemuda

    1. fenomena “perkawinan” antara uang dan kekuasaan agaknya tak hanya terjadi di daerah pak sumintar, tapi sdh menggejala secara umum. pak. ini membutuhkan kesadaran kolektif semua pihak dab butuh waktu panjang utk menghentikannya. wew… saya juga sepakat tuh, pak, jadi rakyat biasa malah bisa hidup merdeka, pak, hehehe …

  5. aku ora milik lho pak!
    sejujurnya, saya tidak pernah tergiur dengan kemerincing dhuwit. saya hanya tergiur oleh kemreseknya dhuwit… itu karena saya tidak doyan duit recehan pak Sawali!…
    *semoga bila mendapat sesuatu amanah, kita tidak menjadi naga baru…

    Baca juga tulisan terbaru Andy MSE berjudul Rumahku Diobrak-Abrik ALEXA

    1. hehehe …. kemeeincing hanya sekadar utk menggambarkan enaknya duwit, mas andy, hehehe … btw, mudah2an makin banyak yang seperti mas andy, tak kemaruk ketika sedang berada di atas kursi kekuasaan.

  6. mencontek koran kemarin ….. uang dan kekuasaan menyebabkan habit 3H lama berubah jadi 3H baru.

    3H lama : honored (kehormatan), humble (rendah hati) dan happy (kegembiraan)

    3H baru : hurried (buru-buru), hostile (bermusuhan) dan humourless (gak punya humor)

    duh… semoga terhindar dari 3H baru deh :p

    Baca juga tulisan terbaru darnia berjudul Season of Love

  7. Harta dan kuasa itu setali tiga uang. Harta bisa meraup kuasa dan kuasa bisa meraup harta. Pasti akan heboh jika dikabarkan bahwa Jusuf Kalla mengangkat menteri jika menyetor diut 100 milyar. Inilah yang terjadi di Indonesia, mulai dari jabatan Camat, Kanwil, jaksa, Dirjen, hingga menteri dikomersialkan dan dinegoisasikan. Maka mereka para pengabdi rakyat hanya akan mengabdi pada rakyat yang mampu memberi upeti. Ini semua tidak bisa dibiarkan berlarut-larut… !

    Jangan terlalu berharap pada janji omong kosong para politikus pemilu 2009 !!

    Baca juga tulisan terbaru laporan berjudul Well, Come to Reality

    1. wah, sudah bener2 ndak bener lagi tuh, pak. kalau suasana korup itu menembus hingga batas2 yang selama ini “disucikan”, ndak tahu deh, pak aryo, bagaimana nasib negeri ini. butuh kesadaran kolektif, para pejabat menjadi teladan utk menjadi aparat yang bersih dan berwibawa, lalu tegakkan supremasi hukum. hukum seberat2nya buat pejabat yang suka menilap dan bermain2 dg uang utk memberikan efek jera. tapi kapan suasana seperti itu bisa terwujud, ya, pak?

  8. se7 mas sawali, pesona uang dan kekuasaan pula
    yg bs membuat kehormatan bs lewong dlm sekejap
    jabatan dan status seolah sdh menjadi ‘candu’
    sehingga bnyk orng sudah berusia 70 pun
    masih ngotot mengincar jabatan/ kekuasaan
    btw, mestinya uang dijadikan sbg sarana memprbnyk amal
    bukan menjdi kekuatan membeli kekuasaan…
    😕

    Baca juga tulisan terbaru mikekono berjudul ‘Bencana’ Award

    1. hehehe, begitulah fenomena yang sedang terjadi, mas agus. kalau pangkat dan jabatan diburu dg menghalalkan segala macam cara, dampaknya tentu akan sangat dirasakan oleh publik. bisa2 setelah pangkat dan jabatan teraih, jadi lupa memegang amanahnya secara benar.

    1. betul banget, mas thimbu. kita akan melihat situasi 2009 yang mencemaskan, terutama dampak yang terjadi pasca pemilu. gimana negeri ini bisa baik kalau uang dan kekuasaan dibuat ajang main2, haks.

  9. 2009 adalah tahun yang dinanti dengan penuh harap sekaligus cemas 😀
    akan kah kehidupan pasca momen tersebut akan membaik atau justru terpuruk ?
    dibalik hiruk pikuk pesta kekuasaan, selalu ada kaum lemah yang terhimpit dan menjadi korban. 😀
    well, we live in not so perfect world.

    semoga semakin banyak orang-orang amanah yang kompeten untuk meng-handle negeri ini..

    Baca juga tulisan terbaru dadan berjudul Victory Lap

    1. nah, kita hanya bisa berharap dan berdoa, mas dadan, semoga saja pemilu 2009 nanti mampu melahirkan negarawan ulung yang berbasis kerakyatan. rakyat sdh bermimpi menantikan lahirnya sosok pemimpin yang seperti itu.

  10. ketika naga itu menjadi baru ada dua kesalahan yang terlintas pertama karena sang guru silau terhadap permata yang kedua berharap membawakan anak buahnya atau muridnya
    kalao untuk para wakil rakyat berbagi uang itu juga kedua kebusukan satu yang busuk politisinya mau membeli suara dengan uang dan berharap kalo jadi nanti uangnya balik entah dari korupsi atau yang lain kedua rakyatnya juga lebih busuuk lagi dengan menerima uang politisi a sampai z pokoknya yang bagi duit terima masalah nyoblos nanti pemimpin yang baik bukan hal yang penting wakil yang jujur malah nggak dapat suara karena gak bagi duit berarti kita sendiri juga sebagai rakyat yang menukarnya dengan sebungkus rokok seliter bensin atau sekilo beras ……mumet:(

    1. wah, memang repot banget, ya, mas totok, sampai mumet mikirnya, haks. bener kalau ronggowarsita bilang hidup di zaman edan kalau ndak ngedan ndak bakalan keduman. padahal, sabeja-bejane wong kang lali, isih beja wong kang eling lan waspada. mestinya ungkapan itu dirafsirkan secara lengkap, tidak sepenggal-sepenggal, hehehe … kita hanya bisa berharap, semoga politisi kita tetep memiliki wisdom dan kearifan yang selalu eling lan waspada.

  11. ada buku bagus dulu yang sempat saya baca. terjemahan dari vietnam, yang diindonesiakan menjadi “Seks, Uang, dan Kekuasaan”. Tiga hal itu menjadi sesuatu yang berkaitan erat.

    namun satu hal yang pasti, negeri kita yang konon kaya menyimpan lebih banyak rakyat yang miskin. karena adanya join penguasa dan pengusaha. coba, harga bbm dunia sudah turun, tapi bbm kita kok masih utuh? (eh kok komennya ngelantur….)

    1. hehehe …. bener juga tuh, pak zul, ada yang menyebutnya dengan trinita, harta, tahta, dan wanita. hiks, konon ketiga “ta” itu bisa menjadi penyebab timbulnya prahara dan huru-hara. bener tidaknya, saya sendiri juga ndak tahu tuh, pak zul.

  12. Ternyata kekuasaan bisa dibeli dengan uang. Karena kekuasaan menjadi harta yang terus dijaga. Mana ada Menteri yang mengundurkan diri bila ada salah urus. Mana ada penguasa Indonesia yang menyatakan saya siap melepaskan jabatan.

    Teman saya bercanda tentang polisi. Pangkat adalah kekuasaan. Dia beli dengan 20 juta. Makanya dia jaga agar tetap jadi polisi dan jadilah setiap priitan adalah cara untuk mencari duit. Kekuasaan diperoleh dengan beli, maka kekuasaan dijaga sebagai harta untuk mengkais duit lagi.

    Baca juga tulisan terbaru atakeo berjudul JAGA JARAK AMAN

    1. itulah yang terjadi di negeri ini, mas atakeo. jabatan dan pangkat tak ubahnya seperti orang dagang sapi, keluar modal, balik modal situasi rekruitmen birokrasi seperti mungkin yang menyebabkan negeri ini ndak pernah maju, tapi malah set-back, haks.

  13. Ono dhuwit wae durung mesti biso opo2, opomaneh rak ono dhuwit. Upoma rak ono dhuwit, opo mungkin mbangun blog apike koyo iki?. Satu yg pasti, semua komentator di sini ndak ada yg mengharapkan imbalan duwit, karena yg pasti pula, Pak Sawali ora bakal mbayari komentator…
    Mugo2 aku salah.
    [No. Rekeningku 0241-21001 BRI Cabang Kota]

    Baca juga tulisan terbaru marsudiyanto berjudul Sedang Ingin Seperti Pujangga

    1. kekekeke =)) kalau mesti mbayari komentator, bisa thingpes, pak mar, haks, terus utk mbayar langganan broadband-nya piye, hara toh! btw, itu nomor rekening bri-nya kok ameh. perasaan no, rekening terakhir tuh hanya satu digit, wakakaka :))

  14. Cobaan yang mendapat kekuasaan dan bergelimang uang lebih sulit pak, dibanding cobaan yang berat…karena kalau punya uang dan kuasa, pengin lagi…pengin lagi…entah kenapa ya, mungkin udah dari sononya, kalau uang itu tak pernah memuaskan.

    Tapi yang paling enak adalah mendapat uang banyak, halal dan berkah….susah nggak ya pak?

    Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Sebuah cincin kawin

    1. betul sekali, bu enny, konon, semakin tinggi semakin kencang tiupan anginnya. makin tinggi jabatan seseorang makin banyak godaannya. yang bagus memang punya banyak uang dan halal sehingga membawa berkah, kekuasaan pun didapatkan dengan cara2 yang jujur dan fair. tapi utk zaman sekarang rasa2nya masih terasa sulit utk diwujudkan, bu.

    1. mas pri bener, jadi miskin memang gampang kok. nggak berbuat apa2 bisa miskin sendiri tanpa diminta, hiks. btw, headrnya bikinan mas ardy tuh sebagai hadiah sebagai top komentatir di blognya, hehehe ….

  15. mungkin hanya kesadaran massal yg bisa membalikkan paradigma para pejabat [yg sok kuasa]. supaya tujuan kekuasaan bukan untuk menguasai, tapi malah menjadi abdi. *teorinya* :d >:)

    1. yaps, saya sepakat dengan mas jenang. bukan hal yang mudah utk mengubah paradigma uang dan kekuasaan yang “menyesatkan” yang sudah telanjur membudaya. dibutuhkan kesadaran kolektif dan simultan.

  16. karena memang sudah disebutkan kalau godaan untuk seorang (lelaki) itu adalah harta, tahta, dan wanita.
    jadi manusia tinggal menjalankan yang sudah digariskan saja toh, pak sawali?
    ya, blog ini makin keren saja, pak.

    menarik juga membuat analogi korupsi dengan kisah naga baru, saya jadi ikut ternanti-nanti kelanjutan gerangan yang memegang estafet naga berikutnya.

    Baca juga tulisan terbaru marshmallow berjudul Makan Malam Bersama yang Mengesankan

    1. hehehe … maaf lho, mbak yulfi, saya hanya meminjam akronim itu, bukan utk bermaksud mengangkat masalah bias gender, hehehe … tapi bener juga kok, mbak, asal kita menjalankan amanah sesuai dengan jalur yang bener, bisa jadi trinita tadi ndak mempan menghantam kita *walh sok tahu juga saya* btw, makasih apresiasinya terhadap blog ini, mbak, sayang sekali pr-nya langsung merosot dari pr 4 ke pr 2 setelah dofollow.

  17. perkembangan zaman membuat uang menjadi segalanya, tak heran kalau sekarang semua hal harus ada uang untuk bisa melancarkan segala kegiatan. orang rela membuat dirinya nista hanya demi beberapa lembar uang.

    memang kenyataannya seperti ini, uang menjadi suatu tulang punggung bagi seluruh kegiatan di dunia. tapi tak sepatutnya kita menjadi ‘buta’ karena uang juga. banyak orang korup hanya karena ingin menikmati indahnya dunia, jadi sebenarnya siapa yang salah? keberadaan uang, perkembangan zaman, atau mental ‘sakit’ dari masyarakat yang makin lama makin parah???

    Baca juga tulisan terbaru aziz berjudul TIDAK HANYA SEKEDAR GELAR, TAPI ADA BUKTI NYATA

    1. wah, analisis yang cukup mencerahkan, mas azis, intinya jangan sampai manusia diperbudak oleh uang hingga lupa kesejatian dirinya. zaman memang terus berkembang secara dinamis, tapi tidak lantas berarti kita larut dalam gelimang uang dan kekuasaan yang berujung pada ending yang tragus, haks.

      1. kalo milik tuh bahasa jawa sedang melik ( e nya yang di bukan pepet ) berarti rasa kepemilikan sedang kalau kata milik ituh bahasa indo ya hehehe sama pak guru kok menerin hahahaha kwalat
        tapi kalo sesorah atau paribasan yang banyak saya denger dalam bahasa jawa itu melik je tenan mas kui heheh

        Baca juga tulisan terbaru genthokelir berjudul Antara Uang dan Kredibilitas

        1. wah, mas totok jelis juga nih. mesti buka2 kamusnya wjs puwardarminta nih. campur kode antara bahasa jawa dan bahasa indonesia agaknya juga sulit dihindarkan, mas totok. bahasa jawa memang unik karena antara ejaan dan lafak seringkali berbeda. misalnya saja kata milik, lafalnya sama2 e taling tapi ejaannya harus berbeda, haks. kalau mau konsisten, mestinya lafal yang sama perlu ditulis dg ejaan yang sama pula. tapi, pendapat mas totok bisda menjadi wacana lebih jauh nih, terutama di kalangan pemerhati bahassa jawa.

  18. eh jadi teringat tiap pesta demokrasi pasti ada operasi subuh…bagi-bagi duit sesaat sebelum pencoblosan..kalo sudah begini…koar2 kampanye yang katanya bisa melekat di hati bisa terhapus dengan lembaran rupiah…..uang jadi pemenangnya….

    Baca juga tulisan terbaru icha berjudul Jendela Kecil

    1. betul banget, mbak icha, ada lagi yang menyebutnya dengan istilah serangan fajar. ujung2nya pasti bagi2 duwit dg pamrih utk mencoblos partai tertentu, hehehe … pada sisi lain masyarakat kita juga makin cerdik, uang diterima, tapi soal nyoblos nanti dulu, hiks.

  19. Uang dan kekuasaan sampai saat ini masih menjadi primadona dan akan terus menjadi primadona selama masih ada manusia di dunia ini yang perlu kita renungi adalah bahwa kedua hal tersebut sebenarnya hanyalah amanah atau titipan dari yang maha memberi, ketika sebuah amanah ini di gunakan tidak sebagaimana yang diamanahkan maka kita hanya bisa menunggu sebuah kehancuran

    Baca juga tulisan terbaru Achmad Sholeh berjudul Harus Siap Menghadapi Kenyataan Hidup

  20. Sptnya kekuasaan sulit jika tanpa uang. Coba biaya kampanye Barack Obama brp? Jg di Indonesia, brp biaya kampanye capres untuk iklan TV saja? Jd kita yg hrs pintar2 milih, mana yang bener2 bs bawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Jgn hanya krn sering muncul di TV, ato hanya krn tampilan fisik saja.

  21. saya pernah liat orang yang kaya tapi gak doyan duit…
    cuma bisa melongo…
    sampe saat ini saya jadikan guru saya…
    orang ajaib..
    bagi saya dia jadi representasi kebaikan… bahkan segala doktrin agama…
    jadi inget Imam ‘Ali yang ‘mentalak tiga’ materi namun masih bisa memberi…
    saya sendiri..?? jauuuuuuuh… 🙁

    Baca juga tulisan terbaru BLogicThink [dot] com berjudul Membangun Bisnis Sendiri

  22. Saya cenderung untuk melihat dari sisi positifnya. Kekuasaan diperlukan untuk dipegang amanahnya. Uang diperlukan agar kita bisa bersedekah.

    Mengenai politik uang, hal ini memang sudah menjadi bagian dari keseharian kita. Pemilihan Lurah/Kepala Desa tidak lepas dari amplop-amplopan. Pemilihan Bupati/Walikota, pun demikian adanya. Akan tetapi, apakah hal tersebut akan dilestarikan atau tidak, tentu berpulang kepada diri kita juga. Apabila kita ternyata mau menerima amplop-amplop itu atau justru kita menjadi pemberi amplop, maka sudah jelas interpretasinya, yaitu kita merasa nyaman dengan hal itu dan tidak ingin hal itu hilang. Sungguh menyedihkan.

    Mari kita bergerak untuk mengikis hal itu. Uang ceban, noban sampai goban tidak berharga dibandingkan diri kita yang tergadai di depan calon lurah/kepala desa, bupati/walikota atau calon-calon apa pun. Begitu diri kita sudah terbeli, janganlah berharap yang membeli mau mendengarkan aspirasi kita.

    Baca juga tulisan terbaru Moh Arif Widarto berjudul Maju Terus Gerindra

    1. prinsip mas arif semacam itu yang membuat saya mendukung mas arif utk menjadi wakil rakyat. semoga harapan dan cita2 mas arif terkabulkan. citra bloger pun dengan sendirinya akan ikut terangkat.

  23. Uang memang bukan segalanya. Dia adalah benda yang fana. Tapi, selama hidup di dunia ini kita semua butuh uang. Asal, jangan terlena sama pesona si uang saja, ya pak? Sebab kalau terlalu terlena bisa gelap mata.

    Baca juga tulisan terbaru fatamorgana berjudul JUST BE MYSELF

  24. Saya ndak menuhankan uang loh pak!
    Hanya, kalau saya pas gak punya duit, bawaannya sensitif terus itu kenapa ya? hehehehe.. *serius pak*

    btw, headernya keren loh pak, artistik.

  25. semua bobrok 32 tahun lalu, dibuka dan di telanjangi hari ini.Dulu boborok itu belum di buka dan tidak ada yang tahu. KArena zaman berubah dan era berganti dan masa berlalu, maka semua jadi terbuka, semua jadi bebas dan bahkan kebablasan.

    Namun sy termasuk orang yg optimis, bangsa ini akan maju, jika saja kita berpartisipasi utk kemajuan bangsa ini, minimal di bilik suara tentukanlah matang2 pilihan kita kepada siapa di jatuhkan ??? Apakah orang2 rakus dengan harta ? ataukah orang2 yang memang ikhlas karena-NYA.

    MOGA INDONESIA JAYA

    Baca juga tulisan terbaru Alex berjudul DAN TAMAN KECIL ITU-PUN JADI SURGA

  26. Pak sawali apa kabar? kangen sama pak guru.. hehehe

    uang ya pak? kalo kata orang london mah

    “money is not everythings, but everythings needs money”
    *halah.. menghilang lagi ah..

    1. hehehee …. wah, sebuah ketakutan yang bagus, mas azwan, hehehe …. kalau memang mau nyalon, pasti deh banyak yang milih, asalkan tak sampai terjebak mempermainkan uang dan kekuasaan. *halah*

  27. Mudah-mudahan tidak akan seperti itu, Pak…
    Mudah-mudahan akan muncul pemimpin yang bijaksana, yang bisa mengayomi dan menentramkan hati rakyatnya…. [-(

    Saya cuma berharap aja lho Pak, hasilnya mari kita sama-sama saksikan pada tahun 2009…. :d

    Baca juga tulisan terbaru sapimoto berjudul Journey To The Center Of The Earth

  28. Sekarang memang sulit mas mencari sesuatu yang ideal dalam perpolitikan bangsa kita, karena partai-partai yang bertarung dalam pemilu saja tak jelas idealismenya. Ada partai yang mengaku berazaz agama, tapi kadernya banyak yang tersangkut kasus korupsi. PArtai yang ngaku nasionalisme, tapi lebih sering menyebar fitnah untuk memecah belah bangsa.
    Lalu apa lagi yang bisa kita harapkan?

  29. Selaris – larisnya uang, sebanyak – banyaknya harta, adalah suatu hal pasti apabila uang itu tidak bermakna. Saya bertaruh apabila seluruh manusia di dunia sepakat bahwa uang itu tidak ada, pasti mereka akan mampu melakukannya. Karena uang itu hanya benda mati, yang dipertaruhkan keberadaan tatkala dibutuhkan.

    When they don’t, they’ll cast it out. 😀

    Baca juga tulisan terbaru Mihael Ellinsworth berjudul Ksatria Argumentasi

  30. Kalau menurut saya pak, kenapa orang bisa tergila-gila oleh uang dan kekuasaan itu karena sedari kecil sudah diberikan contoh2 dan pandangan bahwa uang dan kekuasaan itu menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang… seandainya sedari kecil anak-anak diajari bahwa akhlaq dan ibadah itu menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang, insya allah akan lain ceritanya… ini pendapat pribadi saya loh pak 🙂

    1. wah, mas parvian saya kira bener juga tuh. anak2 akan melihat referensi yang ada di sekitar mereka. ketika citraan muncul di benak mereka bahwa uang dan kekuasaan menjadi simbol kesuksesan, mereka agaknya juga akan meniru perilaku semacam itu. makanya *kok jadi sok tahu saya* pendidikan akhlak dan budi pekerti dalam lingkungan keluarga menjadi fondasi yang utama.

  31. mas.. saya minta ijin. Boleh nggak tulisan anda ini saya kirimkan ke koran lokal di daerah saya? Sekarang di daerah saya lagi rame2nya pilwali+pilkada… Kebetulan suami saya juga mencalonkan jadi pilwali… dan saya sebenarnya sangat tidak setuju dengan keputusannya itu, karena memang saya tau selama ini suami saya tidak pernah menjadi sosok orang yang dermawan maupun manusia yang turba.. saya sekarang sedang sedang ada masalah karena itu.. so ijinkan saya menegur suami saya dengan tulisan anda… terima kasih atas ijinnya… saya tunggu jawaban anda secepatnya.. saya tidak akan meluncurkan tulisan anda tanpa ijin anda.. dan mohon dituliskan syaratnya jika memang ada syarat untuk mempublikasikan tulisan anda pada media yang laen.. trims

    Baca juga tulisan terbaru ami fauzijah berjudul Kekalahan Diplomasi

    1. wah, makasih banget apresiasinya, mbak fauzijah. kalau memang berminat untuk mengirimkan tulisan saya di media lokal, silakan, mbak. ndak banyak kok syaratnya. cukup cantumkan sumber tulisan dan nama penulisnya saja, mbak. bagi saya itu sudah merupakan kehormatan buat saya. terima kasih sekali lagi, mbak, semoga masalah yang dihadapi mbak fauzijah bisa cepet terselesaikan dengan cara yang baik.

  32. uang atau harta yang berlimfah, bukan jaminan telah berlimfah rejeki. Karena rejeki adalah segala sesuatu yang sudah termanfaatkan dan dirasakan manfaatnya. Orang yang terus memburu uang, akan merasakan kelelahan karena upayanya mencari dan mengumfulkannya, bukan kelelahan untuk menikmatinya… 😕

  33. Ping-balik: Diskriminasi
  34. Salam
    Its mean kekuasaan bukan dijadikan sarana ibadah untuk melayani rakyat, api menimbun pundi2 begitukah Pakde? Klo gitu ngapain ikutan milih2 *provokator mode:ON* ganti rezim/kekuasaan cuma ganti orang yang menindas sajah kan? :d

    Baca juga tulisan terbaru Nenyok berjudul Langit Jam 2

    1. hehehe … itulah kenyataan politik yang selama ini terjadi, mbak ney. semoga saja ada perubahan. btw, golput juga termasuk pilihan politik, loh, mbak. memilih utk tdk memilih karenda ndak ada pilihan yang cocok, haks.

  35. saya punya cita2 untuk merubah itu semua, saya tahu berat, bnyk yg berpikir itu mustahil, tp saya percaya saya bisa mencapainya, saya ingin suatu saat seluruh rakyat di negeri ini bisa merasakan kesejahteran hasil dari usahanya apapun itu, benar benar sebuah kesejahteraan dalam arti sebenarnya..

  36. Aminn..
    Benar tuch kata pak adi,

    Tapi kenapa banyak orang yang menyengsarakan dirinya,karena uang.,,,

    Mereka lebih rela organ tubuh mereka hilang demi mndptkan uang..

Tinggalkan Balasan ke ershad Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *