Kearifan Lokal Menghadapi Kemungkinan Krisis Global

padiDunia sedang gonjang-ganjing. Negeri Paman Syam yang selama ini menjadi poros kapitalisme global sedang terancam. Ibarat bangunan, pondasi utamanya mulai keropos, sehingga dikhawatirkan akan berdampak pada ambruknya pilar-pilar penyangganya. Jika itu terjadi, bisa jadi dunia benar-benar akan mengalami “kiamat kecil”.

Namun, pemerintah dengan cepat mengeluarkan pernyataan agar rakyat tidak panik. Tapi tunggu dulu! Sebenarnya yang layak diimbau untuk tidak panik itu siapa? Rakyat, pejabat, atau pemilik modal?

Dari sekitar 220 juta penduduk negeri ini, sekitar 40 jutanya tersekap dalam ruang pengangguran dan kemiskinan. Kelompok ini jelas tak akan merasakan pengaruh kemungkinan terjadinya krisis global itu. Yang kebakaran jenggot, pastilah mereka yang sedang berada dalam lingkaran kekuasaan dan para pemilik modal.

“Pemerintah minta rakyat jangan panik, tetapi pemerintah sendiri menjadi begitu sensitif dan mudah panik,” kata Ketua Komite Tetap Fiskal dan Moneter Kadin Indonesia Bambang Soesatyo, sebagaimana dikutip Inilah.com. Lebih lanjut Bambang menyebutkan bahwa kasus maju-mundur rencana membuka perdagangan BEI ini mencerminkan adanya otoritas bursa yang tidak akurat dan kurang cermat menghitung berbagai kemungkinan.

Nah, lo! Rakyat yang tidak pernah berususan dengan BEI, jelas tidak akan merasakan dampak krisis keuangan yang bersumber dari Amrik itu. Selain itu, rakyat selama ini juga sudah biasa hidup menderita. Mereka memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang bisa sangat lentur terhadap setiap perubahan yang melanda dunia. Mereka bisa “manjing ajur ajer” dan gampang menyesuaikan diri.

Empu Tantular lewat kalimat Kakawin Sutasoma menggambarkan nilai-nilai kearifan lokal itu lewat idiom: “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” (Bermacam-macam sebutannya, tetapi Tuhan itu satu, tidak ada kebenaran yang mendua). Idiom ini, setidaknya menyiratkan makna dan prinsip religiositas yang telah menyatu ke dalam dinamika dan perjalanan hidup masyarakat di kalangan akar rumput. Tak berlebihan kalau mereka bisa bersikap luwes dan lentur dalam menghadapi setiap perubahan global; toleran, akomodatif, dan optimistik dalam memandang hidup dan kehidupan.

Meski demikian, makna hakiki yang tersirat di balik idiom warisan Sutasoma ini tak jarang mengalami pergeseran. Kita masih ingat betul kejadian pascareformasi. Tahun 1998 bisa dinggap sebagai “puncak” segenap perilaku anomali sosial yang pernah terjadi di negeri ini. Emosi gampang tersulut, amarah gampang menembus ubun-ubun, kekerasan pun menjadi jalan yang dianggap paling jitu dalam memanjakan “naluri” agresivitasnya. Permusuhan dan perang antaretnik; persaingan, kebencian, dan kecemburuan antar pemeluk agama, benar-benar telah menghancurkan pilar-pilar dan nilai kebenaran hakiki.

Kita berharap semoga pemerintah benar-benar bisa menemukan solusi yang tepat sehingga krisis global yang menggoncangkan sekat-sekat perekonomian dunia itu tak berdampak pada merebaknya “krisis sosial” yang semakin parah. Kita sudah benar-benar lelah untuk berususan dengan konflik berbasiskan Sara dan primordialisme sempit. Kita juga terus berharap dan berdoa, semoga krisis global yang mengancam dunia itu bisa segera teratasi. ***

No Comments

  1. Kalo saya liat, pemerintah kali ini terlihat berani, ketimbang krisis 1997/1998 lalu.
    semoga memberikan dampak positif pada masyrakat Indonesia…
    dan memberikan perubahan yang cukup berarti bagi ekonomi makro.

    aRuLs last blog post..9000 gajah pesing

  2. Biasanya hal tersebut untuk memberikan efek bola salju, Pak Sawali. Kenapa mesti rakyat yang dihimbau. Karena reaksi koletif biasanya lebih besar meski kelompok yang besar tersebut tidak dan bukan pengambil keputusan secara langsung.

    Mau tidak mau, kesan mesti dikedepankan. Dalam hal ini pemerintah (eh, aku tidak dalam rangka memuja-muji pemerintah lho, Pak Sawali).

    Action. Ada sesuatu yang dilakukan. Bahwa manifestasinya seperti apa, ya tetap mesti ada hal kongkrit juga sebagai pengejawantahan kesan yang diciptakan tadi. Kebayangkan kan kalau eksekutifnya adem ayem saja. Bisa bubar negara.

    Daniel Mahendras last blog post..Kompas 9 Oktober

  3. Kalau terjadi krisis ekonomi global hingga mengakibatkan inflasi yang parah, ternyata masih ada hikmahnya. Terutama bagi orang yang banyak mempunyai utang. Akhirnya cicilan utang yang harus dibayar menjadi berkurang nilai riilnya karena inflasi. Contohnya ada teman saya yang ambil kredit sepeda motor dengan cicilan Rp 200rb sebulan sebelum krismon tahun 1998. Setelah terjadi krismon ternyata nilai uang 200rb tersebut menjadi “lebih kecil” daripada sebelum krismon.
    Tapi bagi penabung hal ini justru sebaliknya, mereka dirugikan karena nilai riil tabungan mereka berkurang dibandingkan sebelum inflasi.

    Syamsuddin Ideriss last blog post..Datamatrix Barcode

  4. saya bukan pengamat politik dan perekonomian, sehingga membaca artikel yang membumi ini bikin pikiran saya jadi melek.

    ini mungkin suatu bukti bahwa globalisasi punya banyak sekali kelemahan, jadi perlu berpikir 1000 kali untuk menerima rancangan kaum kapitalis ini.

    ah, bukan apriori, tapi negara kita kan secara ekonomi masih sangat labil dan gampang diintimidasi. globalisasi kuatirnya malah membuat kita kian terpuruk.

    marshmallows last blog post..Marshmallow was in Canberra

    1. apalagi saya, mbak yulfi, tapi pandangan mbak yulfi mencerahkan banget. indonesia yang belum kuat fondasi ekonominya bisa makin repot kalau harus masuk dalam ranah kapitalisme itu. *halah sok tahu saya, hiks*

  5. Sayang negara kita yg kaya ini dibuat melarat. Kita tdk perlu berpijak ke paman syam, karena mereka hancur tanpa kebodohan kita. Marilah bangkit membangun indonesia

  6. Sedikit atau banyak rakyat pasti kena dampaknya Pak Sawali: Rupiah anjlok otomatis harga-harga jadi makin mahal. Yang lebih menjengkelkan lagi dalam kasus2 seperti ini sekali lagi duit rakyat kecil lewat pajak akan dimasukkan untuk nomboki dosa-dosa kaum kaya dan pejabat korup. Jan-jan emang pusing jadi rakyat. Mau merem tapi nggak bisa merem. Hi Hi hi:d:-\”

    Baca juga tulisan terbaru lovepassword berjudul Lupa Password Winforce(r)

  7. Kita sedang menonton meletusnya bubble ekonomi yang selama ini terus menggelembung Pak. Beginilah jadinya kalau ekonomi tidak dilandaskan pada sektor riil, melainkan pada angin kosong. 😕

    1. wah, semoga krisis yang melanda amerika, menjadi berkah buat bangsa kita, ya mas irfan, hehehe … btw, kalau ngeblog sampai kapan pun tak akan kena dampak krisis selama pln dan koneksi net-nya lancar2 saja, hehehe ….

  8. salah satu kearifan disaat rupiah yang anjlok gini buat para blogger tuh… jangan withdraw dulu lahhhh… ya… meskipun cukup menguntungkan sih… tpi biarin dulu napa… kan kasihan rupiah ya om… he..he..

    1. oh, hehehe …. saya hanya bisa mengutip idiom sutasoma itu, pak jupri, kearifan lokal yang bertumpu pada sikap religius dengan sikap tawakkal dan berserah diri kepada kekuasaan Sang pencipta dalam menghadapi perubahan global, tanpa terjebak pada sikap predistinasi. maaf, kalau saya tetep ndak bisa membuat contoh konkretnya, pak, hehehe ….

  9. Yang panik itu pemerintah melalui otoritas bursa. Biarin saja investor luar negeri yang bangkrut pada menjual saham yang dipegangnya. Mereka kan butuh duit. Namanya juga sedang bangkrut. Kita saja saat sedang bangkrut apa-apa yang ada di rumah juga dijual.

    Lagipula ngapain pusing mikirin FPI (foreign portfolio investment). Mereka itu cumak investasi portfolio, bukan buka pabrik baru di Indonesia. Mending ngurusin pembukaan lahan pertanian baru, membereskan carut marut perpupukan yang membuat petani sekarat dan memikirkan bagaimana keluar dari krisis energi supaya listrik nggak byar pet dan para karyawan pabrik bisa tetap libur di hari Minggu.

    BTW, saya tertarik terjemahan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa yang diajukan Pak Sawali. Ternyata terjemahannya bukan berbeda-beda tetapi tetap satu. Berarti kalimat itu kalimat tauhid, dong, Pak, dengan terjemahan Pak Sawali.

    1. wah, analisis mas arif sangat kuat dan tajam. sudah sangat layak utk menjadi wakil rakyat. semoga sukses, mas arif. btw, panafsiran bhinneka itu kebetulan saja saya kaitkan dengan kearifan lokal yang berkaitan dengan sikap religius masyarakat kita.

  10. Pak, rakyat tetap dihimbau untuk menyadari adanya suatu krisis dan mengurangi konsumtif, dan hanya membeli sesuai keperluan (bukan yang diinginkan). Kita sudah dalam kondisi global, mau tak mau krisis akan terimbas…walau tak punya saham, kalau kurs dolar meningkat jauh dibanding rupiah, diikuti inflasi, juga akan terimbas pada kenaikan harga barang. Belum lagi, banyak perusahaan yang selama ini ekspor akan menurun, karena pasar luar negeri menurun…dampaknya adalah bisa terjadi pengurangan tenaga kerja.

    Namun saya berharap, karena pemerintah telah menyiapkan diri, dan juga korporasi selama ini mengelola keuangan dengan lebih hati-hati (terlihat dari undisbursement loan tinggi), dan hanya menggunakan pinjaman sesuai keperluan…saya berharap Indonesia masih kuat dalam menghadapi krisis ini.Semoga perkiraan saya benar, karena saya juga mulai siap-siap untuk hidup lebih efisien.

    Baca juga tulisan terbaru edratna berjudul Betulkah suatu pertemanan memerlukan “unsur chemistry?”

    1. terima kasih banget tambahan infonya, bu enny, mudah2an saja pemerintah sanggup mengambil kebijakan ekonomi yang tepat sehingga tetap menguntungkan rakyat banyak meskipun sedang berada dalam ancaman krisis global.

  11. Yang penting kita memang harus arif…. jangan hanya tertawa dan terpuaskan dengan gonjang-ganjing yang kini tengah terjadi di negeri Paman Syam(sudin – kalee.. :d )hanya karena kita “berseberangan” dengan negara Paman Syam. Nah, kita harus berfikir begini: jikalau negeri Paman Syam saja bisa gonjang-ganjing perekonomiannya, padahal perekonomian negeri itu sangatlah bagus (minimal lebih bagus dari perekonomian negeri kita), apalagi kita yang perekonomiannya “lebih keropos”.

    Yang penting… kita harus ikut belajar dan mengamati karena apa yang terjadi di negara Paman Syam dapat terjadi pula di negeri ini…..

    Baca juga tulisan terbaru Yari NK berjudul RUU Pornografi – Perlu Nggak Ya?

    1. yaps. sepakat banget, bung yari. kita juga sudah punya pengalaman menghadapi situasi krisis sehingga diharapkan pemerintah bersikap responsif dengan mengambil kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

  12. Andai setelah krismon 97/98, Indonesia kembali fokus ke agraris, sehingga dana mengalir banyak ke sektor yang tahan krisis, bukan justru ke orang2 penyebab krisis berikutnya..

    1. yaps, betul, mas wawan, sayangnya kebijakan pemerintah di sektor agrarus justru malah kurang menyentuh. lihat saja, banyak petani yang mengeluh karena pupuk yang mahal dan hasil panen yang murah.

  13. Yang saya takutkan pemerintah hanya menghibur saja agar rakyat tenang … tiba2 blasss, uang di bank gak bisa diambil karena bank gak ada dana lagi.

    Gubrakkk !!!

  14. Saya tertarik dengan kata “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa”, namun kebenaran yang tunggal itu harus dicari dengan melalui proses akal dan eksperimen.
    Selama ini sejak zaman orba hingga sekarang eksperimen ttg sistem kapitalis dinegeri ini terbukti gagal membawa negeri ini makmur. Dan seharusnya ketika eksperimen itu gagal, sudah sepatutnya ditinggalkan dan diganti dengan eksperimen yang lain guna mencapai kebenaran yang hakiki dan tunggal.

    Baca juga tulisan terbaru thimbu berjudul Gaya Golkar Meraup Suara

  15. Waktu krimon dulu, punya tabungan dolar tak bisa tarik dolar, malah dikasih rupiah yang nilainya ngak karu-karuan…

    Th. 2001 suamiku bangkrut, sedangkan aku di PHK, semua aku jual. Buat usaha baru di Indonesia

    Th. 2003, aku jatuh bangkrut…bener-bener bangkrut…malah minus…malah ditinggal pergi sama suami…

    Kembali lagi merangkak naik setapak demi setapak…

    Kayaknya dunia mau bangkrut… aku malah tenang-tenang saja…semua orang pada ketakutan…sedangkan aku tenang-tenang saja soalnya sudah kebal…tak punya utang…tapi juga tak punya duit di bank…tapi masih punya persediaan kentang, kol dan sawi hijau hingga musim semi tahun depan…Minggu ini aku berencana mau cari jamur di ladang/hutan, lumayan untuk cadangan makanan…

    Baca juga tulisan terbaru Juliach berjudul Dear Pak Eri

  16. Beberapa waktu lalu ketika minyak naik, teman2 saya yg berprofesi sebagai pengusaha panik. Saya bilang, tenang aja, pasti tak lama akan tercipta keseimbangan baru. Sekarang ini menurut saya, yang potensial mengalami krisis adalah Amerika, bukan global. Euro kuat juga lho, Jepang, China juga kuat. Tak lama lagi pasti tercipta keseimbangan baru… Dan rakyat kecil tetap saja berkutat dengan masalahnya sendiri yaitu melepaskan diri dari kungkungan kemiskinan. Tetep sengsoro tapi krisis (yang katanya) global gak ngaruh…

    1. hehehe … bener juga, mas andy. rakayt kecil yang sudah biasa hidup menderita agaknya ndak akan terkena imbas ancaman krisis itu. lha mau kena dampak gimana? wong ndak pernah punya saham di bursa efek, hiks.

  17. Salam pembebasan,
    Di tingkat global setelah kisah krisis air, krisis iklim, krisis minyak, krisis pangan, kini krisis finansial naik panggung, Paradoksnya jalan krisis itu terus ditempuh. Masih saja mekanisme pasar dan korporasi dianggap solusi yang menjanjikan. Ironi abad ini, rasionalitas yang irasional. Rasionalitas yang paling tidak masuk akal.

    It’s the capitalism, stupid! (adaptasi dari frase politik yang populer digunakan Clinton ketika berkampanye melawan George Bush Senior, it’s the economic, stupid!)

    Silah kunjung
    Krisis Keuangan Global : Karl Marx di Aspal Jalan Dunia Datara
    http://lenteradiatasbukit.blogspot.com/2008/10/krisis-keuangan-global-karl-marx-di.html

  18. Selagi kita terus menerus berkiblat pada perekonomian Barat dan tidak berusaha untuk mandiri niscaya sampai kapanpun perekonomian kita akan terus dijajah. sadar atau tidak saat ini kita sedang dalam genggaman penjajahan secara ekonomi, bagaimana tidak apapun tindakan mereka akamn berpengaruh besar pada kita, dan apapun keputusan kita merupakan kepanjangan dari keinginan-keinginan mereka (kaum kapitalis barat).
    jangan mau terus menerus hasil bumi kita ditukar hanya dengan kertas yang diberi label (nilai)… sudah saatnya kita mulai dengan ekonomi yang sesungguhnya mengganti nilai unag kertas dengan sesuatu yang betul betul bernialai (emas, Perak, Perunggu) sesuai dengan ajaran Rasul, karena memang nilai logam mulia dari dulu sampai sekarang tidak mengalami perubahan (tetap) nilai uang (kertas) nya saja yang melemah (inflasi).

    1. wah,,sepakat banget, mas adam, ketergantungan kepada marik sepertinya semakin tdk menguntungkan secara ekonomi. semoga para pengambil kebijakan mulai memiliki kepekaan terhadap persoalan ekonomi yang berbasiskan kemandirian. makasih infonya, mas.

  19. salam
    Seng penting pemerintah jangan Nato, jangan terlalu membeo ke barat sana, tapi lebih punya program2 yang memihak rakyat sendiri, tul ga Pakde 🙂

    Baca juga tulisan terbaru Nenyok berjudul Ruwaybidhah

  20. Yup, setuju. Kayaknya statement pemerintah perlu dikoreksi tuh.
    Kayak saya, mahasiswa g bakal panik gara2 krisis global. Kalau kena imbas paling cuma uang jajan nambah 5000an untuk nambah kenaikan harga nasi ma ongkos angkot:d:d
    Kata blog tetangga, kita dah ga punya sense of crisis (udah bener belum nulisnya :-?)

    Baca juga tulisan terbaru Adi berjudul Untuk Mencintaimu

    1. nah itu dia, mas adi, konteks pemerintah dan rakyat selama ini hampir tak pernah bisa bertemu dalam satu titik. semoga saja pemerintah memiliki solusi yang tepat utk mengatasi ancaman krisis global itu.

  21. “Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa” (Bermacam-macam sebutannya, tetapi Tuhan itu satu, tidak ada kebenaran yang mendua).

    Oo, jadi begitu tho terjemahannya. Pantes, lalu “orang akar rumput” jadi arif, bijak. Ini cocok Pak dengan prinsip keawaman (awamologi). Ini karena “si akar rumput” itu yang “si orang awam”.
    Lalu, kenapa kok ya timbul anomali saat Reformasi (hingga kini)? Mungkin karena tak pakai lagi prinsip keawaman/akar rumput dari Sutasoma-Tantular itu ya Pak.

    Baca juga tulisan terbaru Awamologi (bahtiar baihaqi) berjudul Teror Mumbai dan Mimpi Awamologi

    1. itulah yang sudah terjadi di negeri ini, mas bahtiar, agaknya adagium yang sarat nilai kearifan lokal yang pernah dikumandangkan oleh Tantular itu mulai mengalami reduksi. sekarang saja kesenjangan antara kaum elite dan masyarakat di lapisan akar rumput demikian lebar. titik kebersamaan itu (nyaris) teleh tenggelam oleh berbagai kepentingan. bisa jdi itulah yang menyebabkan proses anomali itu menyergap di berbagai lapis dan lini.

    1. wah, terima kasih banget apresiasinya, mas andy, jadi tersandung, eh, tersanjung nih. berkunjung tanpa memberikan komen juga sdh merupakan kehormatan buat saya, mas. terima kasih kunjungannya selama ini.

  22. krisis ekonomi global ini gak akan berlangsung lama de…
    apa lagi berdampak pada perekonomian di negara kita…
    kan yang menangani ekonomi indonesia saat ini orang-orang yang handal dibidangnya..
    komentar q, jangan mudah terpancing dengan isu-isu yang kebenarannya masih diragukan.
    insyaAllah negara kita terbebas dari krisis ini,
    so, krisis ini gak berdampak besar seperti yg terjadi di tahun 98/99

  23. bagaimana mau keluar dari krisis, reformasi politik hanya bergema di jakarta saja (presiden beserta pembantunya….). dan itu toh masih banyak juga kebocorannya. Apalagi yang di daerah…parah banget. Era reformasi malahan menciptakan raja-raja kecil yang dengan rakus dan tidak tahu malu berlomba-lomba korupsi. Ini nyata banget…coba lihat pola perilaku pejabat di daerah masing2 dalam mengelola proyek pemerintah….pasti ada kebocoran dan bau KKN nya…

    Baca juga tulisan terbaru alifahru berjudul Sekilas Jawaban Subdomain

  24. Yup setuju sekali dengan esensi tulisan ini. Great View!
    Btw, mungkin lebih baik kita (sy maksudnya) fokus ke masalah mikro ekonomi saja. Karena pada dasarnya makro ekonomi ‘diluar’ kendali kita dan merujuk ke teori pareto, paling2 yang kebakaran jenggot hanyalah mereka2 yang di ‘20%’ aja.

    Tokh, ketika ekonomi makro ‘bagus’ pun, saya (dan juga banyak temen-temen laen) gak menikmati kue ‘pertumbuhan itu’ setidaknya secara langsung.

    Tetep aja dari dulu ampe sekarang ‘pengangguran’ alias bener-bener dari hari ke hari cari order sendiri, and doing all ‘sendiri’.

    Sendiri maksud saya, adalah bersama temen-temen sejawat yang tak tersentuh network para ‘the have’ termasuk bank.

    Salam sukses.

  25. This is often a top notch blog page. I’ve been back once or twice within the last seven days and wish to register for your rss utilizing Google but cannot figure out the best way to do it accurately. Do you know of any sort of instructions?

Tinggalkan Balasan ke marshmallow Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *